5.2.5 Faktor Paling Dominan Berhubungan dengan Kejadian Obesitas Anak
Berdasarkan analisis multivariat didapatkan bahwa jenis aktivitas fisik merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi kejadian obesitas pada anak dibandingkan jumlah asupan energi, frekuensi makan sumber karbohidrat dan lemak.
Jenis aktivitas fisik merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian obesitas anak p value= 0,005,PR=108,025,CI
95:4,02-2901,94. Hal ini menunjukan anak yang kurang beraktivitas fisik 108,025 kali berisiko untuk mengalami obesitas
daripada anak yang beraktivitas fisik sedang maupun berat. Penelitian Subardja dkk 2000 yang membandingkan
besarnya hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik menyatakan pola aktivitas fisik lebih berhubungan dengan
terjadinya obesitas pada anak dibandingkan jumlah asupan energi. Hal ini mencerminkan pola hidup sedentary life style berkontribusi
dalam terjadinya obesitas pada anak. Keith SW dkk 2006 juga berpendapat bahwa aktivitas fisik yang tidak baik merupakan faktor
paling dominan menimbulkan risiko terjadinya obesitas. Penelitian Mustelin juga menunjukan bahwa aktivitas fisik
merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian obesitas pada anak. Hasil penelitian ini menunjukan responden
yang tidak rutin berolahraga memiliki risiko obesitas sebesar 1,35 kali dibandingkan dengan responden yang rutin berolahraga. Selain
itu ternyata anak yang tidak rutin berolahraga justru cenderung memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang
rutin berolahraga. Penelitian Hudha 2006 dengan judul hubungan antara pola
makan dan aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja kelas II SMP Theresiana I Yayasan Bernadus Semarang menyimpulkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa obesitas terjadi 80,1 akibat jumlah asupan energi yang berlebih dan hanya 19,9 disebabkan karna aktivitas fisik.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan pada penelitian ini ialah banyaknya anak yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Hal ini
dikarenakan anak lupa menu makannya, adanya keterbatasan waktu dan kondisi lapangan yang kurang mendukung saat
pengambilan data. Selain itu, peneliti tidak mengontrol faktor perancu yang mempengaruhi kejadian obesitas seperti genetik,
psikologis, dan faktor sosial ekonomi. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya apabila akan melakukan
penelitian dalam konteks yang sama.
Universitas Sumatera Utara