Gambar 2.1. Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP Haraguchi Tahun 2008
Pemerintah Prefektur Komunitas
Dukungan Tambahan
Setiap kebijakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing, begitupun dengan kebijakan OVOP. Maka dari itu, dalam
mengambil kebijakan harus mengambil pendekatan yang paling sesuai dengan karakteristik wilaayahnya.
- Kelompok kerjasamaasosiasiperempuan
- Kepemimpian yang kompeten dan kuat
- Menyajikan nasihat teknis dan pemasaran
Unit Layanan Teknis -
Pemilihan dan pembuatan produklayanan yang sesuai dengan memanfaatkan sumber
daya lokal -
Pembagian informasi dan pembelajaran -
Sosialisasi untuk kerjasama yang lebih baik
Anggota komunitas Deteminasi yang kokoh
Menyajikan umpan balik pada kelompok Widyawisata, seminar,
pertukaran
Memasarkan produk OVOP kepada pasar yang
beragam melalui saluran distribusi yang berbeda-
beda Pekan rayapameran,
publisitas
Tabel 2.1. Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP
Kebijakan OVOP
Aspek Positif Aspek Negatif
1. Tingkat keberlanjutan
yang lebih tinggi 2.
Efek luas komunitas lebih lebar
3. Keterkaitan ke
belakang dan ke depan backward and
forward linkage dalam
ekonomi lokal. 1.
Perlu waktu lama untuk melihat hasil
2. Ditentukan oleh
kerjasama dan kepemimpinan
komunitas 3.
Kurang responsif pada ragam kebutuhan
produsen pada suatu komunitas.
1 Pendekatan OVOP di Kabupaten Tegal
Pendekatan OVOP di Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan di Jepang dan Thailand. Implementasi OVOP
di negara kita mengikuti suatu konsep program membangun suatu regional, mungkin bisa tingkat desa, kecamatan, kota dan selanjutnya
memilih satu produk utama yang dihasilkan dari kreativitas masyarakat desa. Pendekatan OVOP juga menggunakan sumberdaya
lokal, memiliki kearifan lokal dan bernilai tambah tinggi. Produk- produk yang dipilih menjadi Gerakan OVOP tidak hanya dalam
bentuk tangible product, tetapi juga dalam wujud intangible product, misalnya produk-produk budaya dan kesenian khas daerah yang
memiliki nilai jual tinggi secara global. Prakarsa maupun kepeloporan di tingkat masyarakat Kabupaten
Tegal masih relatif rendah. Maka, prakarsa gerakan OVOP dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah masih harus berperan
lebih dalam mendorong agenda gerakan OVOP, walaupun program- program yang dijalankan relatif tidak berkelanjutan karena
pendekatannya adalah pendekatan “proyek”. Namun demikian, melalui stimulasi dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
mengembangkan OVOP lebih berkelanjutan.
2 Kriteria Pengembangan Produk Menurut Konsep OVOP
Pada dasarnya semua produk yang dihasilkan IKM Kabupaten Tegal memiliki ciri khas lokal yang dapat digunakan sebagai titik
masuk pengembangan produk. Meskipun demikian, prioritas produk- produk yang memenuhi kriteria OVOP sebagai berikut:
a. Bahan baku yang dapat disubstitusi
b. Dapat dihasilkan mengikuti standar mutu tertentu
c. Memanfaatkan sebesar-besarya sumber daya lokal
d. Berpotensi masuk ke pasar spesifik
e. Potensi ekspor melalui kapasitas merek yang kuat
f. Stabilitas dan keberlanjutan produksi dan stabilitas mutu
g. Tingkat kepuasan pelanggan
Kriteria-kriteria tersebut di atas dapat dielaborasikan untuk memudahkan penerapannya pada pencarian OVOP. Masing-masing
kriteria tersebut tidak memiliki bobot yang sama, namun setiap produk yang dinilai harus memiliki seluruh kriteria OVOP di atas.
