Klasifikasi Usaha Kecil Industri Pengolahan Logam dan Mesin

Usaha kecil dan industri kecil memang dipisahkan pada dua lembaga yang berbeda, yaitu UKM Usaha Kecil dan Menengah dan IKM Industri Kecil dan Menengah. Usaha kecil adalah gabungan dari beberapa industri kecil yang bergerak di dalamnya. UKM maupun IKM merupakan kekuatan perekonomian di Negara Indonesia. Untuk menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung kepada negara- negara lain, maka suatu negara perlu memiliki kekuatan sendiri, yaitu salah satunya dengan cara memberdayakan sektor usaha yang mampu mendayagunakan sumber daya alam lokal. Pergerakan suatu usaha tidak lepas dari ide kreatifitas dan semangat para wirausaha. Kabupaten Tegal adalah salah satu wilayah yang potensial, dimana sejak jaman dahulu banyak berdiri suatu usaha dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Tegal secara historis mempunyai posisi yang strategis, terutama karena dilatarbelakangi oleh tradisi turun-temurun dan budaya masyarakat yang cukup kreatif. Oleh karena itu sejalan dengan arah strategis pembangunan Kabupaten Tegal, yaitu PERTIWI Pertanian, Industri, dan Pariwisata, maka pembangunan berbasis sektor industri merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kabupaten Tegal. Upaya pembangunan ini dianggap penting dalam mengembangkan potensi terbaik setempat dan menekankan pemberdayaan pelaku industri secara bertahap, serta mendorong posisi strategisnya dalam realita dinamika persaingan yang berkembang. Menurut Sutrisno Iwantoko, mengembangkan industri pedesaan adalah suatu keharusan. Menurutnya, terdapat beberapa pertimbangan mengapa industri pedesaan menjadi pilihan pembangunan perekonomian. Industri pedesaan menjadi pilihan karena secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh desa. Menurutnya desa menyimpan aneka ragam potensi baik kekayaan alam maupun sumber hayati tersedia disana. Namun permasalahnya potensi yang dimiliki cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya yang masih terbatas. Kemudian pertimbangan kedua adalah penawaran tenaga kerja yang cukup berlimpah. Di desa pertumbuhan penduduknya jauh lebih cepat daripada di kota sehingga jumlah tenaga kerjanya pun lebih banyak. Namun walaupun terjadi lonjakan permintaan hal ini tidak akan diikuti dengan kenaikan upah. Dan pertimbangan ketiga adalah kelembagaan desa relatif sudah cukup berkembang, seperti KUD, LKMD, juga PKK, Karang Taruna, Kelompok Usaha Bersama, bahkan berbagai lembaga keuangan seperti BRI, BPR dan bank swasta telah masuk ke desa. Menurutnya kelembagaan ini merupakan infrastruktur yang sangat menunjang bagi kelangsungan hidup industri pedesaan. ” 11 Lanjutnya, Sutrisno Iwantoko dalam bukunya mengatakan bahwa, “Landasan bagi pilihan atas perlunya pengembangan industri pedesaan adalah keefisienan dalam memanfaatkan sumber daya yang langka dan tingkat investasi yang sama. Prinsip efisiensi inilah yang diterapkan untuk menentukan pilihan-pilihan atas faktor-faktor penentu keberhasilan dalam upaya mengembangkan industri pedesaan. Faktor-faktor penentu itu antara lain; tenaga kerja, sumber bahan baku, sumber modal, tujuan pasar, dan investasi sumber daya fisik. ” 12 Menurut Sutrisno Iwantoko, keefisienan untuk tenaga kerja, prinsip pemanfaatan adalah sumber tenaga kerja utamanya haruslah tenaga kerja pedesaan. Namun pendidikan dan ketrampilan mereka umumnya masih terbatas. Oleh karena itu, sifat teknologi industri haruslah mengikuti sifat-sifat tenaga kerja tersebut. Untuk bahan baku, prioritasnya juga harus bahan baku lokal. Selain mudah didapat dan murah, juga memiliki dampak bagi masyarakat desa. Akan lebih mendayagunakan sumber daya yang ada di pedesaan. Konsekuensinya, industri pedesaan tidak akan seragam. Mereka memiliki sifat-sifat lokal yang spesifik. Sementara sumber modal perlu ada insentif dan rangsangan-rangsangan agar modal dari kota 11 Sutrisno Iwantoko. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta: PT. Grasindo. 2006. h. 16. 12 Ibid. h.17 dapat mengalir ke pedesaan. Paling tidak pada periode permulaan haruslah disponsori oleh modal pemerintah. Sedangkan untuk pasar, tampaknya diperlukan tahapan-tahapan yaitu dari mulai pasar lokal yang kemudian secara bertahap ke pasar regional, kemudian pasar nasional, hingga pasar internasional. Atau mungkin kombinasi dari semuanya. Terakhir dukungan investasi sumber daya fisik, yang meliputi sarana jalan dan transportasi, komunikasi, pembangkit tenaga dan sumber air. Menurutnya dalam banyak kasus, kegagalan industri pedesaan disebabkan oleh buruknya sarana umum dan utilitas ini.

