Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
3. Proses Perkembangan Gambut Ombrogen
Proses perkembangan gambut ombrogen adalah bila gambut topogen terus menerus berkembang, dan tanah semakin tinggi, sehingga air sungai tidak dapat melimpah ke
permukaan gambut, sehingga yang menggenangi hanyalah air yang berasal dari air hujan ombrogen. Akar-akar tanaman tidak dapat menjangkau unsur hara yang ada di dalam
tanah, sehingga bahan organik yang ada pada tanaman menjadi rendah, sehingga tanah gambut yang ada di lapisan atas menjadi kurus yang bersifat oligotrophic kesuburan
tanahnya rendah, lama kelamaan akan terbentuk kubah gambut dome.
4. Proses Perkembangan Gambut Pegunungan
Proses perkembangan gambut pegunungan adalah gambut yang terbentuk di dataran tinggi pegunungan, dengan kondisi iklim hampir sama dengan iklim daerah sedang dan
dengan vegetasi dominan adalah tanaman tingkat rendah, Sphagnum, Hydrophyta dan Cyperaceae. Di dijumpai di dataran tinggi Dieng, puncak Papandayan, dan Pangrango.
5. Tingkat Perkembangan Gambut Fibrik
Tingkat perkembangan gambut fibrik kasar adalah gambut dengan tingkat pelapukan awal masih muda, dan lebih dari 34 bagian volumenya berupa serat segar. Cirinya, bila gambut
diperas dengan telapak tangan dalam keadaaan basah, maka kandungan serat yang tertinggal di dalam telapak tangan setelah
pemerasan ≥ 34.
6. Tingkat Perkembangan Gambut Hemik
Tingkat perkembangan gambut hemik sedang adalah gambut yang mempunyai tingkat pelapukan setengah matang, sebagian bahan telah mengalami pelapukan dan sebagian lagi
berupa serat. Bila diperas dengan telapak tangan dalam keadaan basah, gambut agak mudah melewati sela-sela jari-jari dan kandungan serat yang tertinggal di dalam telapak tangan
setelah pemerasan adalah antara 14 dan 34.
7. Tingkat Perkembangan Gambut Saprik
Tingkat perkembangan gambut saprik halus adalah gambut yang tingkat pelapukannya sudah lanjut matang. Bila diperas, gambut sangat mudah melewati sela jari-jari dan serat
yang tertinggal dalam telapak tangan 14.
8. Proses Pematangan Gambut Secara Fisik
Proses pematangan gambut secara fisik adalah proses ini ditandai dengan penurunan dan perubahan warna tanah dan mengakibatkan penyusutan subsidence volume tanah.
Banyaknya penyusutan tergantung dari sifat-sifat sisa tanaman, banyaknya bagian mineral tanah dan tingginya muka air tanah. Proses ini disebabkan oleh dehidrasi karena
perbaikan drainase, evapotranspirasi, dan penyerapan oleh akar-akar tanaman. Hilangnya air volume gambut menyusut, tanah menjadi padat, dan lebih mudah dikerjakan. Bila
dehidratasi terlalu kuat maka pematangan fisik dapat menyebabkan tanah menjadi kering irreversible tidak dapat menyerap air kembali
9. Proses Pematangan Gambut Secara Kimia
Proses pematangan gambut secara kimia adalah terjadi melalui peruraian bahan-bahan organik menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Proses pematangan ini akan melepaskan
senyawa-senyawa asam-asam organik yang beracun bagi tanaman dan membuat suasana tanah menjadi asam. Gambut yang telah mengalami pematangan kimia secara sempurna akhirnya
akan membentuk bahan organik baru yang disebut sebagai humus yang resisten.
10. Proses Pematangan Gambut Secara Biologi
Proses pematangan gambut secara biologi adalah proses yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme tanah, terjadi setelah pembuatan drainase, karena tersedianya oksigen yang
cukup menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme, meliputi penghalusan dan mencampur-adukan bahan-bahan kasar yang dilakukan oleh organisme hidup. Terjadi
setelah proses disintegrasi atau pada waktu integrasi. Dalam proses ini struktur asli tanaman hampir seluruhnya dihancurkan dan terbentuk horison A1 moulded layer. Bila
bagian-bagian yang belum dihancurkan jumlahnya 15 disebut prominent organik A
1
.
Koordinator Mata K uliah “Geografi dan Perkembangan Tanah Indonesia”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
5. MetodeStrategi Pembelajaran