Program Pemberdayaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

E. Program Pemberdayaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya. Pada tanggal 10 Februari tahun 2013, Abdul Malik Fadjar menyatakan dengan tegas bahwa guru yang utama. Belajar bisa dilakukan di mana saja, tetapi guru tidak dapat digantikan oleh siapa atau alat apapun juga, untuk membangun pendidikan yang bermutu. Yang paling penting bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarana, melainkan harus dengan upaya peningkatan proses pembelajaran yang berkualitas, yakni proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan, dan mencerdaskan. Hal ini hanya dapat

yang bermutu (http://holsthea.blogspot.co.id/2015/11/peningkatan-kinerja- guru.html).

Sebagai wadah pelaksana dari semua kegiatan pendidikan di sekolah, maka KKG dan MGMP perlu membuat program kegiatan secara internal di lingkungan sekolah baik di aras Gugus maupun di aras Kecamatan dan Kota/Kabupaten. Untuk itu perlu dibentuk Badan Pengurus KKG dan MGMP pada setiap aras dengan tugas utama menyusun program kegiatan untuk menjadi acuan dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota-anggota yang berasal dari guru-guru di tiap sekolah. Dalam menyusun program kegiatan perlu diperhatikan beberapa pokok pikiran yang dianggap urgen/penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Musayawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan organisasi guru yang pada saat ini keberadaannya pada sebagian sekolah dan satuan pendidikan sedang mati suri. Dikatakan demikian, karena kebanyakan organisasi tersebut pada saat ini sudah tidak memiliki dan tidak

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

melakukan program kerja sesuai dengan tujuan awalnya. Tujuan MGMP dan KKG terutama adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Namun demikian dalam perjalanannya, kegiatan organisasi tersebut banyak yang perlu diluruskan. Misalnya organisasi tersebut hanya sebagai ajang arisan, bahkan tidak sedikit yang menggunakan organisasi tersebut hanya untuk membicarakan jadwal les bagi peserta didik menjelang ujian.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dapat dilakukan dengan menghidupkan dan meluruskan MGMP dan KKG. Bagi yang hampir mati suri karena tidak ada kegiatan perlu dihidupkan kembali, sementara bagi yang melakukan kegiatan tetapi melenceng atau diluar rel perlu diluruskan dan diingatkan agar kembali ke “jalan yang lurus”, yakni upaya meningkatkan kualitas pendidikan tanpa merugikan peserta didik atau kelompok lain.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah guru pada sekolah- sekolah dewasa ini pada umumnya sudah cukup memadai, tetapi suasana belajar belum cukup kondusif akibat metode pengajaran guru yang kurang bervariasi. Persoalan tersebut dapat diatasi melalui MGMP, termasuk cara mengembangkan KTSP dan komponen-komponen

mencari alternatif pembelajaran yang tepat dan menemukan berbagai variasi, metode dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

lainnya,

serta

Kegiatan tersebut dapat dilakukan dibawah koordinasi pengawas sekolah, atau Wakasek Kurikulum, dan untuk setiap mata pelajaran dipimpin oleh guru senior yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. MGMP dan KKG biasa bertemu satu kali setiap minggu guna menyusun strategi pembelajaran dan mengatasi masalah yang muncul. Disamping itu MGMP dan KKG bisa

Manajemen Berbasis Sekolah

mengundang ahli dari luar, baik ahli substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun berbagai metode pembelajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dalam membentuk kempetensi tertentu.

MGMP dan KKG juga dapat menyusun dan mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar. Evaluasi kemajuan dilakukan secara berkala dan hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rencana berikutnya. Kegiatan MGMP dan KKG yang dilakukan dengan intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang diajarkan.

Beberapa sekolah yang telah mengembangkan kegiatan MGMP dan KKG secara efektif pada umumnya dapat mengatasi berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa, bukan saja dalam kegiatan belajar mengajar tetapi dalam kegiatan lainnya di sekolah, bahkan masalah pribadipun dapat dipecahkan. Oleh karena itu, kegiatan MGMP dan KKG ini perlu dihidupkan dan diluruskan agar dapat dijadikan sebagai wadah guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah melalui peningkatan mutu pembelajaran (effective teaching).