2. Gerakan OVOP One Village One Product

a. Definisi OVOP

Isu strategis yang telah berkembang di wilayah Kabupaten Tegal pada sektor perindustrian adalah adanya program OVOP One Village One product, OVOP adalah suatu gerakan pemerintah bekerja sama dengan para pelaku usaha. OVOP telah berkembang di Kabupaten Tegal sejak tahun 2011. Dalam buku “Kebijakan Industri Kabupaten Tegal”, OVOP adalah upaya kelompok masyarakat yang dibantu pemerintah untuk menghasilkan produk yang menjadi identitas, dapat diterima pasar, dan mengandalkan sumber daya lokal. Disini, istilah “Village” dan “One-Product” tidaklah dimaknai secara harfiah. “Village” merujuk pada wilayah administratif tertentu, secara desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota da n sebagainya. Sementara itu, “One- Product ” dimaknai sebagai jumlah minimum jenis produk yang memenuhi kriteria tertentu. Tujuan adanya gerakan OVOP adalah mengembangkan produk lokal berdaya saing global dengan menekankan pada penciptaan nilai tambah, mendorong semangat kemandirian dan kebanggaan. Dengan demikian, tingkat keberhasilannya tidak hanya diukur dari kemakmuran Gross National Product , tetapi juga kepuasan batin Gross National Satisfaction masyarakat setempat. 13 Menurut kementerian Koperasi dan UKM RI, OVOP adalah upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan suatu daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wadah koperasi atau UKM. Tiga Prinsip Gerakan OVOP berdasarkan kementerian Koperasi dan UKM RI adalah: a Lokal tapi Global Pengembangan gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memasarkan produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa dipasarkan baik di dalam maupun di luar. Sehingga tercapai tujuan lokal tapi global. b Kemandirian dan Kreativitas Sebagai penghela gerakan OVOP adalah masyarakat setempat. Agar mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan kreatif. c Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor pertanian, industri, pariwisata, jasa serta pemasaran produknya. Sehingga meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing. 14 PT. Putra Bungsu termasuk ke dalam sentra industri pengolahan logam dan mesin, dimana usaha tersebut memfokuskan 13 Kebijakan Industri Kabupaten Tegal , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, 2012, h. 53. 14 Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan OVOP One Village One Product, Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan UKM RI, h. 6. diri pada kegiatan memproduksi komponen kapal dan pengecoran logam. Usaha ini mampu memanfaatkan barang-barang bekas dari logam yang sudah tidak digunakan, kemudian didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna. Maka dari itu, secara tidak langsung usaha ini tidak hanya mendayagunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai, tetapi juga mampu meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dengan mendaur barang barang bekas tersebut. Konsep OVOP pertama kali digagas pada tahun 1975-1978 oleh Gubernur Prefektur Oita, Dr. Morihiko Hiramatsu. Meskipun digagas oleh gubernur, namun porsi pelaksanaan OVOP di Prefektur Oita ada pada masyarakat sekitar atau komunitas. Seperti pada gambar berikut: 15 15 Ibid.., h. 55. Gambar 2.1. Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP Haraguchi Tahun 2008 Pemerintah Prefektur Komunitas Dukungan Tambahan Setiap kebijakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing, begitupun dengan kebijakan OVOP. Maka dari itu, dalam mengambil kebijakan harus mengambil pendekatan yang paling sesuai dengan karakteristik wilaayahnya. - Kelompok kerjasamaasosiasiperempuan - Kepemimpian yang kompeten dan kuat - Menyajikan nasihat teknis dan pemasaran Unit Layanan Teknis - Pemilihan dan pembuatan produklayanan yang sesuai dengan memanfaatkan sumber daya lokal - Pembagian informasi dan pembelajaran - Sosialisasi untuk kerjasama yang lebih baik Anggota komunitas Deteminasi yang kokoh Menyajikan umpan balik pada kelompok Widyawisata, seminar, pertukaran Memasarkan produk OVOP kepada pasar yang beragam melalui saluran distribusi yang berbeda- beda Pekan rayapameran, publisitas