LIK juga strategis dalam upaya mengontrol dan mengelola limbah hasil industri pengrajin.
Tidak kalah pentingnya adalah upaya-upaya strategis dalam menyikapi serbuan produk-produk dari China yang lebih murah. Pada
level kebijakan, proteksi dapat dilakukan pada kebijakan impor maupun kemauan untuk menggunakan produk lokal. Kampanye
penggunaan produk lokal dapat dimulai oleh pemerintah dalam program dan kegiatan pembangunan yang membutuhkan produk
industri pengolahan.
Keberpihakan pemerintah
dengan menggunakan produk lokal itu akan membantu pengrajin dalam
meluaskan pemasaran produk. Bagi pengrajin, tidak ada cara lain kecuali tetap bertahan sembari mengembangkan diri dengan
melakukan kreasi peningkatan mutu, hingga diversifikasi produk.
29
b. Keadaan Geografis Kabupaten Tegal
1 Letak Geografis
Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah agraris di Provinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Kabupaten Tegal
terletak pada 108
o
576-109
o
2130 BT dan 6
o
5041-7
o
1530 LS. Kabupaten Tegal juga merupakan salah satu daerah di pantura
yang cukup strategis pada persilangan arus transportasi Semarang-Cirebon-Jakarta dan Jakarta-Tegal-Purwokerto dan
Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di Kota Tegal. Batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:
sebelah utara Kabupaten Tegal adalah Kota Tegal dan Laut Jawa, sebelah timurnya adalah Kabupaten Pemalang, sedangkan sebelah
baratnya adalah Kabupaten Brebes, dan sebelah selatan dari Kabupaten Tegal adalah Kabupaten Brebes dan Kabupaten
Banyumas.
2 Luas Wilayah
29
Febrie Hastiyanto, pegiat Kelompok Studi IDEA, staf Bapeda Kabupaten Tegal. www.suaramerdeka.com
Wilayah Kabupaten Tegal terdiri dari daratan seluas 87.879 ha dan lautan seluas 121,50 kmĀ². Data yang bersumber dari Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Tegal, menginformasikan bahwa dalam tahun 2013 ada pergeseran
penggunaan lahan, dimana luas tanah sawah mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 40.172 Ha
menjadi 39.789 Ha atau sebesar 45,28 dari luas wilayah 87.879 Ha. Untuk kawasan Industri dari tahun 2009-2013 adalah
8.369,41 Ha atau sekitar 9,52 dari total luas daratan.
3 Banyaknya Desa
Karena wilayahnya yang luas, Tegal terbagi menjadi dua bagian yaitu Kotamadya dan Kabupaten. Kabupaten Tegal terdiri
dari 18 kecamatan, 287 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.
c. Keadaan Demografi Kabupaten Tegal
1 Kependudukan
Data jumlah penduduk Kabupaten Tegal selalu dinamis, karena banyak penduduk Kabupaten Tegal yang merantau
misalnya di Jakarta sebagai pengusaha warteg, pandai besi dll akan tetapi mereka masih berdomisili di Kabupaten Tegal. Hal ini
dapat kita lihat dari rekaman data penduduk Kababupaten Tegal. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, tercatat pada
tahun 2011 jumlah penduduk kabupaten Tegal 1.400.256 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2012 yaitu menjadi 1.409.406
jiwa, dan pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Tegal menjadi 1.415.009 jiwa. Angka Kepadatan penduduk dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan.
2 Ketenagakerjaan
Di bidang ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 berjumlah 819.169 jiwa, pada tahun 2012 mengalami
kenaikan menjadi 749.387 jiwa, sementara pada tahun 2013 menurun menjadi615.630 jiwa. Sementara pengangguran pada
tahun 2011-2013 mengalami penurunan, yaitu 2011: 56.441 jiwa, 2012: 45.338 jiwa, 2013: 42.693 jiwa.
3 Upah Minimum Regional
Hal penting lainnya terkait dengan ketenagakerjaan adalah Upah Minimum Regional UMR. Dari tahun ke tahun UMR di
Kabupaten Tegal terus mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 9. Pada tahun 2009 UMR sebesar Rp. 640.000,-
dan pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 naik menjadi Rp. 685.000,-, Rp 725.000,-, Rp. 780.000,-, 850.000,- dan Rp.
1.044.000,-.
4 Keadaan Sosial Ekonomi
a Sarana Perekonomian
Wilayah darat, laut dan pegunungan semuanya ada disini. Berkumpul menjadi satu di atas tlatah Tegal.
Perekonomian di wilayah Tegal sangat dipengaruhi oleh sektor kelautan, industri, pertanian, perdagangan. Mata pencaharian
penduduknya diantaranya adalah nelayan, petani, industri, dan pedagang. Keberadaan warteg juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian dikota ini. Sekarang warteg tidak hanya di kota Tegal saja tapi sudah ada diseluruh Indonesia
bahkan mancanegara yaitu Jepang dan Australia. Sebagian besar warteg dikelola oleh warga desa Krandon dan Cabawan
dan desa Kabupaten lain. b
Sarana Pendidikan
Dampak dari adanya penggabungan Sekolah Dasar SD di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 5 tahun, dapat kita lihat
pada jumlah SD dan gabungan SDMI. Tercatat pada tahun 2009 jumlah SDMI sebayak 913 unit 157 MI dan 756 SD, dan di
tahun 2013 ini menurun menjadi 903 unit 167 MI dan 736 SD.
Sementara itu, jumlah SMPMTs mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke 2010, yaitu dari 148 unit menjadi 150 unit.
Di tahun 2011, 2012 dan 2013 jumlahnya terus bertambah menjadi 161, 163 dan 186 unit dan SMPMTs.
Pada jenjang SMAMASMK, dalam lima tahun terakhir jumlahnya mengalami peningkatan, dari sebanyak 62 unit
ditahun 2009 menjadi 65 unit pada tahun 2010. Tahun 2011 naik menjadi 75 unit, tahun 2012 menjadi 76 unit, dan tahun 2013
bertambah menjadi 85 unit. Berbeda dengan SMAMA yang jumlahnya mengalami penurunan 1 unit, sekolah menengah
kejuruan SMK dari tahun ke tahun terus bertambah sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya pendidikan kewirausahaan. Ada pertambahan yang signifikan dalam setiap tahunnya, tercatat jumlah SMK di
Kabupaten Tegal dari tahun 2009-2013 berturut-turut yaitu : 36
unit, 39 unit, 50 unit, 51 unit dan 60 unit c
Sarana Kesehatan
Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Tegal dalam 5 tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang
berarti. Terakhir pada tahun 2013 Kabupaten Tegal memiliki puskesmas induk sebanyak 29 unit, puskesmas pembantu
sebanyak 64 unit dan puskesmas keliling sebanyak 30 unit, serta Poliklinik sejumlah 30 unit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduknya dalam kurun waktu lima tahun berkisar pada
angka 0,07 - 0,08. Jumlah posyandu di tahun 2009 sebanyak 1.447 posyandu. Tahun 2010 bertambah menjadi 1.483 unit, dan
tahun 2011 bertambah lagi menjadi 1.495 unit, sedangkan tahun 2012 dan tahun 2013 sebanyak 1.517 unit.
Dari data tersebut dapat diketahui rasio posyandu per satuan balita selama kurun waktu lima tahun 2009-2013