Kode Etik Guru

D. Kode Etik Guru

Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang harus dilaksanakan oleh guru. Dengan adanya kode etik, pegawai, maka guru sebagai unsur aparatur dan abdi masyarakat, mempunyai (pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari).

Dalam kode etik akan digariskan prinsip-prinsip, yang pada pokoknya antara lain:

1. Pegawai yang berdasarkan pancasila, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bersikap hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memeluk agama/ kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan.

2. Pegawai sebagai ..., taat dan setia sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 945, negara, pemerintah serta mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan diri sendiri seseorang atau golongan pegawai, menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat pegawai, serta mentaati segala peraturan perundang-undangan, peraturan kedinasan dan perintah-perintah atasan dengan kesadaran, pengabdian, dan tanggung jawab. Pegawai memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

3. Pegawai tetap memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan negara dan bangsa Indonesia serta korps pegawai.

Berkaitan dengan kode etik profesi keguruan disebutkan bahwa, kode etik keguruan adalah kumpulan peraturan-peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi para guru sebagai pedoman bersikap, berbuat, atau bertindak dalam praktek keguruannya. Bagi

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

guru Indonesia, hal ini secara implisit terkandung dalam prinsip- prinsip dasar etika baik yang universalistik maupun nasiolistik. Akan tetapi supaya lebih jelas, makna “pedoman” bertindak para guru yang terlibat dalam profesi keguruan itu, perlu dirumuskan dan tersusun dalam yang disebut kode etik profesi keguruan.

Adapun rumusan kode etik profesi keguruan antara lain:

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing- masing.

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari bentuk penyalahgunaan.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orangtua siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

6. Guru secara mandiri dan/atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkugan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan organisasi profesi guru sebagai sarana pengabdiannya.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah

Karena kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang harus dilaksanakan oleh guru, maka sangsi terhadap pelanggaran kode etik adalah sangsi moril.

1. Penegakan disiplin profesi guru

Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, pemerintah telah menetapkan disiplin yang dipelopori oleh aparatur negara termasuk juga guru dan dosen sejak PELITA V (lima). Peningkatan disiplin dengan berbagai upaya yang sedang dan akan terus dilakukan harus terus dioptimalkan untuk mencapai terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan salah satu persyaratan pokok bagi terselenggaranya pembangunan yang berhasil guna dan berdaya guna.

Kedudukan guru dan dosen dalam proses peningkatan disiplin tersebut adalah sebagai pelopor, yang pertama dan utama menerapkan disiplin, sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan perilaku. Masalahnya, sejauhmana kemampuan guru dan dosen dalam mencerminkan pola hidup berdisiplin, sehingga pola hidupnya itu menjadi penutan bagi masyarakat. Perlu diingat, pada masyarakat umum ada kecenderungan untuk menjadikan aparatur pemerintah termasuk guru dan dosen sebagai tolak ukur atau idola (parameter) dalam berperilaku. Hal ini yang perlu didasari oleh semua guru dan dosen.

Dengan demikian kita harapkan bahwa tingkat pelanggaran tehadap berbagai peraturan-peraturan tentang kedisiplinan dapat ditekan sekecil-kecilnya, kalau tidak dapat dihapuskan. Peraturan disiplin pada dasarnya adalah sesuatu peraturan yang membuat keharusan, larangan, dan sanksi, apabila keharusan itu tidak dituruti atau larangan itu dilanggar. Untuk menjamin tata tertib dan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

kelancaran pelaksanaan tugas, maka dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, diadakan peraturan disiplin pegawai.

Keharusan yang akan dimuat dalam peraturan disiplin guru/ dosen lain:

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.

b. Menempati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku serta melaksanakan perintah-perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berhak.

c. Melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat sesuai bidang tugasnya.

d. Menggunakan dan memelihara barang-barang dinas dengan sebaik-baiknya.

e. Bersikap dan bertingkahlaku sopan santun terhadap masyarakat, sesama pegawai, dan terhadap atasan.

f. Dan lain-lain. Larangan yang akan dimuat dalam peraturan disiplin

guru/dosen antara lain:

a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat, negara, pemerintah atau guru/dosen.

b. Menyalahgunakan wewenang.

c. Menjadi pegawai negara asing tanpa ijin pemerintah.

d. Dan lain-lain.

Manajemen Berbasis Sekolah

2. Sanksi profesi guru

Guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang tidak menjalankan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tingkatan hukuman disiplin meliputi hukuman disiplin ringan, disiplin sedang, dan disiplin berat. Hukuman disiplin ringan berupa, teguran lisan, teguran tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Hukuman disipin sedang meliputi penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun, penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun dan penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 tahun. Adapun hukuman disiplin berat meliputi:

a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 tahun.

b. Pembebasan dari jabatan.

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.

d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai guru/dosen. Guru atau dosen yang berstatus ikatan dinas yang di angkat

oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah apabila tidak melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama diberi sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.

Guru atau dosen yang di angkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, yang tidak menjalankan kewajiban profesi dikenai sanksi sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin bagi guru atau dosen yang di angkat, pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu guru atau dosen yang disangka melakukan pelanggaran disiplin. Tujuannya adalah untuk mengetahui benar dan tidaknya seorang guru atau dosen telah melakukan pelanggaran disiplin. Juga untuk mengetahui hal-hal yang mendorong yang bersangkutan melakukan pelanggaran disiplin. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan lisan atau tertulis, dan secara tertutup. Apabila dipandang perlu dapat mendengar atau meminta keterangan dari orang lain.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, pejabat yang berwewenang menghukum mempelajari dengan saksama hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk memutuskan jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan. Hukuman disiplin yang dijatuhkan harus setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan, dan dapat diterima dengan rasa keadilan.

Untuk jenis hukuman tertentu, guru/ dosen yang dikenai sanksi peraturan disiplin mempunyai hak membela diri. Yang mana sebelum dijatuhkannya sanksi, kepada guru atau dosen diberikan hak pembelaan yang berupa alasan ketidaktaat asas dalam menjalankan tugas profesi, apabila alasan tersebut atau keberatan atas hukuman disiplin.

Keberatan atas hukuman disiplin dapat diajukan dalam jangka waktu 14 hari berhitung mulai tanggal yang bersangkutan menerima keputusan hukuman disiplin. Keberatan diajukan secara tertulis melalui saluran hierarki dan di dalamnya harus memuat alasan-alasan dari keberatan tersebut. Apabila alasan-alasan tersebut cukup masuk akal maka kepada yang bersangkutan dapat ditempatkan kembali dalam jabatan sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Manajemen Berbasis Sekolah