SAYANG AKU INGIN PUTUS

SAYANG AKU INGIN PUTUS

Saat aku sedang tidak ada Pekerjaan, tiba-tiba ada seseorang yang mengirimi aku es-em-es. “Anggi” isi sms-nya. Aku pun langsung membalasnya dengan bertanya “Siapa ini?” Dia mengaku sebagai Ahmad, teman sekelasku. Aku masih belum

percaya bahwa dia Ahmad. Akhirnya, aku bertanya dengan teman- temanku apakah mereka mengetahui nomor siapa ini. Ternyata nomor itu milik Pandu, teman sekelasku juga. Dia mendapatkan nomorku dari salah satu temanku.

Setelah itu, kami jadi sering sms-an. Awalny, aku tidak me mi- liki perasaan apa-apa kepadanya, tetapi suatu saat dia me nembakku dan aku tidak bisa menerimanya karena aku meng anggap dia hanya teman. Dia tidak putus asa, beberapa kali dia menembakku lagi sampai akhiirnya aku menerimanya karena aku memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi ketika aku me nerimanya, aku berkata bahwa aku tidak boleh berpacaran selama masih sekolah. Jadi, kita tidak bisa ketemuan atau ngedate. Ia pun menyanggupinya. Ya, seperti orang yang tidak pacaran pada umumnya.

Kami berpacaran hanya lewat sms dan telepon. Di sekolah pun kami jarang berbicara karena kami tidak mau teman-teman kami yang lain tau bahwa kami berdua berpacaran. Selama itu, kami banyak menghadapi masalah. Sampai-sampai kami harus putus, sambung lagi, putus dan nyambung lagi. Suatu saat aku ketahuan berpacaran oleh orang tuaku. Akhirnya hp-ku disita dan kami tidak berhubungan lagi. Ketika hp-ku menghubungi Rendi lagi dan kami pun berpacaran kembali.

Saat itu Pandu ingin sekali menemuiku, tapi aku tidak mau karena takut ketahuan. Kami pun sepakat bertemu di depan jendela kamarku pada pukul 15.00. Ketika kami bertemu, kami senang sekali walau dibatasi oleh teralis jendela kamarku. Tapi sayang, saat itu juga mamaku masuk ke kamarku dan melihat ada Pandu di depan jendelaku. Pandu pun langsung pergi dan aku hanya bisa diam saat mamaku memarahiku. Hp-ku kembali disita selama berbulan-bulan. Kami tidak ada berhubungan sama sekali. Aku mengira bahwa Pandu telah memiliki kekasih yang baru dan melupakanku. Ternyata tidak. Syukur deh kalau begitu karena saat itu aku masih sangat sayang kepadanya.

”Ndu tunggu saat tiba nanti, ya....” Setelah enam bulan, hp-ku pun dikembalikan, tapi aku tidak

menghubungi Pandu sebab aku gengsi bila aku menghubunginya apalagi aku takut dimarahin mama lagi kalau ketauan. Pada tanggal

23 Februari, saat dia berulang tahun, kuberanikan diri untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Aku kira dia tidak akan membalas sms-ku, tapi ternyata dia membalas sms-ku dengan ucapan terima kasih. Bermula dari sanalah hubungan kami terjalin lagi.

Saat pembagian kelas, aku dan Sandi sekelas lagi, tapi orang tuaku tidak menyetujuinya dan meminta kepada guruku untuk memindahkanku ke kelas yang lain. Aku pun rela dipindahkan dan tidak sekelas lagi dengan Rendi. Tapi, kami masih berhubungan baik walaupun aku terkadang cemburu dengannya yang sekelas dengan mantannya. Tapi percaya aja deh aku dengannya. Di saat itu, aku biasanya meminta Pandu untuk meneleponku dan kuceritakan semua unek-unekku kepadanya. Tidak jarang dite lepon aku menangis dan Pandu juga ikut menangis.

Sebenarnya, aka ingin kami tidak berhubungan lagi karena aku tidak mau terus-terusan membohongi orang tuaku. Aku dulu berjanji bahwa aku tidak mau berpacaran lagi tapi ternyata aku tetap berpacaran. Berbagai cara aku coba untuk membuat Pandu benci kepadaku dan meninggalkan aku. Saat itu aku hanya bisa berkata bahwa aku tidak akan bisa membuat kamu bahagia karena keadaanku yang terlau dikekang dan aku tidak pernah bisa mengerti kamu. Tetapi

Pandu selalu saja berkata ”Tujuan hidupku hanya kamu Kik, jadi kalau kita putus, aku tidak punya tujuan hidup lagi. Aku hanya ingin nanti kita menikah dan bersama selamanya. Aku akan selalu mengerti keadaanmu dan memahami segala kekuranganmu.”

Aku hanya bisa menangis mendengar perkataannya. Semakin aku mencintainya dengan perkataan dia yang bersungguh-sungguh. Suatu saat aku benar-benar ingin Pandu meinggalkan aku dan memberikannya dia kebebasan untuk mencari wanita lain yang lebih baik dariku yang dibolehkan pacaran oleh orang tuanya sehingga wanita itu bisa membahagiakan Pandu. Aku akhirnya meminta kepada Pandu untuk putus dengan alasan aku sudah tidak tahan dan tidak sayang lagi dengannya, padahal aku sangat sayang kepadanaya. Aku tahu itu menyakitkan baginya, tapi hanya cara itulah yang bisa kulakukan. Pandu pun bersedia untukku putuskan.

Setelah beberapa lama tidak berhubungan dengan Pandu, aku merasa sangat kesepian dan hampa. Aku hanya dapat berharap suatu saat kami bisa bersama, kalau pun tidak bisa semoga saja dia mendapatkan kebahagiaan dengan wanita pilihannya. Amin.