Pengaruh Pola Konsumsi terhadap Obesitas

untuk regulasi sistem neuropeptida sentral yang berperan dalam regulasi homeostasis energi. Penggunaan energi setiap hari pada setiap individu bervariasi berdasarkan aktivitas yang dilakukannya. Misalnya, seorang yang duduk menggunakan energi basal yang sangat rendah dapat meningkatkan kebutuhan kalori harian sebanyak 500 kalori dengan berenang selama satu jam. Apabila penggunaan kalori melebihi kalori yang disediakan melalui diet, cadangan energi akan diubah sehingga menyebabkan penurunan berat badan. Hal ini berpengaruh dalam penghitungan kalori dalam program pengaturan berat badan melalui olahraga. Menurut Centre for Disease Control CDC 2002 , jenis aktivitas fisik dibagikan menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat, seperti berikut: a Aktivitas Ringan: duduk, naik motor, naik angkutan, antar jemput, mengasuh adik, mencuci piring, menonton TV, main play station, main komputer, belajar di rumah. b Aktivitas Sedang: bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, kegiatan pramuka, main musik, panduan suara, band, palang merah, tenis meja, cuci pakaian menggunakan tangan, mencuci mobil, memasak, menyapu, menyiram tanaman. c Aktivitas Berat: menari, memain drum, sepak bola, basket, renang, badminton, tenis lapangan, taekwando, aerobik, lari, skiping, sit-up.

2.5. Pengaruh Pola Konsumsi terhadap Obesitas

Obesitas disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan sehari-hari untuk memelihara dan memulihkan kesehatan, proses tumbuh kembang dan melakukan aktifitas jasmani yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Faktor konsumsi makanan ini merupakan faktor yang terpenting untuk terjadinya kegemukan. Banyaknya pilihan jenis makanan, tersedianya Universitas Sumatera Utara makanan sepanjang hari dan metode pengawetan makanan yang semakin canggih berpengaruh terhadap tingginya asupan energi Barasi, 2007. Apabila konsumsi energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide-Y NPY sehingga menurunkan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar daripada konsumsi energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan Harrison, 2003. Penelitian Croezen 2007 menunjukan pola makan yang tidak teratur seperti tidak sarapan pagi, asupan alkohol, dan rendahnya aktivitas fisik menyebabkan obesitas Indeks Massa TubuhIMT meningkat. Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan idealnormal. Kelebihan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan meningkat. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam porsi besar, seperti jenis makanan karbohidrat, lemak maupun protein, dan kurangnya aktivitas. Perubahan budaya makan ternyata dapat menyokong kecenderungan terjadinya kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan. Kebiasaan makan keluarga suka ditiru oleh anak anak, misalnya makan berlebihan, frekuensi makan sering, makan snack yang berlebihan dan makan di luar waktu makan. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas anak kelas V dan VI di SD Yayasan Pendidikan Syafiyyatul Amaliyyah. Berdasarkan tujuan di atas maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah : Skema 3.1Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Anak Variabel Independen Variabel Dependen Pola Makan : 1. Jumlah Asupan Energi 2. Jenis Sumber Karbohidrat 3. Jenis Sumber Lemak 4. Jenis Sumber Protein 5. Frekuensi Makan Karbohidrat 6. Frekuensi Makan Lemak 7. Frekuensi Makan Protein 8. Frekuensi Makan Makanan Cepat Saji 9. Frekuensi Makan Sumber Serat Aktivitas Fisik Obesitas Confounding Factors: 1. Genetik 2. Psikologis 3. Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Dan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di SMP Harapan 1 Medan Dan SMP Negeri 10 Medan Tahun 2004

0 32 88

Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

2 83 115

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 17

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS ANAK PADA SISWA SD DEK PADANG TAHUN 2011.

0 0 10

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR.

0 2 13

Hubungan Riwayat Obesitas pada Orangtua dengan Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar.

0 0 13

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH

0 1 5

Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Kejadian Kelebihan Berat Badan Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Getasan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Kejadia

0 0 48

Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Anak Kelas V Dan VI Di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amalyyah

1 3 7