Hubungan Iklim dan Topografi Hubungan Iklim dan Bahan Induk Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Ajar 1. Gleysol Histosol

Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK

5. Hubungan Iklim dan Topografi

Hubungan iklim dan topografi, makin tinggi ketinggian tempat iklim makin dingin, dan jenis tanah yang terbentuk akan berbeda.

6. Hubungan Iklim dan Bahan Induk

Hubungan iklim dan bahan induk, pada iklim dan bahan induk yang berbeda akan terbentuk jenis tanah yang berbeda.

5. MetodeStrategi Pembelajaran

Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan 6 . Tahap Pembelajaran

A. Kegiatan Pendahuluan

Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.

B. Kegiatan Perkuliahan Inti

Dosen: 1. Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis 2. Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3. Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi 4. Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5. Memberi evaluasi Mahasiswa: 1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen 2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas 3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen 4. Mengerjakan evaluasi

C. Kegiatan Akhir

Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi

7. AlatBahanSumber Belajar A. AlatMedia

Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor 2. Papan tulis dan spidol 3. LCD dan Laptop 4. Contoh materi yang ada di sekitar

B. BahanSumber Bacaan

Arabia, T. 2014. Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh. FAO. 1966. Papadakis climate system. FAO-UNESCO. Paris. FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris. Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK SATUAN ACARA PENGAJARAN SAP Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. Program Studi ; S1 Ilmu Tanah Kode Mata Kuliah : PIT-301 Nama Mata Kuliah : Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia Jumlah SKS : 3 SKS 2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum KelasSemester : ?V Pertemuan : Ke-4 Alokasi Waktu : 100 menit

1. Standar Kompetensi

Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami tentang jenis tanah menurut FAO 1974: 1 Fluvisol, 2 Gleysol, 3 Histosol, 4 Lithosol, 5 Arenosol, 6 Acrisol, 7 Nitosol, 8 Rendzina, 9 Andosol, 10 Luvisol, 11 Vertisol, 12 Cambisol, 13 Podzol, dan 14 Ferralsol. Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium.

2. Kompetensi Dasar

Mahasiswa memahami tentang pembagian wilayah jenis tanah FAO, 1974 di Indonesia.

3. Indikator

Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan jenis tanah Fluvisol, 2. Menjelaskan jenis tanah Gleysol, 3. Menjelaskan jenis tanah Histosol, 4. Menjelaskan jenis tanah Lithosol, 5. Menjelaskan jenis tanah Arenosol, 6. Menjelaskan jenis tanah Acrisol, 7. Menjelaskan jenis tanah Nitosol, 8. Menjelaskan jenis tanah Rendzina, 9. Menjelaskan jenis tanah Andosol, 10. Menjelaskan jenis tanah Luvisol, 11. Menjelaskan jenis tanah Vertisol, 12. Menjelaskan jenis tanah Cambisol, 13. Menjelaskan jenis tanah Podzol, dan 14. Menjelaskan jenis tanah Ferralsol.

4. Materi Ajar 1.

Fluvisol Fluvisol adalah tanah yang berkembang dari bahan iluvial baru dan tidak mempunyai horison penciri lain kecuali tertimbun ≥ 50 cm oleh bahan baru selain okrik, umbrik, histik, atau sulfurik.

2. Gleysol

Gleysol adalah tanah yang m empunyai sifat hidromorfik pada kedalaman ≤ 50; dan tidak mempunyai horison lain kecuali tertimbun ≥ 50 cm oleh bahan baru selain horison A, histik, kambik, kalsik, atau gipsik.

3. Histosol

Histosol adalah tanah yang mempunyai horison O histik dengan ketebalan mulai dari permukaan atau kumulatif dalam 80 cm teratas: a ≥ 40 cm; atau b ≥ 60 cm jika terdiri Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK dari lumut sphagnum, atau BD 0.1; atau c 40 cm jika terletak di atas hamparan batuan.

4. Lithosol