Struktur Program Kurikulum

F. Struktur Program Kurikulum

Sebelum struktur program kurikulum dibahas pada bagian ini, maka perlu dipahami mengenai penguatan tata kelola kurikulum serta penguatan materi yang menjadi dasar penetapan struktur program kurikulum 2013. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum SD/MI (2013:2) menjelaskan mengenai Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif.

2. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader).

3. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2013 untuk struktur kurikulum 2013 pada setiap jenjang satuan pendidikan.

1. Satuan jenjang pendidikan dasar untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI).

2. Satuan jenjang pendidikan dasar untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

3. Satuan jenjang pendidikan menengah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA).

4. Satuan jenjang pendidikan menengah untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

Struktur Program Kurikulum pada setiap satuan jenjang pendidikan tersebut ditetapkan dalam rumusan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti merupakan keseluruhan kemampuan dalam kepribadian peserta didik pada suatu ruang lingkup atau ranah tertentu yang saling terintegrasi menjadi suatu kesatuan kemampuan yang saling berkaitan dan

Manajemen Berbasis Sekolah

saling mengisi serta melengkapi melalui tampilan keberadaan diri seseorang yang mencirikan sifat-sifat hakiki sebagai gambaran karakter kepribadian secara komprehensif. Sedangkan kompetensi dasar (KD) merupakan keseluruhan kemampuan pada suatu ranah tertentu yang dijadikan titik tolak dan titik akhir yang menjadi sasaran dalam proses pembentukan dan pengembangan dalam kegiatan pembelajaran yang ditempuh setiap peserta didik. Ada 3 ranah kompetensi yang paling utama untuk dibentuk dan dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran, yakni ranah kompetensi kognitif/pengetahuan, ranah kompetensi afektif/sikap dan ranah kompetensi psikomotor/ketrampilan-ketrampilan.

Ranah kompetensi kognitif/pengetahuan ruang lingkupnya berada pada kemampuan berpikir dari hasil fungsi syaraf-syaraf otak di kepala manusia dan fungsi kelenjar sel-sel dalam organ hati yang menghasilkan perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, pengertian-pengertian. Ranah kompetensi ini dapat diukur sebagai suatu kecerdasan intelektual (intelectual quality/IQ). Sedangkan ranah kompetensi afektif/sikap berada pada ruang lingkup fungsi sel-sel darah yang menimbulkan hawa nafsu atau emosi-emosi. Ranah kompetensi ini disebut juga sebagai emotionality quality /EQ.

Sementara ranah kompetensi psikomotor/ketrampilan- ketrampilan berada pada ruang lingkup fungsi organ-organ motorik/tubuh seperti otot-otot, tulang dan daging di bantu oleh kelenjar sel hormon-horman yang menimbulkan kekuatan/energi untuk bergerak sebagai makhluk hidup dalam berusaha bekerja mengolah, menata dan memanfaatkan sesuatu di alam semesta ini. Ranah kompetensi ini dapat menampilkan dalam tingkah laku yang penuh semangat untuk hidup seseorang, sehingga dapat digolongkan dalam konsep spiritual quality/SQ. Tiga (3) ranah

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

kompetensi tersebut yang perlu dibentuk dan dikembangkan dalam kepribadian seseorang manusia sebagai peserta didik. Setiap ranah kompetensi memiliki kadar atau ukuran kekuatan/energi masing- masing yang dapat ditampilkan dalam tingkah laku seseorang, baik dalam bentuk tutur kata dan sikap-sikap maupun dalam perbuatan secara motorik.

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan. dan

2. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

3. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Kompetensi inti kelas I, II, dan III Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

Kompetensi inti

Kompetensi inti kelas I

Kompetensi inti

kelas III 1. Menerima

kelas II

dan 1. Menerima dan menjalankan ajaran

dan 1. Menerima

menjalankan ajaran agama

menjalankan ajaran

agama yang dianutnya

2. Menunjukkan jujur,

2. Memiliki perilaku 2. Menunjukkan

perilaku jujur, tanggung

disiplin, tanggung santun, peduli, dan

jawab, santun, percaya diri dalam

jawab,

santun,

peduli, dan percaya

peduli, dan percaya

Manajemen Berbasis Sekolah

diri dalam keluarga,

berinteraksi dengan

diri

dalam

berinteraksi dengan dan guru

teman,

berinteraksi dengan

keluarga,

teman,

keluarga, teman,

guru dan tetangganya. 3. Memahami

dan guru

3. Memahami pengetahuan faktual

3. Memahami

pengetahuan faktual dengan

pengetahuan faktual

dengan cara mengamati

mengamati [mendengar,

mengamati

[mendengar, melihat, membaca]

