Pengertian Kurikulum secara Teoritis

A. Pengertian Kurikulum secara Teoritis

We bster’s third new international distionary menyebut curiculum berasal dari kata curerre. Dalam bahasa Latin “curerre” berarti: 1) Berlari cepat (pada perlombaan lari di stadion), 2) Tergesa-gesa, dan 3) Menjalani. Arti kata curerre di atas menunjuk pada kata sifat yang perlu diwujudkan dalam bentuk perilaku mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu tugas yang didorong oleh suatu keinginan tertentu berdasarkan kebutuhan atau kepentingan yang ingin dipenuhi.

Secara harafiah, arti kata curere dari bahasa Latin yakni berlari cepat menunjuk pada suatu aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara individual maupun bersama orang/individu lain karena ingin mencapai atau mendapat sesuatu hal tertentu. Pengertian lainnya bahwa tergesa-gesa adalah suatu dorongan yang nampak dari aktivitas berlari cepat. Sedangkan arti menjalani menunjuk pada langkah-langkah yang akan ditempuh dan arah dari kegiatan itu sendiri. Karena itu, dalam kata ini terkandung pula arti kata kerja atau kata tugas yang berorientasi pada pencapaian sesuatu tujuan akhir. Dalam pengertian ini terdapat unsur perilaku, tujuan, metode atau cara, teknik atau strategi dan sarana atau alat yang dapat dipergunakan sebagai penunjang dan tempat dilangsungkannya kegiatan dan tugas itu.

Nampak di sini bahwa kata kurikulum dipakai pada awalnya dalam bidang kegiatan olahraga khususnya suatu kegiatan yang mengarah pada perlombaan atau pertandingan untuk memperoleh suatu kemenangan sebagai hasil usaha yang telah ditempuh. Oleh karena itu, kata curerre dalam bahasa Latin, dikata bendakan dengan menunjuk pada beberapa arti lagi, yaitu: 1) Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berlari, 2) Perlombaan, pacuan, balap, dan 3) Peredaran, gerakan berkeliling lamanya.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Dalam perkembangan dari waktu ke waktu, kata kurikulum kemudian digunakan dalam bidang kegiatan pendidikan yang mengandung berbagai makna atau pengertian yang lebih luas lagi. Karena kegiatan pendidikan adalah usaha untuk menjadikan manusia lebih matang atau dewasa kepribadiannya dalam menjalani kehidupan di bumi ini sekarang ataupun nanti.

Menurut sejarah peradaban hidup manusia, bangsa yang pertama-tama mengenal dan melakukan perlombaan/pertandingan olahraga adalah bangsa Yunani dan Romawi. Secara geografis, memang keberadaan kedua bangsa ini berdampingan dekat atau bertetangga, sehingga dalam pergaulan bermasyarakat pasti saling mempengaruhi satu terhadap yang lain-nya terutama dalam kebudayaannya masing-masing. Kedua bangsa ini berada di bagian Timur Benua Eropa yang pertama-tama maju peradaban kebudayaannya setelah bangsa-bangsa Babilonia kuno dan Persia kuno.

Pada abad ke-4 dan ke-3 sebelum Kristus (Masehi), di lingkungan bangsa Yunani telah adanya kebudayaan Hellenisme yang mendorong berbagai aktivitas kemasyarakatan makin diatur secara sistematis dan terorganisir. Pada masa ini lahir sistem pendidikan yang berpusat dalam wadah sekolah-sekolah yang disebut akademi, misalnya akademi Plato dan akademik Aristoteles. Lahirnya sistem pendidikan yang terorganisir ini, menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan manusia makin meningkat terutama dalam bidang-bidang yang bersifat sekularistis, seperti: ilmu kedokteran, ilmu filsafat, ilmu alam, llmu hayat atau biologi, ilmu jiwa, ilmu hitung dan ilmu ukur, ilmu etika dan logika. Ilmu-ilmu ini dikembangkan melalui pendidikan di sekolah-sekolah, misalnya pada tahun 334 sebelum masehi, Aristoteles mendirikan sekolahnya dalam suatu gedung Lyceum,

Manajemen Berbasis Sekolah

yakni suatu ruang olahraga yang merupakan bagian dari kuil Apolos di kota Athena. Aristoteles mengembangkan ilmu pengetahuan filsafat terutama dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya dalam sekolah tersebut. Dalam taman Lyceum itu, Aristoteles berjalan hilir mudik sambil berbicara dengan peserta didik tentang berbagai ilmu dengan gaya mengajar yang membuat sekolah itu dikenal sebagai sekolah peripatetis. Kata ini merupakan kata dari bahasa Yunani “Peripatein” yang artinya “berjalan-jalan”.

Dari sistem pendidikan di sekolah seperti itu terbentuklah suatu konsep mengenai kurikulum sebagai suatu perangkat yang disusun atau ditetapkan sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan. Perangkat itu mencakup berbagai unsur/komponen yang tentunya meliputi subyek didik yakni peserta didik, materi pelajaran, metode mengajar, lingkungan belajar, pendidik atau pengajar, sarana/alat pelajaran dan sebagainya. Rupanya inilah rintisan sejarah kurikulum dalam dunia pendidikan pada masa Yunani kuno di bawah kepeloporan filsuf dan dibantu oleh para Paedagogos (kata Yunani, paedagogis berarti pelayan atau bujang yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak ke dan dari sekolah) . Pekerjaan demikian menciptakan suatu relasi pergaulan dengan anak-anak, sehingga kata pendidikan diartikan dengan istilah Yunani “paedagogiek” yang artinya adalah pergaulan dengan anak-anak. Jadi pendidikan di sekolah merupakan suatu keberadaan yang tercipta situasi pergaulan antara pendidik dan peserta didik (kata paedos = anak dan agoge = saya membimbing, memimpin).

Masih dalam perkembangan kehidupan manusia, pendidikan kemudian dipelajari atau dikaji sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan kepribadian seseorang menjadi lebih matang atau dewasa. Sebagai suatu bidang

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

ilmu pengetahuan, pendidikan memliki sejumlah komponen yang saling kait mengait fungsinya masing-masing menjadi satu, sehingga di sebut sebagai sistem.

Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:

1) Komponen raw-input, yaitu peserta didik yang disebut siswa/mahasiswa.

2) Komponen instrumental-input, yaitu: a) Tujuan, b) Pendidik yang disebut guru/dosen, c) Kurikulum, dan d) Sarana dan prasarana.

3) Komponen environmental-input, yaitu: a) Lingkungan sekolah (lingkungan belajar-mengajar), b) Lingkungan keluarga, c) Lingkungan masyarakat, dan d) Lingkungan pergaulan.

Komponen-komponen tersebut memiliki sub komponen masing-masing sesuai posisi dan fungsinya yang saling kait mengait atau saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Misalnya komponen raw-input yakni peserta didik masih terdiri dari tingkatan umur dan kelas sesuai tingkatan pendidikan yang berlaku serta jenis pendidikan yang dibutuhkan dalam masyarakat suatu bangsa atau negara. Karena itu dalam pendidikan melalui jalur sekolah dikenal peserta didik. Siswa di sekolah dasar dan sekolah menengah serta mahasiswa di perguruan tinggi.

Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh. Semula kata kurikulum dipakai dalam lapangan olahraga.

Pada pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan dengan

Manajemen Berbasis Sekolah

pengertian sebagai sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk kenaikan kelas atau untuk memperoleh Ijazah.