Melalui MGMP dan KKG, guru dapat mengembangkan diri, dengan cara saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman. Banyak guru yang setelah di angkat dan ditempatkan dengan bekal ilmu pengetahuan yang dimiliki selama mengikuti pendidikan formal sebagai calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) seperti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas, atau di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) atau Intitut Keguruan dan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Ilmu Pendidikan (IKIP) mereka tidak lagi belajar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan ilmu kependidikan.

Ada semacam sikap arogansi guru yang menganggap dirinya sudah mengetahui segala hal dan tidak perlu belajar lagi. Karena itu, dengan mengandalkan kemampuan pengetahuan yang dimiliki, guru itu mengajar siswa-siswinya apalagi hanya menggunakan sumber pelajaran dari buku pegangan guru yang telah ada di perpustakaan sekolah. Tidak ada referensi lain kecuali buku pegangan guru di sekolah atau didapat dari teman yang sama bidang spesialisasi keilmuannya dengan segala perangkat administrasi kurikulum lainnya. Hal ini nampak bahwa guru hanya berperan mentransfer ilmu pengetahuan dari dirinya sendiri yang telah dimiliki dan atau dari buku referensi sekolah yang didapatnya.

Nampak pada sekolah-sekolah bahwa banyak guru tidak mau mengikuti kegiatan MGMP atau KKG karena merasa diri telah ahli di bidangnya sendiri. Kalaupun hadir, lebih banyak apatis dalam kegiatan dan tidak suka untuk bekerja keras mengutak atik apa yang dianggapnya sudah benar dari pengetahuannya sendiri. Ada guru yang juga tidak mau ambil pusing dengan perubahan sistem pembelajaran yang baru karena baginya siswa-siswinya memiliki kemampuan seadanya, sehingga tidak perlu hal yang baru lagi, dan masih banyak lagi anggapan yang dapat menjadi penghalang perubahan yang dapat dicapai melalui kegiatan MGMP atau KKG.

Pada hal sebenarnya MGMP dan KKG merupakan wadah yang dapat dimanfaatkan oleh guru-guru untuk saling bekerja sama dalam memberdayakan dan meningkatkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan sebagai guru untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik. Pada umumnya guru membutuhkan pengembangan kompetensi yang mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi

Manajemen Berbasis Sekolah

profesional, kompetensi paedagogik dan kompetensi sosial sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang.

1. Pengaktifan kegiatan KKG dan MGMP

Melalui KKG dan MGMP sekolah diharapkan persoalan- persoalan pelaksanaan pendidikan dapat diatasi, termasuk bagaimana mensiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metoda dalam mengajarkan setiap mata pelajaran yang diajarkan.

Kegiatan ini di bawah koordinasi Wakasek Kurikulum dan untuk setiap mata pelajaran dipimpin oleh guru senior yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. KKG dan MGMP minimal bertemu satu kali per minggu guna menyusun strategi pengajaran dan mengatasi masalah yang muncul. Di samping itu, KKG dan MGMP sekolah dapat mengundang ahli dari luar, baik ahli substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun berbagai metode pembelajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dalam memberikan materi mata pelajaran tertentu.

KKG dan MGMP sekolah juga menyusun dan mengevaluasi dan mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar sekolah. Evaluasi kemajuan dilakukan secara berkala dan hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rencana berikutnya. Kegiatan KKG dan MGMP sekolah yang dilakukan dengan intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan gurru serta menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

2. Peningkatan disiplin siswa

Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa disiplin siswa sangat rendah, baik dalam mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam mengikuti pelajaran dan mengakibatkan lingkungan sosial sekolah menjadi kurang kondusif. Diperlukan adanya peningkatan disiplin siswa untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.

Sekolah membuat aturan-aturan yang harus diataati, khususnya oleh siswa dan warga sekolah lainnya, termasuk guru, karyawan dan kepala sekolah. Aturan tersebut dapat meliputi tata tertib waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan kelas serta mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, dan tata tertib sekolah lainnya. Dengan meningkatnya disiplin siswa, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas jam belajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan meningkatkan iklim belajar yang lebih kondusif untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

3. Perkembangan kelompok diskusi terbimbing

Kelompok diskusi terbimbing ini dibentuk untuk mengatasi siswa yang kurang persiapan untuk belajar di sekolah. Kegiatan diskusi ini, minimal 1 kali per minggu untuk setiap mata pelajaran di luar jam pelajran sekolah. Pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa dan dibimbing oleh guru. Dalam setiap kegiatan didskusi daptat dihadirkan nara sumber yang berasal dari guru, alumnni, atau orang lain yang dianggap ahli dalam mata pelajaran yang berkaitan dan bertempat tinggal di sekitar kelompok tersebut berada.