[mendengar,

melihat, membaca] dan

melihat, membaca]

dan menanya berdasarkan

berdasarkan rasa ingin tahu tentang

ingin tahu tentang dirinya,

ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

ciptaan Tuhan dan kegiatannya,

ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda

benda-benda yang dijumpainya

dijumpainya di rumah

rumah dan di sekolah

sekolah 4. Menyajikan

sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual

4. Menyajikan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang

pengetahuan faktual

dalam bahasa yang jelas

dalam bahasa yang

jelas, sistematis dan dalam karya yang

dan logis,

logis, dalam karya estetis,

dalam karya yang

yang estetis, dalam gerakan

gerakan yang mencerminkan anak

mencerminkan anak sehat, dan dalam

mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan

sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan

mencerminkan perilaku

mencerminkan

perilaku anak beriman

beriman dan berakhlak mulia

berakhlak mulia

berakhlak mulia

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Tabel 4. Kompetensi inti kelas IV, V, dan VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Kompetensi inti

Kompetensi inti kelas IV

Kompetensi inti

kelas VI 1. Menerima,

kelas V

1. Menerima, menjalankan,

1. Menerima,

menjalankan, dan menghargai ajaran

menghargai ajaran agama

menghargai ajaran

agama yang dianutnya.

dianutnya. 2. Menunjukkan

dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku

2. Menunjukkan

perilaku jujur, disiplin,

disiplin, tanggung jawab,

jawab, santun, peduli, dan percaya

peduli, dan percaya diri

peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan

berinteraksi dengan keluarga,

berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru,

guru, dan tetangganya.

tetangganya serta

cinta tanah air. 3. Memahami

cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual

3. Memahami

pengetahuan faktual dengan

pengetahuan faktual

dan konseptual mengamati

dengan cara menanya

mengamati, berdasarkan

mengamati,

menanya dan ingin tahu tentang

mencoba dirinya,

mencoba

berdasarkan rasa ciptaan Tuhan dan

ingin tahu tentang kegiatannya,

ingin

tentang

dirinya, makhluk benda-benda

ciptaan Tuhan dan dijumpainya

yang

ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan rumah, di sekolah

benda-benda yang dan tempat bermain

dijumpainya di

rumah, di sekolah

rumah, di sekolah

dan tempat bermain

dan tempat bermain.

Manajemen Berbasis Sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual

4. Menyajikan

4. Menyajikan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang

pengetahuan faktual

dan konseptual jelas, sistematis dan

dan

konseptual

dalam bahasa yang logis, dalam karya

dalam bahasa yang

jelas, sistematis, yang estetis, dalam

jelas,

sistematis,

logis dan kritis, gerakan

dalam karya yang mencerminkan anak

yang

dalam karya yang

estetis, dalam sehat, dan dalam

estetis,

dalam

gerakan yang tindakan

gerakan

yang

mencerminkan anak mencerminkan

yang

mencerminkan anak

sehat, dan dalam perilaku

sehat, dan dalam

tindakan yang beriman

mencerminkan berakhlak mulia .

perilaku anak

beriman

dan

beriman dan

berakhlak mulia.

berakhlak mulia.

Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana tabel berikut.

Tabel 5. Mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Alokasi waktu per minggu Mata pelajaran I II III

IV V V Kelompok A 1. Pendidikan agama dan budi

4 4 4 4 4 4 pekerti

2. Pendidikan pancasila

5 5 6 5 5 5 kewarganegaran 3. Bahasa Indonesia

dan

8 9 10 7 7 7 4. Matematika

5 6 6 6 6 6 5. Ilmu pengetahuan alam

- 3 3 3 6. Ilmu pengetahuan sosial

- 3 3 3 Kelompok B 1. Seni budaya dan prakarya

4 4 4 5 5 5 2. Pendidikan jasmani, olahraga,

4 4 4 4 4 4 dan kesehatan Jumlah alokasi waktu per minggu

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Keterangan:

1. Mata pelajaran seni budaya dan prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.

2. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas,

terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah antara lain pramuka (wajib), usaha kesehatan sekolah, dan palang merah remaja.

3. Kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka (terutama), unit kesehatan sekolah, palang merah remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler.

4. Mata pelajaran kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran seni budaya dan prakarya serta pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang

kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

5. Bahasa daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

Manajemen Berbasis Sekolah

6. Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu untuk tiap mata pelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.

7. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

8. Khusus untuk mata pelajaran pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kementerian Agama.

Pembelajaran tematik-terpadu Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus

diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

1. Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu.

a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pembelajaran.

b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pembelajaran.

c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pembelajaran.

b. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam pembelajaran.

2. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.

a. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

b. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling

sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

c. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling

sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu.

d. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu.

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kelompok 1 yaitu kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1.

2. Kelompok 2 yaitu kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2.

3. Kelompok 3 yaitu kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3.

4. Kelompok 4 yaitu kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Berdasarkan rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar setiap jenjang kelas, maka kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan memperhatikan muatan pembelajaran yang ditetapkan dalam bentuk tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas

VI. Mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik- terpadu.

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari

Manajemen Berbasis Sekolah

berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 6. Daftar tema setiap kelas

No Kelas I Kelas II

Kelas V Kelas VI 1 Diri

Kelas III Kelas IV

Bermain Selamat- sendiri

dengan kan

dan

keber

benda- makhluk

tumbu-

samaan

benda di hidup

Peristiwa Persatuan aranku

2 Kegem- Bermain

Pengala-

Selalu

dalam dalam lingku-

kehidup- perbe- nganku

an daan

sankan

Hidup Tokoh tanku

3 Kegia- Tugasku

rukun dan hari

nal cuaca

4 Kelu- Aku dan Ringan

Sehat itu Globa- argaku

Berb-

sekolah-

penting lisasi ku

sama dipikul

Bangga Wira- manku

5 Pengala- Hidup

Mari kita Mengh-

bersih

argai jasa sebagai usaha dan sehat

nesia 6 Lingku-

raga

Keseh- ngan

atan bersih,

bumi dan nya

nya

masya- sehat dan

rakat asri 7 Benda,

abatan

Merawat

Mari kita Cita-

binatang hewan

tanaman tumbu-

untuk

di han

masa

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

sekitarku

depan

8 Peristiwa Kesela-

Berperi-

Daerah

alam matan

laku baik tempat

di rumah

sehari- hari

an sehat

Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran yaitu intra- disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner, dan trans-disipliner. Integrasi intra-disipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran. Integrasi inter- disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi- kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran. Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri. Integrasi trans- disipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual.

Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematik

Manajemen Berbasis Sekolah

terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum sebelumnya.

Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai penghela mata pelajaran lain. Melalui perumusan kompetensi inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.

Penguatan peran mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui penggabungan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan tersebut menyebabkan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.

Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai

oleh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kemudahan pengorganisasiannya, kompetensi-kompetensi dasar kedua mata pelajaran ini diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi inter-disipliner).

Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika. Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar mata pelajaran Matematika. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya adalah multi-disipliner, walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu.

Prinsip pengintegrasian inter-disipliner untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat juga diterapkan dalam pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, keterampilan, dan bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

Setelah beberapa bulan kemudian kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 disosialisasikan, maka keluar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 yang membatalkan peraturan sebelumnya. Isi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 menetapkan silabus mata pelajaran dan tema-tema tiap tingkat kelas yang perlu dikembangkan guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Semua mata pelajaran dalam Peraturan Menteri ini dirumuskan dengan pendekatan tematik kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama. Sementara mata pelajaran lainnya ditetapkan tema terpadu untuk semuanya mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan satu tema bersama. Struktur program kurikulum untuk SD/MI menurut Peraturan Menteri ini ditata seperti tabel di bawah ini.

