Model Pengembangan Kurikulum 2013

A. Model Pengembangan Kurikulum 2013

Berdasarkan cita-cita perubahan paradigma pendidikan nasional di era reformasi yang dimulai sejak tahun 1999, maka usaha Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Pengembangan Kurikulum Nasional mepilih model pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Perubahan paradigma pendidikan nasional yang dicita-citakan adalah sistem manajemen yang bersifat sentralis menjadi desentralis. Prinsip dari sistem manajemen pendidikan yang desentralis didukung dengan adanya pembagian dan pelimpahan kewenangan pengelolaan pendidikan di setiap daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota. Hal ini berkonsekwensi

juga terhadap pelimpahan kewenangan pengelolaan pendidikan di setiap satuan pendidikan yang dikenal dengan sistem MBS.

Ketika tahun 2000/2001 model KBK disusun draf dan diuji coba pada tahun pelajaran 2002/2003, maka draf tersebut dikritik oleh berbagai kalangan karena adanya kepincangan kewenangan pengelolaan manajemen sekolah pada komponen kurikulum. Artinya draf KBK yang disusun oleh Pusat Kurikulum Nasional (Puskurnas) di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI masih dominan kewenangan pemerintah pusat dengan menyusun hampir semua aspek atau komponen kurikulum mulai dari perumusan kompetensi dasar, indikator, materi pelajaran, sistem penilaian, sampai sumber bahan dan media pembelajaran. Padahal pemikiran tim penyusun KBK Puskurnas didasarkan pada perkembangan pendidikan di negara-negara lain yang sudah mencapai tingkat mutu lebih tinggi dari capaian pendidikan nasional di Indonesia. Salah satu komponen pendidikan yang dianggap menjadi faktor pemicu rendahnya tingkat mutu pendidikan nasional di Indonesia adalah kurikulum yang dipakai dianggap sudah tidak relevan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

dengan perkembangan zaman. Hal ini ditemukan misalnya di negara Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Singapura yang sudah berubah terus model pengembangan kurikulum yang dipakai dalam sistem pendidikan nasional di negaranya.

Di bawah ini akan digambarkan model-model pengembangan kurikulum yang pernah di pakai negara-negara tersebut. Model- model itu dikembangkan sesuai dengan karakteristik tujuan yang ingin dicapai.

Tabel 1. Model pengembangan kurikulum

Kurun waktu Model pendekatan pengembangan kurikulum 1910 s/d 1960-an

Pendekatan berbasis materi (content bassed approach )

Akhir 1960-an s/d Pendekatan berbasis kompetensi (competence- tengah 1980 an

bassed approach dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning approach)

Akhir 1980-an s/d awal Pendekatan berbasis outcome (outcome based 1990-an

approach )

Tengah 1990-an Pendektan berbasis standar (standar bassed sampai sekarang

approach )

Ketika uji coba draf KBK yang disusun oleh Puskurnas maka kritikan muncul dan menganggap kurikulum ini masih tetap ketinggalan zaman sebab telah ditinggalkan negara-negara tersebut di atas. Oleh sebab itu, model KBK direvisi lagi dengan menetapkan standar pendidikan nasional sebagai mana di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, walaupun KBK baru diterapkan/diberlakukan di awal tahun pelajaran 2004/2005 secara nasional. Muculnya standar nasional pendidikan yang mencakup komponen standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan, maka KBK mengalami revisi lagi. Alasan pemerintah melalui Depdiknas

Manajemen Berbasis Sekolah

adalah diperlukan suatu standar yang menjadi sasaran pelaksanaan pendidikan nasional. Itulah sebabnya di Depdiknas, lembaga penyusun kurikulum nasional yang disebut Puskurnas diubah menjadi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

BNSP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan nasional yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Guna mencapai standar mutu pendidikan, KBK kemudian direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebenarnya merupakan paduan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Berbasis Standar (KBS). KTSP dikembangkan untuk memenuhi standar mutu pendidikan nasional demi mendorong meningkatnya indeks kualitas sumber daya manusia Indonesia atau Human Development Index (HDI) yang sangat rendah bila dibanding dengan HDI bangsa lain di bumi ini. Dengan KTSP, pengelolaan sistem pendidikan nasional pada komponen yang mengacu sistem manajemen berbasis sekolah diberi keleluasaan yang lebih besar, sehingga paradigma pendidikan nasional yang bersifat desentralis dapat diimplementasikan.

Atas dasar pertimbangan pengembangan KTSP untuk meningkatkan HDI bangsa Indonesia dan mengimplementasikan sistem pendidikan nasional yang bersifat desentralis, maka Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan tentang komponen standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses dan standar penilaian KTSP yang menjadi acuan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Model KTSP sebagai kurikulum berbasis standar kompetensi memberikan otonomi luas kepada pihak pengelola satuan pendidikan untuk mengembangkan isi kurikulum terutama yang berhubungan dengan materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik di setiap satuan pendidikan yang berbeda. Otonomi

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

pengembangan KTSP tentunya memberikan kepercayaan kepada guru terutama sebagai perencana dan pelaksana kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah. Di sini kompetensi guru yang multi-kompleks dihargai untuk dikembangkan demi pembentukan kompetensi peserta didik untuk kepentingan mutu lulusan melalui peningkatan pretasi belajar siswa.

Implementasi KTSP dilakukan dengan mengacu pada standar Isi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, lalu standar kompetensi Lulusan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006, dan standar proses dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 serta standar penilaian dalam Permendiknas nomor 20 tahun 2007. Pelaksanaan KTSP sejak tahun 2006/2007 mengalami peningkatan mutu dari tahun ke tahun, walaupun di sana-sini patut diakui masih ada kekurangan tertentu. Namun belumlah berjalan sampai 10 tahun, maka KTSP dinilai secara parsial oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional bahwa KTSP tidaklah mampu mendorong percepatan peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga harus segera direvisi lagi.

Atas dasar asumsi penilaian tersebut, maka KTSP segera direvisi dan lahirlah Kurikulum 2013 yang dikatakan sebagai suatu model KBK. Nampak di sini suatu ironi mengenai pengembangan konsep dasar kurikulum 2013 yang kembali lagi ke model KBK yang dinilai sebagai suatu model kurikulum yang secara filosofis telah ketinggalan zaman bila dilihat dari segi waktu penerapannya pada sistem pendidikan di negara-negara lain.

Sari dari Kurikulum 2013 adalah pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu

Manajemen Berbasis Sekolah

kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Kurikulum 2013 dikembangkan sebagai model KBK dengan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran)

pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) . Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang

perlu

diterapkan

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project-based learning) .

Tabel 2. Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Keterampilan Menerima

Sikap

Pengetahuan

Mengamati Menjalankan

Mengingat

Menanya Menghargai

Memahami

Mencoba Menghayati

Menerapkan

Menalar Mengamalkan

Menganalisis

Mengevaluasi

Menyaji Mencipta

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket

B disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta

pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS.

didik.

Proses

pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.

Karakteristik

proses

Manajemen Berbasis Sekolah