Dengan sempitnya lahan pertanian, kebutuhan akan tenaga kerja dalam sektor pertanianpun akan berkurang. Jam kerja untuk menjadi
petanipun pada waktu-waktu tertentu. Beberapa petani yang hanya bekerja pada saat penen, jika sedang tidak ada yang digarap mereka
akan menjadi pegangguran musiman, maka timbulah pandangan masyarakat desa yang menganggap bahwa menjadi petani tidak lagi
menguntungkan. Sehingga tenaga kerja dan angkatan kerja baru lebih tertarik untuk melakukan urbanisasi.
Bagi negara sedang berkembang, kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian di dalam beberapa kasus
dikorbankannya karena mengalirnya sumber daya alam dan manusia ke kota telah menimbulkan kemandekan atau tidak memadainya
pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Di pihak lain kebijakan mengimpor teknologi padat modal secara besar-besaran untuk
mencapai industrialisasi
dengan segera
telah menyebabkan
pertumbuhan kesempatan kerja di kota tidak sesuai dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Ada beribu-ribu petani pedesaan
kehilanganan tanah karena diterapkannya mekananisasi pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat
sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke
kota-kota yang tumbuh dengan pesat, tetapi apa yang diidam-idamkan yaitu keadaan hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud.
Mobilitas penduduk dari desa ke kota bukan menjadi suatu penyelesaian masalah perekonomian pedesaan. Banyaknya lapangan
kerja yang tersedia, tidak akan mampu menyerap semua angkatan kerja dari berbagai daerah. Jika tidak mempunyai persiapan yang
matang mereka hanya akan menjadi masalah baru di perkotaan. Seperti kriminalitas, gelandangan, bahkan menjadi peminta-minta.
Maka yang harus dibenahi adalah perekonomian di pedesaaan itu sendiri. Agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dan kota,
pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke perlu diperhatikan, terutama pada wilayah pedesaan. Industrialisasi adalah
salah satu jalan untuk memperkuat perekonomian pedesaan.
4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran
Banyak jalan untuk mengatasi masalah pengangguran kalau kemauan politik diarahkan kesana. Menurut Teguh Suhono, persoalannya
proses politik dan proses sosial di negeri ini sering tidak nyambung macth,
dan berjalan sendiri-sendiri, sehingga pemecahan masalahnya menjadi rumit dan sulit. Tingkat penganggur total masih tinggi tetapi
ironisnya pemerintah nampak tidak serius menanggulanginya, dan para pihak yang berkompeten terlihat tenang-tenang saja. Minimnya lapangan
kerja di sektor formal sebenarnya dapat disiasati oleh sebagian pencari kerja dengan memasuki sektor informal. Namun sayangnya bergeliatnya
sektor informal ini tidak serta merta mendapatkan dukungan positif dari pemerintah. Hal ini tentunya sejalan dengan pendapat beberapa
organisasi non-pemerintah yang mengatakan bahwa pemerintah cenderung memiliki paradigma anti masyarakat miskin. Ancaman
penggusuran terus dilakukan, sementara lapangan kerja di kota dan di desa semakin sempit. Ketidakseriusan pemerintah dalam menggerakkan
sektor informal ini juga diperkuat dengan lemahnya pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat.
19
Namun demikian keberadaan sektor informal masih memberikan setitik sinar pencerahan yang diharapkan dapat meringankan, bahkan
mengatasi peliknya pengangguran akut yang sedang dirasakan oleh bangsa Indonesia. Titik sinar pencerahan sektor informal yang
diharapkan dapat meringankan dan mengatasi masalah pengangguran
19
Teguh Sihono.,“Usaha Kecil dan Menengah UKM dan Upaya Mengatasi Pengangguran”, Jurnal Ekonomia, 2005, h. 70.
tersebut dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah UKM. UKMdapat menjadi terobosan yang komprehensif untuk mengatasi pengangguran.
UKM merupakan bagian penting dari perekonomian negara atau daerah. Namun kesadaran akan pentingnya UKM baru muncul
belakangan ini. Menurut Berry, dkk, dalam Teguh suhono, “Ada
beberapa alasan yang mendasari memandang penting terhadap keberadaan UKM, yaitu :
a. Kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga
kerja yang produktif. b.