Manajemen Berbasis Sekolah

Tabel 7. Struktur kurikulum SD/MI

Alokasi waktu per minggu Mata pelajaran I II III

IV V V Kelompok A (umum) 1. Pendidikan agama dan budi

4 4 4 4 4 4 pekerti 2. Pendidikan

5 5 6 5 5 5 kewarganegaran 3. Bahasa Indonesia

5 6 6 6 6 6 5. Ilmu pengetahuan alam

- 3 3 3 6. Ilmu pengetahuan sosial

- 3 3 3 Kelompok B (umum)

1. Seni budaya dan prakarya 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan jasmani, olahraga,

4 4 4 4 4 4 dan kesehatan Jumlah alokasi waktu per minggu

Keterangan:

1. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.

2. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.

3. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.

4. Muatan lokal dapat memuat bahasa daerah.

5. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.

6. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.

7. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.

8. Untuk mata pelajaran seni budaya dan prakarya, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.

9. Khusus untuk Madrasah Ibtidaiyah struktur kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.

10. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing- masing satuan pendidikan.

11. Pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran Tematik-Terpadu kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.

1. Beban belajar di SD/MI dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu.

a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pelajaran.

b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pelajaran.

c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pelajaran.

Manajemen Berbasis Sekolah

d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam pelajaran.

2. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18 minggu minggu efektif.

3. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit

18 minggu minggu efektif.

4. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit

14 minggu minggu efektif. Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan melalui

pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI. Mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 8. Daftar tema kelas I, II, dan III

Kelas II 1. Diriku

Kelas I

Kelas II

1. Hidup rukun

1. Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan

2. Kegemaranku

2. Bermain di

2. Perkembangan

teknologi. 3. Kegiatanku

lingkunganku.

3. Tugasku sehari-hari 3. Perubahan di alam 4. Keluargaku

4. Peduli lingkungan 5. Pengalamanku

4. Aku dan sekolahku

5. Hidup bersih dan

5. Permainan

tradisional 6. Lingkungan bersih,

sehat

6. Indahnya sehat, dan asri

6. Air, bumi, dan

persahabatan 7. Benda, hewan, dan

matahari

7. Energi dan tanaman di

7. Merawat hewan dan

perubahannya sekitarku

tumbuhan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

8. Peristiwa alam

8. Keselamatan di

8. Bumi dan alam

rumah dan

semesta

perjalanan

Tabel 9. Daftar tema kelas IV, V, dan VI

Kelas VI 1. Indahnya

Kelas IV

Kelas V

1. Selamatkan kebersamaan

1. Benda-benda di

makhluk hidup 2. Selalu berhemat

lingkungan sekitar

2. Persatuan dalam energi

2. Peristiwa dalam

perbedaan 3. Peduli terhadap

kehidupan

3. Tokoh dan penemu lingkungan hidup

3. Kerukunan dalam

bermasyarakat

4. Berbagai pekerjaan

4. Sehat itu penting

4. Globalisasi

5. Pahlawanku

5. Bangga sebagai

5. Wirausaha

bangsa Indonesia

6. Indahnya negeriku

6. Organ tubuh

6. Kesehatan

masyarakat 7. Cita-citaku

manusia dan hewan

7. Sejarah peradaban

7. Organisasi di

sekitarku 8. Tempat tinggalku

Indonesia

8. Bumiku 9. Makananku sehat

8. Ekosistem

9. Menjelajah angkasa dan bergizi

9. Lingkungan sahabat

kita

luar.

Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan Kompetensi Dasar dari berbagai mata pelajaran yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner. Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran. Integrasi interdisipliner dilakukan dengan menggabungkan Kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran. Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar

Manajemen Berbasis Sekolah

tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri.

Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahan- permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematikterpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum sebelumnya.

Selain itu, pembelajaran tematik terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai penghela mata pelajaran lain. Melalui perumusan kompetensi inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan Mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.

Penguatan peran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui penggabungan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan tersebut menyebabkan Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.

Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

oleh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk kemudahan pengorganisasiannya, kompetensi dasar kedua mata pelajaran ini diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi interdisipliner).

Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika.

Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar mata pelajaran Matematika.

Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya adalah multidisipliner,

walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu.

Prinsip pengintegrasian interdisipliner untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat juga diterapkan dalam pengintegrasian muatan lokal.

