Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
e. Arenosol berpotensi di daerah Bangka, dengan penambahan pupuk organik dapat
ditanami lada, dan pada musim kemarau tanah ditutupi dengan mulsa;
f. Acrisol berpotensi setelah hutan dibuka untuk perladangan, kemudian ditinggalkan
tumbuh alang-alang dengan beberapa pohon, sekarang tanah ini digunakan untuk pertanaman karet dan kelapa sawit, dan tanaman pangan;
g. Nitosol berpotensi cukup baik untuk tanaman semusim, padi dengan pembuatan teras,
kacang tanah, sayur-sayuran, kopi, coklat, buah-buahan, karet, dan lain-lain;
h. Rendzina berpotensi di daerah dengan curah hujan yang tinggi dianjurkan menanam
tanaman tahunan permanen daripada tanaman semusim, gunanya untuk mencegah erosi, ditanami sayuran juga cukup baik karena subur, tetapi lebih mudah tererosi;
i. Andosol berpotensi di Sumatera Utara untuk pertanian tetap, ditanami seperti padi,
kacang tanah, tembakau, buah-buahan, sayur-sayuran, dan teh di tempat yang tinggi agak tahan terhadap Al yang tinggi sehingga dapat tumbuh dengan baik, sedangkan
tanah yang netral samapai basa cocok ditanami kopi, coklat, kina, dan lain-lain;
j. Luvisol berpotensi kesuburannya cukup baik, responsif terhadap pemupukan N, P,
dan K, sedangkan faktor penghambatnya berupa erosi dan kekeringan;
k. Vertisol berpotensi bila tersedia air cocok ditanami padi dan berbagai tanaman;
l. Cambisol berpotensi pada daerah dengan ketinggian 1000 m dpl sering ditanami
kopi, sedangkan pada dataran rendah cocok untuk padi, palawija, dan lain-lain;
m. Podzol berpotensi tanaman yang mungkin ditanami adalah sayur-sayuran, nenas,
jambu mete, sebaiknya dibiarkan sebagai hutan, atau ditanami pinus;
n. Ferralsol berpotensi kesuburan tanah rendah, peka erosi, tanaman karet mungkin
dapat diusahakan tetapi perlu input tinggi, paling baik digunakan sebagai hutan.
5. MetodeStrategi Pembelajaran
Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1.
Ceramah 2.
Tanya Jawab 3.
Diskusi 4.
Penugasan
6. Tahap Pembelajaran
A. Kegiatan Pendahuluan
Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan
lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.
B. Kegiatan Perkuliahan Inti
Dosen: 1.
Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis 2.
Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3.
Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi 4.
Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5.
Memberi evaluasi Mahasiswa:
1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen
2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas
3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen
4. Mengerjakan evaluasi
C. Kegiatan Akhir
Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi
Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
7. AlatBahanSumber Belajar A. AlatMedia
Media pembelajaran yang dipergunakan: 1.
Proyektor 2.
Papan tulis dan spidol 3.
LCD dan Laptop 4.
Contoh materi yang ada di sekitar
B. BahanSumber Bacaan
Arabia, T. 2014. Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris.
Soil Survey Staff
. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10
th
ed. USDA-NRCS. Washington, DC.
Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
SATUAN ACARA PENGAJARAN SAP
Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.
Program Studi ; S1 Ilmu Tanah
Kode Mata Kuliah : PIT-301
Nama Mata Kuliah : Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia
Jumlah SKS : 3 SKS 2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum
KelasSemester : ?V
Pertemuan : Ke-6
Alokasi Waktu : 100 menit
1. Standar Kompetensi
Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami definisi dan perkembangan Ferrolyzed soil proses terjadinya ferolisis, definisi dan
terbentuknya lapisan paitu, serta definisi edafologi kesuburan Ferroyzed soil Indonesia. Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami tentang perkembangan dan edafologi Ferrolyzed soil Indonesia.
3. Indikator
Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1.
Menyebutkan definisi Ferroyzed soil, 2.
Menjelaskan proses terjadinya ferolisis, 3.
Menyebutkan definisi lapisan paitu, 4.
Menjelaskan terbentuknya lapisan paitu, 5.
Menyebutkan definisi edafologi, dan 6.
Menjelaskan kesuburan Ferroyzed soil.
4. Materi Ajar
1. Ferrolyzed soil
Ferrolyzed soil adalah tanah hidromorfik masam yang sangat dilapuk atau tanah alluvial yang berasal dari bahan induk tua. Menurut Pusat Penelitian Tanah 1982 ferrolyzed soil
setara dengan „Planosol‟, menurut FAO 1974 setara dengan „Glyeic Acrisol‟, sedangkan menurut Soil Taxonomy 2006 setara dengan „Aquult atau Aquox‟. Dilihat
dari nama tanahnya, perkembangan tanah ini berada pada tingkat senile akhir.
2. Proses Terjadinya Ferolisis