Adanya dukungan orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar, memberikan peluang dan kesempatan melaksanakan

Manajemen Berbasis Sekolah

kegiatan kelompok diskusi, yaitu setiap kali pertemuan dapat menggunakan rumah anggota kelompok secara bergiliran. Setiap kelompok diskusi menunjuk pemimpin kelompok dan guru pembimbingnya.

Untuk keperluan pengembangan materi pada KKG dan MGMP sekolah, setiap guru pembimbing dapat menyampaikan hasil diskusi kelompok, sehingga terjadi saling tukar pengalaman dan saling membantu bila terjadi kesulitan. Kelompok diskusi terbimbing ini, sebaiknya melibatkan guru BK, khususnya untuk meningkatkan motivasi siswa serta membimbing siswa untuk menghindari pengaruh pergaulan sosial yang negatif.

4. Peningkatan

perpustakaan dan pengaduan buku

layanan

Dari hasil analisis, ternyata sekolah masih memmerlukan buku-buku bacaan wajib maupun penunjang untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Pengadaan buku pustaka diarahkan untuk mendukung kegiatan guru mengajar, termasuk kegiatan KKG dan MGMP sekolah dan mendukung belajar siswa. Untuk mendukung kegiatan guru, diadakan buku-buku pegangan guru dari sumber yang relevan. Sedangkan untuk mendukung belajar siswa, diadakan buku-buku yang diperlukan siswa untuk pendalalman matari Ebtanas.

Pengadaan buku-buku tersebut hendaknya dimulain dengan melakukan identifikasi buku-buku yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dan mencatat buku-buku yang tidak ada atau tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memerlukan kekurangan buku-buku tersebut, antara lain dengan mengadakan kerjasama dengan perpustakaan pada instansi lain yang mempunyai potensi untuk membantu pengadaan buku

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

sekolah atau sekolah dapat membeli buku-buku tersebut secara langsung apabila tersedia dana untuk pengembangan perpustakaan.

Disamping itu, -perlu diupayakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengelolah perpustakaan. Apabila dimungkinkan, sekolah dapat memberikan kesempatan untuk mengukuti pelatihan singkat bagi pengelolah perpustakaan. Hal yang lebih penting adalah

dan pengembangan perpustakaan untuk dapat menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan keperluan guru dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Hal itu berarti sekolah memiliki kewajiban

memperhatikan

peningkatan

penyediaan anggaran perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki sekolah.

untuk

memperhatikan

Berdasakan langkah-langkah pemecahan persoalan, sekolah bersama-sama dengan semua unsur-unsurnya termasuk BP3 (Komite Sekolah) membuat rencana dan program-programnya untuk merealisasikan rencana dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan yang harsus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua peserta didik, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam menyusun rencana tersebut, sekolah “X” menuliskan sebagai berikut:

Sasaran

: Meningkatkan pencapaian nilai selisih (gain score ) minimal + 0,5

Rencana

: Peningkatan hasil belajar siswa.

Program kerja Program kerja 1 : Pengaktifan KKG dan MGMP sekolah.

Rincian program

a. Menyusun strategi mengajar untuk mensiasati kurikulum yang padat antara lain menyusun program tahunan, program semesteran, analisis materi pelajaran, penyiapan media pembelajaran, dsb.

b. Membahas dan mencari pemecahan dari masalah yang

timbul dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

c. Membantu guru dalam pemahaman materi ajar yang sulit dengan menyusun bahan ajar bersama sebagai acuan kegiatan proses belajar mengajar.

d. Pertemuan periodik sekali setiap minggu, untuk

diseminasi hasil KKG dan MGMP Kota/Kabupaten Program kerja 2 : Kelompok diskusi terbimbing dari siswa.

Rincian program

a. Menyusun jadwal pembimbing dan lokasi untuk setiap kelompok.

b. Membimbing siswa yang sedang mengadakan diskusi.

c. Mengoptimalkan peran alumni untuk membimbing siswa.

d. Melakukan evaluasi hasil bimbingan setiap kelompok. Program kerja 3 : Meningkatan disiplin siswa.

