Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

sehingga orang tersebut menjadikan makanan sebagai pelariannya. Pada anak, makan berlebihan dapat terjadi sebagai respons terhadap kesepian, berduka atau depresi, dan respons terhadap rangsangan dari luar seperti iklan makanan. Tekanan perasaan, misalnya sangat kecewa dapat mengakibatkan beberapa orang berhenti melakukan kegiatan fisik dan pada saat yang bersamaan orang tersebut makan lebih banyak dari biasa sehingga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Iklan makanan dapat mempengaruhi kesukaan maupun pilihan makanan. Iklan tersebut berisikan produk makanan yang rendah nilai nutrisinya seperti sereal yang tinggi gula sederhananya serta makanan yang tinggi gula, lemak, garam. Pada anak yang usianya lebih besar, makan baginya merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam mencapai kasih sayang. Jadi gangguan psikologis dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas.

2.2.5. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Anak usia 7-12 tahun masuk dalam kategori praremaja. Pada periode ini pertumbuhan berjalan terus walaupun tidak secepat saat bayi. Pada umumnya kelompok usia ini memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita, namun nafsu makan mereka cenderung menurun sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang dibutuhkan Notoatmodjo, 2005. Anak yang tergolong dalam usia sekolah memerlukan makanan yang hampir sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah. Namun, karena pertambahan berat badan dan banyaknya aktivitas yang mereka lakukan maka dibutuhkan porsi yang lebih besar Pudjiadi, 1997. Golongan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan golongan usia 7-9 tahun. Hal ini dikarenakan pada Universitas Sumatera Utara usia 10-12 tahun mereka mengalami pertumbuhan lebih cepat terutama penambahan tinggi badan. Kebutuhan gizi pada anak usia 10-12 tahun berbeda antara laki-laki dan perempuan terutama kebutuhan akan zat besi. Anak perempuan membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada anak laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena pada usia tersebut anak perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan zat besi yang lebih banyak. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk anak usia sekolah Menkes RI 2005 dalam Hardinsyah dkk, 2010 adalah seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan untuk Anak Usia Sekolah Zat Gizi Usia 7-9 tahun Usia 10-12 tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Energi Kkal 1850 1850 2100 2000 Karbohidratgr 254 254 289 275 Lemak gr 72 72 70 67 Protein gr 49 49 56 60 Merujuk pada anjuran perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak di Amerika Serikat IOM, 2005 dan menyelaraskan dengan Pedoman Gizi Seimbang Indonesia Kemenkes, 2005 serta perhitungan hasil konsumsi pangan Riskesdas, 2010 dalam Hardinsyah, 2004, maka anjuran kecukupan lemak dalam konteks AMDR Aceptable Macronutrient Distribution Range bagi penduduk Indonesia dibagi ke dalam tiga kelompok penduduk seperti disajikan pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Anjuran Komposisi Energi dari Karbohidrat, Protein, dan Lemak Zat Gizi Makro Persen Terhadap Total Energi Bayi 0-11 bulan Anak 1-3 tahun Anak 4-18 tahun Dewasa Protein 5 15 5-20 15 10-30 15 10-30 Lemak 55 35 30-40 30 25-35 25 20-30 Karbohidrat 40 50 45-65 55 45-65 60 45-65 Berdasarkan Air Susu Ibu ASI dari United Nations University Center. Angka dalam kurung merupakan kisaran anjuran di Amerika Serikat IOM,2005.

2.2.6. Penilaian Pola Makan pada Anak

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Dan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di SMP Harapan 1 Medan Dan SMP Negeri 10 Medan Tahun 2004

0 32 88

Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

2 83 115

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 17

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS ANAK PADA SISWA SD DEK PADANG TAHUN 2011.

0 0 10

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR.

0 2 13

Hubungan Riwayat Obesitas pada Orangtua dengan Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar.

0 0 13

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH

0 1 5

Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Kejadian Kelebihan Berat Badan Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Getasan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Kejadia

0 0 48

Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Anak Kelas V Dan VI Di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amalyyah

1 3 7