Di dalam proses dinamika, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.
c. UKM sering diyakini mempunyai keunggulan dalam hal
fleksibilitas daripada usaha besar. Seperti yang disampaikan Kuneoro “Usaha Kecil, Menengah di Indonesia telah memainkan
peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga
”.
20
UKM merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis, yaitu dengan melibatkan diri dalam
aktivitas usaha yang berkarakteristik informal. Dengan UKM ini persoalan pengangguran sedikit banyak dapat teratasi dan implikasinya
juga dalam hal pendapatan. Anjloknya pendapatan masyarakat yang menurunkan daya beli terhadap produk yang dipenuhi oleh Usaha Besar,
produk yang dihasilkan UKM memungkinkan menjadi pengganti subtitusi produk Usaha Besar yang mengalami kebangkrutan. Jika
demikian halnya maka kecenderungan itu sekaligus juga merupakan respon terhadap merosotnya daya beli masyarakat.
Joseph Alois Schumpeter 8 Februari 1883 - 8 Januari 1950 adalah seorang ekonom Amerika-Austria dan ilmuwan politik. Dia sempat
menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1919. Salah satu ekonom
paling berpengaruh
dari abad
ke-20, Schumpeter
mempopulerkan istilah Destruksi Kreatif dalam ekonomi.
21
Menurut
http:id.wikipedia.orgwikiJoseph_Schumpeter
20
Ibid., h.78.
21
http:id.wikipedia.org
Deliarnov, “Schumpeter oleh beberapa penulis dimasukan sebagai
pendukung aliran institusional. Hal itu karena pendapatnya yang mengatakan bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak pada
domain itu sendiri, melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Lebih jelas lagi, sumber
kemakmuran
terletak dalam
jiwa kewiraswastaan
entrepreneurship, para pelaku ekonomi yang mengarsiteki
pembangunan. Dia membedakan pengertian invensi dan inovasi. Invensi adalah hal penemuan teknik-teknik berproduksi baru.
Sementara itu, inovasi mempunyai makna lebih luas, yang tidak hanya menyangkut teknik-teknik produksi baru.Akan tetapi juga
penemuan komoditi baru, cara-cara pemasaran baru, dan sebagainya. Oleh Schumpeter, inovasi dianggap sebagai sesuatu
loncatan dalam fungsi produksi. Inovasi ditentukan oleh inovator, tetapi entrepreneurlah yang mempraktikan hasil temuan tersebut
pertama kali.
”
22
Menurut teori ekonomi Schumpeter, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh peranan pengusaha yang merupakan golongan yang akan
terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru,
mempertinggi efisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru,
mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi
keefisienan kegiatan perusahaan yang kesemuanya memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter
memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi
yang menguntungkan.
Didorong oleh
keinginan mendapatkan
keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru
ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Maka
22
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, Rajawali Pers, 2012, h. 153.
pendapatan masyarakat akan bertambah dan konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong
perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.
Dalam bukunya, Prasetyoantoko berpendapat bahwa, sektor UKM potensinya sangat besar. Dengan adanya UKM yang berdiri pada
suatu daerah akan sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat daerah dan sekitarnya, salah satu contohnya industri kecil, karena bentuk
usaha ini merupakan usaha yang padat karya. Sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja.
23
Dalam menghadapi persaingan global, suatu negara harus mempunyai kekuatan tersendiri. Di satu sisi usaha kecil ini mampu
memanfaatkan potensi alam yang dimiliki oleh setiap daerah di Negara Indonesia dan di sisi lain usaha kecil ini mampu mempekerjakan tenaga
kerja yang tidak sedikit. Dengan mendayagunakan potensi sumber daya manusia yang begitu melimpah, terlebih di suatu pedesaan, maka usaha
kecil ini keberadaannya sangat potensial di kabupaten Tegal. Berikut adalah jumlah tenaga kerja yang diserap oleh jenis usaha pada sektor
industri di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013:
Tabel 2.5. Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Industri di Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013
Jiwa Jenis Usaha
Tahun 2012 Tahun 2013
Industri Kecil 115.425
115.425 Industri Besar
5.680 5.680
Rumah Tangga 790
790
Total 121.895
121.895
Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Tegal
23
Prasetyo A. Ponzi Ekonomi. Jakarta: Kompas, 2010, h. 172.