Rincian program

a. Mengidentifikasi pelanggaran yang sering dikakukan siswa.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

b. Membentuk tim guru yang akan menangani pelanggaran siswa.

c. Menyusun aturan, tindakan dan sanksi membuat laporan berdasarkan jenis pelanggaran secara berkala untuk disampaikan pada rapat guru.

d. Membuat laporan berdasarkan jenis pelanggaran secara berkala untuk disampaikan pada rapat guru.

Program kerja 4 : Peningkatan layanan perpustakaan dan pengadaan buku. Rincian program:

a. Mengidentifikasi kebutuhan buku untuk guru dan untuk siswa.

b. Membeli buku sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.

c. Menyusun layanan perpustakaan agar mendukung pelaksanaan diskusi kelompok terbimbing.

5. Kemandirian guru

Di samping mengikuti MGMP dan KKG untuk menemukan solusi terhadap berbagai masalah dalam pembelajaran, dalam KTSP guru juga harus mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru yang mampu digugu dan ditiru, sehingga tidak saja mampu

tetapi juga mampu melaksanakannya dalam pembelajaran secara efektif dan menyenangkan.

mengembangkan

KTSP

Kemandirian guru terutama dperlukan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai problema yang sering muncul dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus mampu mengambil tindakan terhadap berbagai permasalahan secara tepat waktu dan

Manajemen Berbasis Sekolah

tepat sasaran. Kemandirian guru juga akan menjadi figur bagi peserta didik, sehingga mereka terbiasa untuk memecahkan masalah secara mandiri dan profesional. Oleh karena itu dalam rangka menyukseskan KTSP diperlukan kemandirian guru, terutama

menyesuaikan, dan mengadaptasikan KTSP tersebut dalam pembelajaran di kelas. Kemandirian ini sangat penting dalam kaitannya penyesuaian KTSP dengan situasi aktual didalam kelas, serta menyesuaikan KTSP dengan perbedaan karakteristik peserta didik yang beragam. Dengan demikian implementasi KTSP yang ditunjang oleh kemandirian guru diharapkan dapat menciptakan Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), yang akan bermuara pada peningkatan prestasi belajar peserta didik dan prestasi sekolah secara keseluruhan.

dalam

melaksanakan,

Dalam kaitan dengan penilaian kinerja guru, biasanya ada penilaian yang dilakukan melalui kegiatan supervisi kepala sekolah dan atau bersama Pengawas sekolah untuk menentukan kualitas dan bukti-bukti pelaksanaan tugas guru. Kegiatan atau jenis supervisi biasanya terdiri dari supervisi administrasi, supervisi akademik, dan supervisi klinis.

a. Supervisi administrasi

Pengertian istilah supervisi administrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan lembaga yang berada dalam struktur organisasi teratas/tertinggi, untuk mengamati/mengobservasi dengan melihat dan memeriksa secara teliti sejumlah dokumen yang dikerjakan guru sebagai bukti pelaksanaan administrasi sekolah. Tugas guru sebagai pendidik sekaligus tenaga kependidikan karena guru selain melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mengajar, mendidik dan melatih atau membimbing siswa. Guru juga mempunyai tugas untuk

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

mengerjakan administrasi sekolah dengan mengisi dan mengolah data yang berhubungan program-program pendidikan dan hasil kerja yang dicapai setiap jenis kegiatan program kerja. Administrasi merupakan suatu kegiatan mengelola, menata dan mengevaluasi setiap jenis program pendidikan di sekolah. Sebagai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, seorang guru tidak hanya menjadi guru mata pelajaran tetapi juga menjadi guru kelas atau wali kelas untuk melaksanakan atau mengerjakan segala dokumen yang berhubungan dengan administrasi sekolah.

Jenis dokumen yang biasa dikoreksi hasil kerja dalam pengisian data yang dikerjakan guru kelas di SD dan selalu diobservasi setiap semester atau setiap tahun pelajaran terdiri dari:

1) Jadwal pelajaran.

2) Silabus/program pengajaran.

3) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4) Buku program bimbingan.

5) Buku daftar nilai.

6) Data analisis pencapaian target dan daya serap kurikulum.

7) Buku penyerahan dan pengembalian raport.