Kompetensi dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, keterampilan, dan bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

Nampak dalam kegiatan pembelajaran ditetapkan langkah- langkah kegitan dengan pendekatan scientific, yakni mengamati,

Manajemen Berbasis Sekolah

menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Tanggung jawab guru mata pelajaran adalah mengembangkan langkah-langkah tersebut menjadi langkah- langkah kegiatan operasional/praktis, sehingga mudah diukur dalam penilaian proses.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 57 Tahun 2014 terdapat reformulasi atau penataan ulang rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rumusan kompetensi inti (KI-1) dan (KI-2) selalu merupakan rumusan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran dari semua mata pelajaran yang terintegrasi atau terpadu dalam bentuk tema-tema materi pembelajaran. Sedangkan KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi yang dapat dicapai melalui materi pembelajaran setiap mata pelajaran secara khusus atau spesifik.

Rumusan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran merupakan jabaran kompetensi inti (KI) yang dapat mengandung aspek-aspek kompetensi sesuai ranahnya. Setiap rumusan KD berisi pokok materi pembelajaran yang menjadi alat untuk membentuk dan mengembangkan kompetensi-kompetensi sesuai aspek dan ranahnya. Misalnya rumusan KD 1 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di SD berbunyi: “Menerima dan mensyukuri dirinya sebaga i ciptaan Allah”. Rumusan KD menunjuk pada 2 aspek kompetensi pada ranah kompetensi sikap/afektif. Aspek kompetensi “menerima” berada pada ranah kompetensi sikap/afektif tingkat pertama sedangkan rumusan aspek

kompetensi dengan kata “mensyukuri” berada pada tingkat ke-5 yakni menunjukkan tingkah laku bersyukur melalui sembah sujud

dan pemujaan serta perbuatan baik mengikuti norma-norma. Kata “menerima” sebagai sikap yang ditunjukkan setelah

mencapai proses penilaian terhadap kebaikan dari sesuatu yang

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

berada sebagai konsep pengetahuan. Artinya sikap penilaian lebih tinggi dari ranah kompetensi pengetahuan, sebab sikap menerima terjadi setelah seseorang mencapai pengetahuan tentang kebenaran

dan kebaikan dari sesuatu konsep. Sedangkan kata “mensyukuri” meru pakan suatu kata yang mengandung pengertian “sikap” yang perlu ditunjukkan dalam tingkah laku merendahkan diri kepada kuasa yang lebih tinggi. Karena itu, kedua kata ini menjadi kompetensi dasar yang berada pada ranah kompetensi afektif/sikap.

Di dalam rumusan kompetensi dasar 1 tersebut juga mengandung atau berisi pokok materi pembelajaran tentang “dirinya sebagai ciptaan Allah”. Tentunya yang dimaksud dengan “dirinya” di sini adalah keberadaan kepribadian siswa sebagai peserta didik baik yang berwujud fisik dengan segala organ tubuhnya maupun segala keberadaan diri yang non fisik, seperti jiwa dan rohnya. Sebab dengan keberadaan diri sebagai tubuh, jiwa dan roh merupakan kesatuan kepribadian yang membuat siswa berada sebagai makhluk hidup manusia berbeda dengan makhluk hidup lain. Tentunya yang dimaksud dengan dirinya sebagai realitas keberadaan kepribadian manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh yang senantiasa memiliki kekuatan atau energi sebagai potensi-potensi yang membuat manusia selalu sadar diri.

Tubuh manusia terdiri dari organ-organ fisik yang terbentuk dari unsur daging, otot, tulang, sumsum dan hormon-hormon serta sel-sel darah maupun kelenjar-kelenjar sel yang saling menyatu dan saling melengkapi fungsi sesuai bentuk dan isinya masing-masing. Setiap unsur dari organ fisik manusia memiliki kekuatan dan atau energi yang dihasilkan sesuai fungsinya masing-masing secara realistis/nyata untuk menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang sadar diri dan keberadaannya bersifat fana. Roh manusia menjadi suatu energi kehidupan yang dihasilkan oleh

Manajemen Berbasis Sekolah

syaraf-syaraf berpikir otak dan kelenjar-kelenjar sel hati untuk merasakan, mengingini, mengerti. Sedangkan jiwa atau gejala psikis manusia merupakan hasil fungsi sel-sel darah yang menimbulkan energi kehidupan yang diwujudkan dalam emosi atau tekanan (tensi) yang bergejolak tinggi dan rendah ataupun normal.