16
3. Pengangguran
a. Definisi Pengangguran
Pengangguran sering dijumpai pada setiap negara, baik negara sedang berkembang maupun negara sudah maju. Indonesia sebagai
negara agraris, sebagian besar penduduknya hidup di pedesan, dimana angka pertumbuhan penduduknya tergolong cepat, sehingga akan
menciptakan tenaga kerja yang melimpah. Salah satu contohnya
16
Ibid., h. 57.
Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan dan 287 desa dengan laju pertumbuhan penduduk sebagai berikut:
Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013
Sumber: BPS Kabupaten Tegal, diolah.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013 menunjukan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun
2011 sampai 2013. Pada tahun 2011 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Tegal sebesar 1.400.256 jiwa dari penduduk laki-laki
sebesar 699.714 jiwa dan penduduk perempuan 700.543 jiwa. Naik menjadi 1.409.406 jiwa pada tahun 2012 denganpenduduk laki-laki
sebesar 700.691 jiwa dan penduduk perempuan 708.715 jiwa. Dan pada tahun 2013 naik menjadi 1.415.009 jiwa dari penduduk laki-laki
sebesar 703.494 jiwa dan penduduk perempuan 711.515 jiwa. Terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011-
2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan
menciptakan angkatan kerja baru. Lahirnya angkatan kerja baru jika tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akan
Laki-laki Perempuan
Jumlah 200.000
400.000 600.000
800.000 1.000.000
1.200.000 1.400.000
1.600.000
2011 2012
2013 Laki-laki
Perempuan Jumlah
menyebabkan masalah pengangguran. Sektor pertanian saat ini mulai ditinggalkan oleh angkatan kerja baru, hal ini dikarenakan sektor
pertanian di Kabupaten Tegal sepertinya sedang mengalami kelesuan. Berikut adalah grafik penggunaan lahan di Kabupaten Tegal:
Grafik 2.2. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013
Sumber: BPS Kab. Tegal, diolah.
Wilayah Kabupaten Tegal seluas 87.879 hektar. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan sawah lebih
sedikit dibandingkan bukan lahan sawah. Di tahun 2011 luas lahan sawah seluas 40.234 hektar, di tahun 2012 menurun menjadi 40.172
hektar, dan di tahun 2013 menjadi 39.789 hektar. Luas lahan sawah yang semakin sempit maka akan mengkibatkan hasil produktivitasnya
semakin sedikit, sehingga sektor ini pertanian tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kelesuan pada sektor pertanian,
mengakibatkan para tenaga kerja baru beralih dari sektor non- pertanian.
Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang
dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000
2011 2012
2013 Lahan Sawah
Bukan Lahan Sawah
tersebut untuk mencari pekerjaan. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka kepedulian perusahaan-perusahaan di
Kabupaten Tegal terhadap kesejahteraan kaum buruh terus ditingkatkan. Hal ini terlihat dari meningkatnya Upah Minimum
Regional UMR di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sebesar Rp. 750.000,- perbulan, kemudian naik menjadi Rp. 780.000,- perbulan di
tahun 2012 dan naik menjadi Rp. 850.000,- perbulan pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 upah pekerja naik menjadi Rp.
1.044.000,- perbulan. Berikut adalah grafik peningkatan Upah Minimum Regional UMR Kabupaten Tegal tahun 2011-2014:
Grafik 2.3. Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013
Sumber: BPS Kabupaten Tegal
Biaya hidup di Kabupaten Tegal tergolong masih rendah. Jika di Bandingkan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, yang mana UMR
di Jakarta pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.400.000,- perbulan atau bisa dibilang dua kali lipatnya dari UMR Kabupaten Tegal.
Rendahnya tingkat upah pada suatu daerah menjadi suatu pertimbangan besar bagi para pekerja. Tenaga kerja yang merasa
200.000 400.000
600.000 800.000
1.000.000 1.200.000
2011 2012
2013 2014
Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal Rupiah