8) Buku kumpulan nilai.

9) Papan absen harian siswa.

10) Buku absen siswa.

11) Buku mutasi siswa.

12) Buku daftar kenaikan kelas.

13) Buku daftar kelas.

14) Buku tamu umum.

15) Buku tamu khusus (supervisi).

16) Buku inventaris kelas.

17) Buku administrasi kalistung (3M).

18) Buku notulen rapat.

Manajemen Berbasis Sekolah

19) Buku kunjungan rumah.

20) Jumlah siswa menurut kelamin, usia, agama.

21) Grafik absensi.

22) Grafik pencapaian kurikulum.

23) Grafik daya serap siswa.

24) Kalender pendidikan/analisis hari belajar efektif.

25) Portofolio.

26) Ulangan harian/formatif dan analisis.

27) Kisi-kisi dan soal ulangan sumatif dan analisis.

28) Program evaluasi.

29) Program perbaikan dan pengayaan.

30) Kriteria ketuntasan minimal (KKM).

31) Program pengembangan diri (Sumber format isian supervisi kepada SD se-Kota Kupang

Bobot skor nilai tiap aspek dokumen

1 = Sangat tidak baik ( tidak ada sama sekali nilai 0-49).

2 = Tidak baik ( ada tapi kurang lengkap nilai 50-59).

3 = Cukup baik (ada dan lengkap nilai 60-74).

4 = Baik (ada, lengkap dan runtun nilai 75-89).

5 = Sangat baik (ada, lengkap, runtun dan rapi nilai 90-100).

Supervisi administrasi yang berkaitan dengan perencanaan kegiatan pembelajaran dilakukan koreksi terdadap dokumen administrasi kurikulum.

Aspek-aspek kegiatan perencanaan pembelajaran yang diobservasi:

1) Perumusan tujuan pembelajaran

a) Kejelasan rumusan.

b) Kelengkapan cakupan rumusan.

c) Kesesuaian dengan kompetensi dasar.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

2) Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar

a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

b) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.

c) Keruntutan dan sistematika materi.

d) Kesesuaian materi dengan alokasi waktu.

3) Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran

a) Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.

b) Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan materi pelajaran.

c) Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.

4) Metode pembelajaran

a) Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.

b) Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran.

c) Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.

d) Kesesuaian alokasi waktu dengan tahapan pembelajaran.

5) Penilaian hasil belajar

a) Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran

b) Kejelasan prosedur.

c) Kelengkapan instrumen (soal dan kunci jawaban/pedoman penskoran).

Manajemen Berbasis Sekolah

Bobot skor nilai tiap aspek dokumen

1 = Sangat tidak baik (tidak ada sama sekali nilai 0-49).

2 = Tidak baik ( ada tapi kurang lengkap nilai 50-59).

3 = Cukup baik (ada dan lengkap nilai 60-74).

4 = Baik (ada, lengkap dan runtun nilai 75-89).

5 = Sangat baik (ada, lengkap, runtun dan rapi nilai 90-100).

b. Supervisi akademik

Supervisi akademik merupakan suatu kegiatan melihat atau memandang dari atas seorang pemimpin sekolah (kepala sekolah atau pengawas sekolah/pengawas guru mata pelajaran) terhadap kemampuan dan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya yakni mengajar, mendidik dan melatih atau membimbing siswa. Kegiatan melihat atau mengobservasi dalam supervisi akademik dari pelaksanaan tugas guru dilakukan tidak hanya mengoreksi data isian dokumen administrasi kegiatan perencanan dan pelaksanaan pembelajaran serta penilaian hasil belajar siswa tetapi melakukan observasi langsung di dalam ruang kelas, di ruang laboratorium/praktek untuk mengukur kualitas kerja dan konsistensi kerja guru sesuai dengan dokumen perencanaan.

Aspek yang diobservasi:

1) Penguasaan materi.

2) Sistematika penyajian.

3) Kemampuan menyajikan.

4) Relevansi materi dengan tujaun.

5) Penggunaan metode kegiatan belajar dan media pembelajaran.

6) Penggunaan bahasa.

7) Pembelajaran karakter.

8) Nada dan suara.

9) Gaya/sikap dan perilaku.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

10) Cara menjawab.

11) Pemberian motvasi kepada siswa.

12) Kualitas bahan/materi modul.

13) Kerapihan berpakaian.

