Perangkat Administrasi Kurikulum

G. Perangkat Administrasi Kurikulum

Sama seperti model KBK dan KTSP, maka kurikulum baru 2013 masih menggunakan perangkat administrasi yang akan dikerjakan oleh guru mata pelajaran atau guru kelas mulai dari program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP. Rencana Depdikbud untuk menyiapkan bahan ajar dengan menyusun buku teks pegangan guru dan siswa dengan instrumen penilaian. Hal ini tentunya akan mulai mengurangi sedikit pekerjaan guru, namun ini akan membuat ketergantungan guru untuk menyampaikan materi pelajaran apa adanya dalam tek buku pegangan guru dan siswa. Lagi-lagi persoalan penguasaan materi secara tekstual pasti terjadi lagi setelah 6 atau 7 tahun dimulai diusahakan untuk ditinggalkan kebiasaan tersebut. Kondisi ini menuju pada suatu usaha pemerintah pusat

guru untuk tidak mengembangkan kreatifitasnya juga untuk menyiapkan materi pelajaran sesuai konteks kehidupan peserta didik.

memasung lagi

Bagaimana mungkin suatu teks tertulis dikatakan implikatif secara empiris sesuai konteks kehidupan peserta didik jika teks tersebut ditulis oleh orang yang hidup dan bergaul dalam konteks lingkungan sosial, geografis dan budaya yang berbeda dengan dunia kehidupan peserta didik di tiap daerah. Hal ini merupakan suatu bukti kecenderungan sistem pengajaran yang berorientasi tektual dan bukannya konstekstual lagi sebagaimana diidamkan dalam model KBK atau KTSP sesungguhnya. Apalagi bila informasi materi pelajaran dipublikasi melalui jaringan media informasi internet yang hanya bersifat maya adanya. Peserta didik akan dituntun memasuki dunia khayal mengenai konteks suatu daerah/lingkungan di mana informasi itu berasal.

Penetapan mengenai silabus dan RPP sebagai perangkat administrasi kurikulum 2013 terdapat dalam Peraturan Menteri

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Salinan lampiran peraturan tersebut menetapkan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1. Silabus

Silabus merupakan acuanpenyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:

a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/paket C/ paket C kejuruan).

b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.

c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.

e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/paket A).

f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

Manajemen Berbasis Sekolah

g. Pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Komponen RPP terdiri atas:

a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan.

b. Identitas mata pelajaran atau tema/sub tema.

c. Kelas/semester.

d. Materi pokok.

e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.

f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. m. Penilaian hasil pembelajaran.

Manajemen Berbasis Sekolah

3. Prinsip penyusunan RPP

Dalam menyusun RPP, hendaknya memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut:

a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

b. Partisipasi aktif peserta didik.

c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.

d. Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Bila memperhatikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam tidak ambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

Manajemen Berbasis Sekolah

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan.

9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a) Berfungsi sebagai nara sumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar.

b) Membantu menyelesaikan masalah.

c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

Berdasarkan karakteristik model pengembangan Kurikulum 2013 yang berorientasi pada pengembangan kompetensi, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan scientific (pengembangan ilmu pengetahuan). Proses pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan dengan kegiatan mengamati (observasi), menanyakan,

dan mengkomunikasikan. Tentu aktivitas mengamati membutuhkan kemampuan yang ditampilkan dengan dukungan fungsi-fungsi motorik dari alat-alat indera manusia (mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, lidah untuk mengecap, kulit untuk merasakan dan hidung untuk mencium). Orang yang ingin memperoleh pengetahuan pasti menggunakan fungsi indera untuk memperoleh sesuatu kesan yang membekas dalam ingatan dan menyentuh perasaan bathin untuk menikmati sesuatu yang bermakna dari hasil tangkapan indera. Kesan yang membekas di otak merangsang pikiran untuk mengolah kesan yang ditangkap indera lalu memproses kesan itu menjadi pengetahuan yang dapat

mengeksplorasi,

mengasosiasikan

Manajemen Berbasis Sekolah

diungkapkan melalui tutur kata atau bahasa (lisan dan tulisan dan isyarat/tubuh).

Setelah proses menanya dan menemukan makna konsep pengetahuan dari hasil mengamati, maka proses selanjutnya adalah mengeksplorasi atau menjejaki dan menggali lebih dalam sesuatu makna yang dapat mengandung nilai manfaat bagi kehidupan manusia baik individual maupun berkelompok/bersama. Proses mengeksplorasi ini diasosiasikan atau dihubungkan lebih jauh dan atau banyak lagi dengan konsep informasi pengetahuan yang lain untuk dikomunikasikan atau disajikan kepada pihak atau orang lain supaya mendapat tanggapan atau koreksi kritis lagi. Proses mengkomunikasikan bertujuan tidak sekedar untuk diberi tanggapan dan koreksi kritis melainkan untuk mempengaruhi kemampuan berpikir otak dan olah batin orang lain lagi supaya mengalami proses belajar memperoleh pengetahuan yang sama dan atau pengetahuan itu dikembangkan lebih luas lagi.

Proses pengembangan ilmu pengetahuan dengan kegiatan- kegiatan seperti itu membutuhkan fungsi akal budi sebagai kegiatan roh manusia yang dihasilkan oleh fungsi syaraf-syaraf di otak kepala manusia dan fungsi kelenjar sel di hati manusia. Dua organ tubuh manusia itu membuat manusia menjadi makhluk berakal budi karena mendorong manusia perseorangan sadar akan dirinya untuk berpikir dan merasakan dan mengingini sesuatu sebagai hasil olah pengetahuannya terhadap hal-hal yang dianggap bernilai atau mengandung kemanfaatan bagi kelangsungan hidup manusia. Di sini proses olah pikir dan olah bathin berlangsung terpadu dan tidak boleh terpisah atau mengabaikan salah satunya melalui kegiatan belajar. Proses itu juga tidak hanya merangsang gejolak jiwa manusia pribadi dengan adanya reaksi dari tekanan darah untuk menghasil emosi-emosi saja dari dalam diri seseorang.

Drs. Lukas Manu, M.Pd. & Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd.

Ketika kegiatan belajar berlangsung, maka tanggung jawab guru adalah mendorong menghidupkan fungsi roh dan jiwa manusia untuk terpadu dengan fungsi motorik/organ tubuh lain sehingga menghasilkan tingkah laku dalam bentuk tutur kata lewat simbol bahasa dalam interaksi komunikasi manusia perseorangan dengan yang lain dan dalam bentuk sikap dan perbuatan. Inilah keterpaduan kemampuan diri manusia yang perlu didorong dan dibentuk fungsi keterpaduannya dalam proses pembelajaran bersama guru sebagai pengajar, pendidik, pembimbing atau pelatih.

Kompetensi inti dalam kurikulum 2013 sebenarnya ingin mencapai keterpaduan fungsi-fungsi dari bagian-bagian diri manusia baik yang bersifat fisiologis maupun yang bersifat psikologis. Kompetensi inti mencakup keterpaduan dari kognitif yang dihasilkan otak dan perasaan atau keinginan-keinginan dari hati yang ditampilkan melalui sikap dan perbuatan motorik seseorang. Taksonomi Bloom menentukan tingkatan kemampuan atau potensi diri tersebut sesuai dengan cakupan fungsinya masing- masing. Hal ini akan diuraikan lebih dalam pada bagian sistem evaluasi dan penilaian dalam kurikulum 2013.

Manajemen Berbasis Sekolah