energi. Serat pangan cenderung mengurangi asupan makanan dengan memperlambat pencernaan dan penyerapan nutrisi,
meningkatkan produksi hormon usus, dan meningkatkan rasa kenyang. Selain itu, beberapa jenis serat mengurangi penyerapan
keseluruhan lemak dan garam Robert, 2002. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang diperoleh peneliti, kemungkinan disebabkan
karena tidak lengkapnya anak mengisi food recall yang diberikan dan perbedaan kuesioner yang diberikan.
Hasil penelitian yang berbeda ditemukan pada penelitian di Australia menemukan hubungan signifikan antara porsi harian jus
buah dan minuman ringan dengan kejadian obesitas. Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak yang sering mengkonsumsi buah
dan sayuran juga lebih mungkin untuk menjadi obesitas dibandingkan anak-anak yang tidak mengkonsumsi buah dan
sayuran
5.2.4 Hubungan Jenis Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas Anak
.
Berdasarkan hubungan jenis aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas anak, hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang
signifikan antara jenis aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas anak.
Penelitian Kaplan dkk, 2003 mendapatkan hasil bahwa risiko obesitas pada laki-laki dengan aktivitas fisik kurang sebesar
2,49 kali CI 95: 1,65-3,75 dibandingkan dengan laki-laki dengan aktivitas fisik cukup. Sedangkan risiko obesitas pada
perempuan dengan aktivitas fisik kurang sebesar 1,85 kali CI 95: 1,65-2,07 dibandingkan dengan perempuan dengan aktivitas fisik
cukup. Penelitian Pampang 2007 menyimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status obesitas
Universitas Sumatera Utara
siswa p0,05. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Sudikno dkk, 2010 yang mengungkapkan bahwa ada hubungan
bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas di Indonesia. Risiko obesitas ditemukan lebih tinggi pada laki-laki
yang aktivitas fisiknya kurang OR=1,59 dibandingkan dengan perempuan yang aktivitas fisiknya kurang OR=1,29.
Beberapa penelitian menyatakan anak rata-rata menonton televisi 24 jam per minggu. Setiap kenaikan per jam menonton TV
telah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi kelebihan berat badan pada anak sebesar 2. Hal ini mungkin berkaitan dengan
penggantian aktivitas fisik, peningkatan konsumsi energi saat menonton TV, dan efek iklan di televisi yang secara tidak langsung
meningkatkan jumlah asupan energi yang dikonsumsi Robbinson, 1999.
Penelitian Azhari 2007 menyimpulkan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan obesitas OR=2,100, CI
95:1,032-4,272. Hal ini menunjukan siswa yang tidak aktif memiliki peluang risiko 2,1 kali lebih besar mengalami obesitas
dibandingkan siswa yang aktif. Penelitian di Jepang tentang hubungan jenis aktivitas fisik
sedang berat terhadap kejadian obesitas menunjukan risiko obesitas OR:0,48 pada kelompok yang memiliki kebiasaan olahraga.
Penelitian di Amerika menunjukan penurunan berat badan dengan jogging OR: 0,57, aerobik OR: 0,59, tetapi untuk olahraga tim
dan tenis tidak menunjukan penurunan berat badan yang signifikan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5 Faktor Paling Dominan Berhubungan dengan Kejadian Obesitas Anak