14) Disiplin kehadiran.

15) Kerja sama dengan teman guru lainnya (Sumber format isian supervisi Kepala SMK Se-Kota Kupang.

Bobot skor nilai tiap aspek dokumen

1 = Sangat tidak baik (tidak ada sama sekali nilai 0-49).

2 = Tidak baik ( ada tapi kurang lengkap nilai 50-59).

3 = Cukup baik (ada dan lengkap nilai 60-74).

4 = Baik (ada, lengkap dan runtun nilai 75-89).

5 = Sangat baik (ada, lengkap, runtun dan rapi nilai 90-100).

Ada aspek kegiatan pembelajaran yang lebih rinci diobservasi dalam kegiatan supervisi akademik seperti nampak dalam rincian format isian Kepala SMP Se-Kota Kupang di bawah.

Aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang diobservasi:

1) Pra pembelajaran

a) Menyiapkan ruang/alat pembelajaran dan media.

b) Memeriksa kesiapan siswa.

2) Membuka pembelajaran

a) Melakukan kegiatan apersepsi.

b) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan.

3) Kegiatan pembelajaran

a) Penguasaan materi pelajaran (1) Menunjukkan penguasaan mataeri pembelajaran.

Manajemen Berbasis Sekolah

(2) Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. (3) Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan.

b) Pendekatan/strategi pembelajaran (1) Melaksanakan

pembelajaran

sesuai dengan

kompetensi (tujuan) yang ingin dicapai.

(2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut. (3) Menguasai kelas. (4) Melaksanakan

pembelajaran yang bersifat kontekstual. (5) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif. (6) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

c) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran (1) Menunjukkan ketrampilan dalam pengggunaan media belajar/mendia pembelajaran secara efektif dan efesien.

(2) Menghasilkan pesan yang menarik. (3) Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.

d) Pembelajaran yang memicu dan memeliharan keterlibatan siswa (1) Menumbuhkan prestasi aktif siswa dalam

pembelajaran. (2) Merespons positif partisipasi siswa. (3) Menunjukkan sifat terbuka terhadap respons siswa. (4) Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. (5) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa

dalam belajar.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

e) Penilaian proses dan hasil belajar

(1) Memantau kemajuan belajar selama proses. (2) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan).

f) Penggunaan bahasa (1) Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. (2) Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. (3) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.

4) Penutup

a) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.

b) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau

sebagai bagian remidial/pengayaan (Sumber format isian supervisi Kepala SMP Se-Kota Kupang).

Bobot skor nilai tiap aspek dokumen

1 = Sangat tidak baik (tidak ada sama sekali nilai 0-49)

2 = Tidak baik ( ada tapi kurang lengkap nilai 50-59).

3 = Cukup baik (ada dan lengkap nilai 60-74).

4 = Baik (ada, lengkap dan runtun nilai 75-89).

5 = Sangat baik (ada, lengkap, runtun dan rapi nilai 90-100).

c. Supervisi klinis

Supervisi klinis merupakan suatu kegiatan supervisi untuk memberikan pertolongan kepada guru yang mengalami kesulitan- kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya dengan baik. Supervisi merupakan salah satu usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam proses pengajaran. Agar supervisi dapat efektif, supervisor diharapkan memiliki pemahaman untuk memilih teknik-teknik

Manajemen Berbasis Sekolah

supervisi yang cocok dengan tujuan yang diharapkan. Ada beberapa teknik supervisi individual yang dikemukakan oleh Sahertian (2000:52), antara lain: 1) Berkunjung kelas, 2) Observasi kelas, 3) Percakapan pribadi, 4) Intervitasi, 5) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, dan 6) Menilai diri sendiri.

Selanjutnya Bush (2005:39) dan Danim & Khairil (2013:181- 182) memaparkan tujuan dari supervisi klinis dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

1. Memelihara konsistensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2. Mendorong keterbukaan guru kepada supervisor mengenai kelemahan-kelemahannya sendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran.

3. Menciptakan kondisi agar guru terus menjaga dan mngingkatkan mutu praktik profesional sesuai dengan standar kompetensi dan kode etik yang telah disepakati.

4. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya

terhadap proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas.

5. Membantu guru senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan jalan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, wawasan umum, dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

6. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran.

Tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah sebagai supervisor bertugas mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Adapun aspek-aspek kurikulum menurut Soetopo & Wasty (1998:42), meliputi:

1) Membantu guru-guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan program satuan pelajaran.

2) Membantu guru dalam menyusun kegiatan belajar mengajar.

3) Membantu guru dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar.

4) Membantu guru dalam menilai hasil belajar siswa.

5) Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum ke dalam pengajaran.

Sedangkan Neagley sebagaimana dikutip Pidarta (1997:67) menulis 10 (sepuluh) tugas supervisor sebagai berikut:

1) Mengembangkan kurikulum.

2) Mengorganisasi pengajaran.

3) Menyiapkan staf pengajaran.

4) Menyiapkan fasilitas belajar.

5) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran.

6) Menyelenggarakan penataran-penataran guru.

7) Memberikan konsultasi dan membina anggota staf pengajar.

8) Mengkoordinasi layanan terhadap para siswa.

9) Mengembangkan hubungan dengan masyarakat.

10) Menilai pengajaran. Berdasarkan hasil supervisi dapat menjadi dasar untuk guru

diberdayakan melalui program-program pendidikan dan pelatihan ataupun untuk kepentingan Penilaian Kinerja dan pengisian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Program pemberdayaan guru oleh sekolah terus direncanakan dan dilaksanakan setiap tahun sesuai kebutuhan. Melalui Penilaian Kinerga Guru (PKG), maka dapat dilakukan konversi nilai untuk kepentingan kenaikan pangkat

Manajemen Berbasis Sekolah

fungsional sesuai peraturan dan juga dengan pengisian DP3 guru setiap tahun, maka diakhir tahun ke-4 guru yang bersangkutan dapat memperoleh kenaikan pangkat dan golongan administrasi secara reguler.

Program Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang dicanangkan dan ditetapkan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan oleh Direktorat Jenderal Ketenagakerjaan di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) atau Departemen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI sekarang merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kinerja dan kompetensi guru di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai jenjang satuan pendidikan mulai dari jenjang Pendidikan Dasar di SD dan SMP sampai jenjang Pendidikan Menengah di SMA/SMK. Penilaian Kinerja Guru (PKG) merupakan penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan dan jabatan. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya (Daryanto, 2013:196-197).

Sistem Penilaian Kinerja Guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Ini merupakan bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Pada dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan: 1) Menentukan tingkat kompetensi seorang guru, 2) Meningkatkan efesiensi dan efektifitas kinerja guru dan sekolah, 3) Menyajikan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme penetapan efektif atau kurang efektif kinerja guru, 4) Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprifesian berkelanjutan bagi guru, 5) Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta mempertahankan sikap positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasi, dan 6) Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karier guru serta bentuk penghargaan lainnya.

Selanjutnya Daryanto (2013:197-199) menambahkan bahwa Penilaian Kinerja Guru memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk:

a. Menilai unjuk kerja (kinerja) guru dalam menerapkan semua kompetensi yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja guru merupakan profil guru yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru. Profil guru tersebut dapat dianalisis sebagai dasar pertimbangan bagi kebutuhan program pengembangan keprofesian yang berkelanjutan.

b. Penilaian kinerja guru dapat dijadikan dasar nilai konversi ke angka kredit guru bagi kepentingan pengembangan karier dan promosi untuk kenaikan pangkat dan golongan guru.

Berdasarkan fungsi penilaian kinerja guru tersebut, maka penilaian kinerga guru perlu memenuhi persyaratan valid, reliabel dan praktis. Valid karena aspek-aspek yang dinilai dengan istrumen yang dipakai benar-benar dapat mengukur kompetensi guru. Reliabel karena aspek-aspek yang dinilai dapat dipercaya dapat menunjukkan secara nyata kesungguhan kerja yang dilakukan guru. Sedangkan persyaratan praktis karena instrumen yang disusun dapat memungkinkan penilaian dapat dilakukan oleh siapa saja

Manajemen Berbasis Sekolah

yang memahami ilmu kependidikan dan yang bersimpati terhadap kualitas pendidikan yang baik dan bertanggung jawab.

Panduan pelaksanaan penilaian terhadap kinerja dan kompetensi guru ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Penilaian kinerja guru mencakup 3 unsur menurut Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (2010:5-6), yakni:

1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas; meliputi

kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan kompetensi-kompetensi personal, sosial, paedagogik dan profesional.

2. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK).

3. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, yakni tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka sebagai kepala sekolah/madrasah per tahun, wakil kepala sekolah/madrasah, ketua program keahlian/program studi dan sejenisnya, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala unit produksi atau yang sejenisnya. Selain itu tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya: menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).

Dalam pelaksanaan penilaian kinerja ditetapkan beberapa komponen dari masing-masing kompetensi yang perlu diamati dan dipantau selama pelaksanaan tugas-tugas guru seperti tersebut di

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

atas. Komponen-komponen yang ditetapkan dari setiap kompetensi sesuai Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (2010:43), yakni:

1. Kompetensi pedagogik meliputi komponen:

a. Menguasai karakteristik peserta didik.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Pengembangan kurikulum.

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.

e. Pengembangan potensi peserta didik.

f. Komunikasi dengan peserta didik.

g. Penilaian dan evaluasi.

2. Kompetensi kepribadian meliputi komponen:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan.

b. Menujukkan pribadi yang dewasa dan teladan.

c. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru.

3. Kompetensi sosial meliputi komponen:

a. Bersikap inklusif, bertindak obyektif serta tidak diskriminatif.

b. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat.

4. Kompetensi profesional meliputi komponen:

a. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

Manajemen Berbasis Sekolah

Dasar hukum dari PKG adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor.

6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

8. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Secara umum, PKG memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut.

1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

untuk setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk

merencanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.

Hasil PKG diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PKG merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PKG merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya.

PKG dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.

Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam melaksanakan

Manajemen Berbasis Sekolah

pembelajaran atau pembimbingan. Sementara itu, untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilaian kinerjanya dilakukan berdasarkan kompetensi tertentu sesuai dengan tugas tambahan yang dibebankan tersebut (misalnya; sebagai kepala sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah/madrasah, pengelola perpustakaan, dan sebagainya sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009.

Dalam Penilaian Kinerja Guru ada beberapa subunsur yang perlu dinilai menurut pedoman pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (2010:6-24) adalah sebagai berikut:

1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas

Meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi. Akademik dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran

tersebut mensyaratkan guru menguasai 24 (dua puluh empat) kompetensi yang dikelompokkan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk mempermudah penilaian dalam PKG, 24 (dua puluh empat) kompetensi tersebut dirangkum menjadi 14 (empat belas) kompetensi sebagaimana dipublikasikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Rincian jumlah kompetensi tersebut diuraikan dalam tabel 20 berikut ini.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Tabel 20. Kompetensi guru kelas/guru mata pelajaran

Jumlah No

Ranah kompetensi Kompetensi

Indikator 1 Pedagogik

2. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru bimbingan konseling (BK)/konselor

Meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor terdapat 4 (empat) ranah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru BK/konselor. Penilaian kinerja guru BK/konselor mengacu pada 4 domain kompetensi tersebut yang mencakup 17 (tujuh belas) kompetensi seperti diuraikan dalam tabel 21.

Tabel 21. Kompetensi guru bimbingan konseling/konselor

Jumlah No

Ranah kompetensi Kompetensi

Indikator 1 Pedagogik

3 9 2 Kepribadian

4 14 3 Sosial

3 10 4 Profesional

Total

Manajemen Berbasis Sekolah

3. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan

dengan fungsi sekolah/madrasah

yang

relevan

Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi: 1) Menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun, 2) Menjadi wakil kepala sekolah/madrasah per tahun, 3) Menjadi ketua program keahlian/program studi atau yang sejenisnya, 4) Menjadi kepala perpustakaan, atau 5) Menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya.

Tugas tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi 2 juga, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya). Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai jam mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang dirancang berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Rincian jumlah kompetensi dan jumlah indikator pelaksanaan tugas tambahan disampaikan dalam tabel 22, 23, 24, 25, dan 26.

a. Tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah

Tabel 22. Kompetensi kepala sekolah/madrasah

No

Kriteria 1 Kepribadian dan Sosial

Kompetensi

7 2 Kepemimpinan

10 3 Pengembangan Sekolah/Madrasah

7 4 Pengelolaan Sumber Daya

8 5 Kewirausahaan

5 6 Supervisi Pembelajaran

3 Total

b. Tugas tambahan

wakil kepala sekolah/madrasah

sebagai