Realitas keberadaan manusia yang demikian sebenarnya merupakan hasil dari tindakan penciptaan tokoh Ilahi Yang Maha Kuasa yang disadari oleh manusia dalam dirinya sendiri. Kesadaran diri demikian membuat manusia memilih untuk hidup beragama dengan sistem religius atau keagamaan yang dilakukan dengan beriman atau percaya, mengaku percaya, melakukan perbuatan penyembahan melalui upacara atau ritus-ritus peribadahan kepada Tokoh Ilahi yang dianggap sakral/suci keberadaan-Nya. Karena itu, muncul komunitas agama tertentu dalam sejarah kehidupan manusia didorong oleh kesadaran dirinya sebagai makhluk hidup eksistensial berdasarkan potensi-potensi dirinya yang terdapat dalam tubuh, roh dan jiwanya itu.

Jadi dalam proses pembelajaran, siswa perlu dituntun oleh guru untuk mencapai tingkat kesadaran diri yang demikian untuk menerima dan mensyukuri dirinya sebagai wujud kenyataan dari hasil ciptaan Allah. Dalam proses pembelajaran, siswa perlu dituntun guru untuk mengenal dan mengetahui keberadaan dari bagian organ-organ tubuh yang menunjukkan bahwa dirinya secara fisik berada dalam keadaan normal ataupun keadaan cacat. Semua bentuk keberadaan tubuh demikian menjadi nyata sebagai hasil ciptaan Allah yang perlu diterima dan kemudian membuat keputusan untuk bersyukur dengan ibadah melalui doa dan puji- ppujian sebagai ucapan terima kasih kepada Allah. Ataupun bersyukur dengan menunjukkan perbuatan baik dalam menolong atau memberi perhatian kepada keberadaan kehidupan orang lain.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Jika guru mengetahui dan memahami cakupan isi materi pembelajaran seperti uraian di atas, maka pasti ketika membuat perencanaan kegiatan pembelajaran perlu mengidentifikasi cakupan isi materi pelajaran dengan memulai dari usaha mengenal dan mengetahui bagian organ-organ tubuh. Ha ini tentunya dimulai demikian karena siswa kelas SD belum dapat membaca sendiri untuk mempelajari tubuh manusia secara konseptual, kecuali dituntun perlahan untuk mengenal dan mengetahui secara nyata atau visual dengan pandangan mata. Setiap organ tubuh perlu dikenal keberadaannya secara fisik sesuai bentuk, isi dan fungsinya masing-masing. Materi pembelajaran demikian memang sangat berkaitan dengan ilmu hayat tentang manusia atau Biologi manusia. Tidak akan lepas juga dengan ilmu bahasa dan ilmu bilangan untuk mengenal simbol-simbol bahasa tentang nama masing-masing organ tubuh dan jumlah bagian organ tubuh. Inilah yang akan nampak integrasi ilmu pengetahuan dari setiap isi materi mata pelajaran yang tidak berdiri sendiri dari isi materi mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di SD.

Karena itu KD dari mata pelajaran PAK di SD senantiasa mendukung terbentuknya KI-1, KI-2 dan KI-3 maupun KI-4 sebagai suatu kesatuan kompetensi dalam kepribadian siswa. Artinya setiap rumusan KD senantiasa akan merujuk dan mengandung makna kompetensi yang mencakup keseluruhan bagian dalam kepribadian siswa. Untuk mengetahui tercapaian pembentukan kompetensi dalam proses pembelajaran, maka guru perlu merumuskan indikator-indikator kompetensi pada saat menyusun RPP dan menyusun bahan ajar, sehingga kemudian diukur melalui penilaian proses dan penilaian hasil belajar siswa. Karena RPP, bahan ajar dan instrumen penilaian merupakan perangkat administrasi kurikulum yang peru dikerjakan guru pada saat membuat persiapan atau perencanaan kegiatan pembelajaran.

Manajemen Berbasis Sekolah