Prinsip Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran menurut Konsep dari Model KTSP dan KBK

D. Prinsip Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran menurut Konsep dari Model KTSP dan KBK

Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional di Indonesia dari masa ke masa sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945, maka dari periode pemerintahan selalu adanya perbaikan-perbaikan sistem pendidikan nasional melalui perbaikan komponen- komponen pendidikan, seperti perbaikan/revisi kurikulum. Upaya revisi kurikulum pendidikan di sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi selalu didasarkan pada filosofi pendidikan tertentu yang dianggap relevan dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada tahun 1996 Commision on education for the twenty first century melapor kepada Unesco bahwa pendidikan sepanjang hayat sebagai suatu bangunan yang ditopang oleh empat pilar, yaitu: 1) Learning to know , yang juga learning to learn, yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran selanjutnya, 2) Learning to do, yaitu belajar untuk memiliki kompetensi dasar dalam berhubungan dengan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda, 3) Learning to life together, yaitu belajar untuk

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

mampu mengapresiasi dan mengamalkan kondisi saling ketergantungan, keanekaragaman, memahami dan perdamaian intern dan antarbangsa, serta 4) Learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki timbangan dan tanggungjawab pribadi.

Pada tahun 1998, Unesco mencanangkan empat pilar pendidikan di atas. Dengan demikian keluaran proses pendidikan merupakan suatu pribadi utuh dengan keunggulan secara berimbang dalam aspek spiritual, sosial, intelektual, emosional, dan fisikal. Juga pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk memperoleh kebahagiaan hidup secara seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dengan kehidupan bersama. Kerangka pendidikan dunia inilah yang mendasari kebijakan berbagai negara untuk menerapkan kurikulum berbasis kompetensi. Negara-negara Afrika seperti Beliz, Trinidad, dan Tobago sudah lebih dahulu menerapkan kurikulum berbasis kompetensi daripada Indonesia. Bahkan Amerika telah menerapkannya sejak tahun 1970-an yang disebut sebagai Competency Based Education (CBE) dan kurikulumnya disebut Competency Based Curriculum . Menyusul Inggris dan Jerman tahun 1980-an dan Australia pada tahun 90-an (Majid & Andayani, 2004:1-2).

Ketika tahun 2002/2003 dilakukan uji coba draf KBK yang disusun oleh Puskurnas maka kritikan muncul dan menganggap kurikulum ini masih tetap ketinggalan zaman sebab telah ditinggalkan negara-negara tersebut di atas. Oleh sebab itu, model KBK direvisi lagi dengan menetapkan standar pendidikan nasional sebagai mana di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, walaupun KBK baru diterapkan/diberlakukan di awal tahun pelajaran 2004/2005 secara nasional. Muculnya standar nasional

Manajemen Berbasis Sekolah

pendidikan yang mencakup komponen standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan, maka KBK mengalami revisi lagi. Alasan pemerintah melalui Depdiknas adalah diperlukan suatu standar yang menjadi sasaran pelaksanaan pendidikan nasional. Itulah sebabnya di Depdiknas, lembaga penyusun kurikulum nasional yang di sebut Puskurnas diubah menjadi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Lembaga BNSP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan nasional yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pendidikan nasional.Untuk mencapai standar mutu pendidikan, maka KBK kemudian direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebenarnya merupakan paduan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Berbasis Standar (KBS). KTSP dikembangkan untuk memenuhi standar mutu pendidikan nasional demi mendorong meningkatnya indeks kualitas sumber daya manusia Indonesia atau Human Development Index (HDI) yang sangat rendah bila dibanding dengan HDI bangsa lain di bumi ini. Dengan KTSP, pengelolaan sistem pendidikan nasional pada komponen yang mengacu sistem manajemen berbasis sekolah diberi keleluasaan yang lebih besar, sehingga paradigma pendidikan nasional yang bersifat desentralistik dapat diimplementasikan.

Atas dasar pertimbangan pengembangan KTSP untuk meningkatkan HDI bangsa Indonesia dan mengimplementasikan sistem pendidikan nasional yang bersifat desentralistik, maka Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan tentang komponen standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses dan standar penilaian KTSP yang menjadi dasar acuan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Model KTSP sebagai kurikulum berbasis

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

standar kompetensi memberikan otonomi luas kepada pihak pengelola satuan pendidikan untuk mengembangkan isi kurikulum terutama yang berhubungan dengan materi pembelajaran dan karakteristik siswa di setiap satuan pendidikan yang berbeda. Otonomi pengembangan KTSP tentunya memberikan kepercayaan kepada guru terutama sebagai perencana dan pelaksana kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah. Di sini kompetensi guru yang multikompleks dihargai untuk dikembangkan demi pembentukan kompetensi siswa untuk kepentingan mutu lulusan melalui peningkatan pretasi belajar siswa.

Implementasi KTSP dilakukan dengan mengacu pada standar Isi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, lalu standar kompetensi Lulusan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006, dan standar proses dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 serta standar penilaian dalam Permendiknas nomor 20 tahun 2007. Pelaksanaan KTSP sejak tahun 2006/2007 mengalami peningkatan mutu dari tahun ke tahun, walaupun di sana-sini patut diakui masih ada kekurangan tertentu. Namun belumlah berjalan sampai 10 tahun, maka KTSP dinilai secara parsial oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional bahwa KTSP tidaklah mampu mendorong percepatan peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga harus segera direvisi lagi.

Atas dasar asumsi penilaian tersebut, maka KTSP segera direvisi dan lahirlah Kurikulum 2013 yang dikatakan sebagai suatu model KBK. Nampak di sini suatu ironi mengenai pengembangan konsep dasar kurikulum 2013 yang kembali lagi ke model KBK yang dinilai sebagai suatu model kurikulum yang secara filosofis

Manajemen Berbasis Sekolah

telah ketinggalan zaman bila dilihat dari segi waktu penerapannya pada sistem pendidikan di negara-negara lain.

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.