Karakteristik KTSP

C. Karakteristik KTSP

KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat peserta didik datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial. Salah satu perhatian sekolah harus ditujkan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial,

Manajemen Berbasis Sekolah

ekonomi maupun politik. Disini lain sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, parisipasi dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:

1. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi,

2. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional serta team kerja yang kompak dan transparan.

Untuk lebih jelasnya, masing-masing karakteristik tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,

tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Selain itu, sekolah dan satuan pendidikan juga diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam mengambil keputusan

disertai

seperangkat

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan profesional.

2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah sebagai nara sumber pada berbagaii kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional

Dalam KTSP, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut oleh sekolah adalah pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan

proses “bottom up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil serta pelaksanaannya.

Manajemen Berbasis Sekolah

4. Team-kerja yang kompak dan transparan

Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kinerja kerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya pihak- pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing- masing untuk mewujudkan suatu “sekolah yang dapat dibanggakan” oleh semua pihak. Mereka tidak saling menunjukan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

Dalam pembelajaran misalnya pihak-pihak terkait bekerja sama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang disepakati bersama. Dengan demikian keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (sinergistic effect) dari kolaborasi team yang kompak dan transparan. Dalam konsep KTSP yang utuh kekuasaan yang dimiliki sekolah dan satuan pendidikan terutama mencakup pengambilan keputusan tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta penilaian hasil belajar peserta didik. Disamping beberapa karakteristik di atas terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperlihatkan dalam pengembangan KTSP. Terutama berkaitan dengan sistem informasi serta sistem penghargaan dan hukuman.

a. Sistem informasi yang jelas dan transparan

Sekolah dan satuan pendidikan yang mengembangkan dan melaksanakan KTSP perlu memiliki informasi yang jelas tentang program yang netral dan transparan karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi dan posisi sekolah. Informasi ini diperlukan untuk memonitoring evaluasi dan akuntabilitas

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

pembelajaran. Informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain berkaitan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, sumber-sumber belajar kepuasan orang tua dan peserta didik serta visi, dan misi sekolah.

b. Sistem penghargaan dan hukuman

Sekolah dan satuan pendidikan yang mengembangkan dan melaksanakan KTSP perlu menyusun sistem penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) bagi warganya untuk mendorong kinerjanya. Sistem ini juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas warga sekolah, khususnya yang berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu sistem penghargaan dan hukuman yang dikembangkan harus bersifat proporsional, adil dan transparan.

Berdasarkan beberapa prinsip KTSP terurai di atas, maka KTSP yang kini dikembangkan dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia adalah model Kurikulum Berbasis Standar Kompetensi (KBSK). Mengingat bahwa yang menjadi standar yang harus dicapai dalam seluruh proses pendidikan yang bervokus pada kegiatan

pembentukan kompetensi/kemampuan peserta didik (siswa/mahasiswa). Ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas demi kemajuan kehidupan masyarakat Indonesia secara holistik dari berbagai aspek/bidang kehidupan sebagai manusia yang beradab dan bermartabat.

pembelajaran

adalah

Dengan demikian, KBSK dan KTSP setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berbasis kompetensi dasar (curriculum based competencies), bukan materi pelajaran.

Manajemen Berbasis Sekolah

2. Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa (developmentally-appropriate practice), bukan penerusan materi pelajaran.

3. Berpendekatan atau berpusat pembelajaran (learner centered curriculum ), bukan pengajaran.

4. Berpendekatan terpadu atau integratif (integrative curriculum atau learning across curriculum), bukan diskrit.

5. Bersifat diverifikatif, pluralistis, dan multikultural

6. Bermuatan empat pilar pendidikan kesejagatan, yaitu belajar memahami (learning to know), belajar berkarya (lerning to do ), belajar menjadi diri sendiri (learning to be one self), dan belajar hidup bersama (learning to live together).

7. Berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekolah dengan karakteristik tersebut, KBSK dan KTSP telah memungkinkan hal-hal berikut:

a. Terkuranginya materi pembelajaran yang demikian banyak dan padat.

b. Tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai siswa, baik kompetensi tamatan, kompetensi umum, maupun kompetensi dasar mata pelajaran.

c. Terkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan beban belajar siswa yang selama ini sangat berat.

d. Memperbesar kebebasan, kemerdekaan, dan keleluasaan tenaga pendidikan dan pengelola pendidikan di daerah, dan memberikan peluang mereka untuk berimprovisasi, berinovasi, dan berkreasi.

e. Terbukanya kesempatan dan peluang bagi daerah (Kota dan Kabupaten), bahkan pengelolah pendidikan dan tenaga pendidikan, untuk melakukan berbagai adaptasi,

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

modivikasi, dan kontekstualisasi kurikulum sesuai dengan kenyataan lapangan, baik kenyataan demografis, geografis, sosiologis, kultural, maupun psikologis siswa.

f. Terakomodasinya kepentingan dan kebutuhan daerah setempat, terutama kota dan kabupaten, baik dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebudayaan setempat, maupun melestarikan karakteristik daerah, tanpa harus mengabaikan kepentingan bangsa dan nasional.

g. Terbuka lebarnya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian demi peningkatan mutu sekolah, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Sementara itu, Pusat Kurikulum (puskur) di Departemen Pendidikan Nasional RI yang kini telah berubah nama menjadi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) berpegang pada lima karakteristik utama, yaitu: 1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, 2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, 3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, 4) Guru bukan satu- satunya sumber belajar, dan 5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Dalam praktiknya, ciri-ciri tersebut harus tercermin dalam pembelajaran.