Rosenbloom, 1999 mengemukakan protein memiliki efek yang mengenyangkan dari makronutrien lain. Meningkatkan
asupan protein mungkin bermanfaat bagi beberapa individu untuk
Kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein memiliki kapasitas penyimpanan
sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino diregulasi dengan ketat sehingga bila asupan
protein berlebihan dapat dipastikan akan dioksidasi. Hal ini yang menyebabkan jenis sumber protein tidak meningkatkan
risiko untuk terjadinya obesitas. mengendalikan berat badan dan mencegah terjadinya
obesitas. Hasil penelitian ini berbeda, kemungkinan
disebabkan tidak lengkapnya anak mengisi food recall yang diberikan dan perbedaan jenis kuesioner yang digunakan.
5.2.3 Hubungan Frekuensi Makan terhadap Kejadian Obesitas Anak
1. Frekuensi Makan Sumber Karbohidrat
Berdasarkan hubungan frekuensi makan sumber karbohidrat dengan kejadian obesitas anak, hasil penelitian ini
menunjukan ada hubungan frekuensi makan sumber karbohidrat terhadap kejadian obesitas anak PR=23,438. Hal
ini menunjukan anak yang sering mengonsumsi sumber karbohidrat 23,438 kali lebih berisiko untuk menjadi obes
dibanding yang tidak sering mengonsumsi sumber karbohidrat. Duvigneaud dkk, 2007 di Jeman menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan sumber karbohidrat dengan kejadian obesitas p=0,001 dimana
frekuensi makan sumber karbohidrat yang sering tapi sedikit mengurangi risiko terjadinya obesitas. Hasil ini berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan yang didapatkan peneliti, kemungkinan disebabkan karena desain penelitian dan jangka waktu penelitian yang
berbeda sehingga tidak dapat diketahui anak yang sering mengonsumsi sumber karbohidrat apakah dalam jumlah yang
yang banyak atau sedikit. Frekuensi makan memang harus dinilai dalam jangka waktu yang lama, sedangkan peneliti
memantau frekuensi makan hanya dalam jangka waktu yang singkat.
Kebiasaan makan merupakan faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Variasi makanan dan
frekuensi makan yang sering tapi sedikit dapat mengurangi jumlah asupan energi yang berlebih Atmarita, 2005.
2. Frekuensi Makan Sumber Lemak
Berdasarkan hubungan frekuensi makan sumber lemak dengan kejadian obesitas anak, hasil penelitian ini menunjukan
hubungan yang signifikan antara frekuensi makan sumber lemak terhadap kejadian obesitas anak PR=14,327. Hal ini
menunjukan anak yang sering mengonsumsi sumber lemak 14,327 kali lebih berisiko untuk menjadi obes dibanding yang
tidak sering mengonsumsi sumber lemak. Suhardjo 1989 menyatakan bahwa frekuensi makan
sumber lemak dan makanan cepat saji yang tinggi pada anak akan mempertinggi risiko terjadinya obesitas. Selain itu, lemak
memiliki kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga
sekitar 96 lemak akan disimpan dalam jaringan lemak Fukuda, 2001.
Universitas Sumatera Utara
3. Frekuensi Makan Sumber Protein