Manajemen Kurikulum, Program Pembelajaran, dan Pendekatan

4. Pendekatan berbasis outcome

Penekanan berlebihan pendekatan kompetensi dan pendekatan belajar tuntas terhadap learning dan input pendidikan, seperti jatah waktu yang dialokasikan pada suatu mata pelajaran, jumlah buku teks di perpustakaan dan fasilitas fisik dan sejenisnya

Manajemen Berbasis Sekolah

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap outcome belajar yang aktual dalam pendidikan.

Kekurangan tersebut menyebabkan berbagai kalangan beralih ke pendekatan berbasis outcome. Outcome sebagai hasil belajar yang berdampak terhadap kegiatan belajar selanjutnya harus dirumuskan dalam pernyataan yang dapat didemonstrasikan peserta didik (demonstrable) agar dapat diobservasi pendidik (observable). Outcome dirumuskan per mata pelajaran sebagai hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai peserta didik pada akhir tiap kelas. Dalam penerapannya, pendekatan ini tidak secara eksplisit menentukan kegiatan belajar yang harus dilaksanakan pendidik. Pendidik bebas menentukan atau memilih kegiatan belajar asalkan peserta didik dijamin mencapai outcome yang telah dirumuskan.

Berbeda dengan pendekatan belajar tuntas, pendekatan berbasis outcome memberi peluang lebih besar kepada peserta didik untuk maju dalam mencapai outcome belajar sesuai dengan irama kecepatanya. Setelah kurang lebih 15 tahun pendekatan berbasis outcome diterapkan, berbagai kritik dilancrarkan terhadap pendekatan ini, antara lain:

a. Bukti riset efektivitas pendekatan ini tidak terlalu banyak.

b. Rumusan outcome terlalu umum dan pendekatan ini kurang menekankan mata-mata pelajaran tradisional yang ditekankan lembaga pendidikan yang berorientasi nilai keagamaan yang konservatif.

c. Paket outcome dirumuskan dalam bahasa yang kurang tepat sehingga cenderung “menyesatkan orang tua”.

d. Pendekatan ini menggunakan peserta didik sebagai kelinci percobaan dalam suatu eksperimens sosial berskala luas.

e. Pendekatan ini mengabaikan prinsip egalitarian karena menekankan potensi individual untuk berprestasi setinggi

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

mungkin (bagi peserta didik yang cepat) sambil melalaikan penanganan peserta didik yang lamban.

f. Pendekatan ini memasang “file komputer” pada tiap peserta. Komputer mencatat bagaimana seseorang meresponi perubahan tingkah laku dan apakah ia mengembangkan sikap positif terhadap outcome yang dituntut.

g. Kelemahan utama pendekatan ini adalah kurangny bukti riset yang mendukung dan kritik terhadap hakikat outcome yang luas yang dapat digugat. Rumusan outcome terlalu umum sehingga sulit sekali diukur apakah peserta didik telah mencapainya.

Kritik-kritik tajam terhadap pendekatan berbasis outcome menyebabkan peralihan ke pendekatan berbasis standar. Pendekatan ini tetap memanfaatkan gagasan-gagasan yang baik pada pendekatan belajar tuntas dan pendekatan berbasis outcome. Pendekatan berbasis standar (PBS) menerapkan 7 prinsip sebagai berikut:

a. PBS menuntut peserta didik bertanggung jawab terhadap isi standar (patokan) yang menyertainya. Tidak seperti pendekatan belajar tuntas yang berisi ribuan outcome. PBS melibatkan sektor-sektor sebagai standar.

b. PBS menuntut peserta didik bertanggung jawab terhadap standar berpikir dan penalaran (thinking and reasoning standard ). Standar-standar ini pada suatu pihak dirumuskan terpisah dari mata-mata pelajaran yang relevan. PBS lebih menekankan rumusan standar berpikir dan penalaran secara terpisah agar dapat dilayani dalam beranekaragam rumpun mata pelajaran yang luas.

c. PBS memisahkan standar belajar seumur hidup. Seperti pendekatan berbasis outcome. PBS mengidentifikasikan

Manajemen Berbasis Sekolah

belajar seumur hidup sebagai suatu kategori yang unik. Namun tidak seperti pendekatan berbasis outcome, standar tersebut bukan merupakan subordinasi tipe standar yang lain. Peserta didikpun tidak dituntut bertanggung jawab terhadap standar tersebut. Yang ditempuh adalah kemajuan peserta pada standar tersebut tetapi tidak menuntut peserta mencapai tingkat unjuk kerja yang spesifik (specific performance levels).

d. PBS tidak menuntut model pembelajaran (instruksional) yang eksplisit pendidik bebas mengorganisasikan KBM yang sesuai dengannya. Namun pendidik tetap bertanggung jawab agar peserta didik belajar secara efektif untuk mencapai pengetahuan dan ketrampilan.

e. PBS menekankan aplikasi pengetahuan melalui penggunaan tugas untuk kerja (performance task) dalam ruang kelas melalui penilaian eksternal.

f. PBS memberi umpan balik langsung kepada peserta didik mengenai posisinya yang berhubungan dengan standar. Umpan balik dilakukan melalui pelaporan tentang pemahaman dan ketrampilan peserta didik yang berkaitan dengan spesifik.

g. PBS amat bergantung pada pendidikan untuk data penilaian. Penilaian internal berkali-kali dengan beragam cara dilakukan pendidik untuk mendapatkan data penilaian. Sebagai pelengkap, digunakan pula penilaian eksternal. Karena istilah kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) telah memasyarakatkan, istilah tersebut tetap dipakai tetapi tidak hanya diartikan sebagai serangkaian kemampuan yang membentuk kompetensi tatapi juga merujuk ke arah prinsip- prinsip kurikulum berbasis standar.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.