GOOD BYE

GOOD BYE

Ine Politia A.

Langit mendung seakan mewakili perasaan Lily saat ini. Satu minggu berlalu, tapi Lily tetap sedih dengan kematian ibunya. “Sungguh bukan ini yang aku inginkan… Ya Tuhan, maafkan aku.. maaf…” desisnya. Penyelasan dan kesdihan Lily tak akan merubah segala. Tetapi yang jelas, Tuhan dan ibunya pasti memaafkankannya. Lily percaya itu. Kejadian seminggu lalu membuat ingatannya muncul kembali.

Hari ini hujan turun lagi, tetapi tak membuat seorang remaja ini menghentikan rencanya untuk bersenang-senang dengan teman- temannya nanti malam.

“Lily…! Hai!! Kita jadi pergi malam ini kan?” seorang remaja lelaki yang separuh baya menghapirinya. “Oh hai, Dennis!!! Jadi dong.” Jawabnya riang. “Liilyy…. Ayo nak, makan siang dulu..” “Nanti.” “Nanti maagmu kambuh lho..” “Bu! Aku capek! Nanti saja! Ngerti gak sih yang aku omongin?!

Sudah sana!” “Liilyy… tolong dengarkan ibu sekali saja….” “Bu! Pergi sana!” Lily tetap tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Baginya,

ibunya hanya sekedar satpam yang selalu membukakan pintu untuknya. Malam tiba, dan Lily sudah cantik seperti biasanya untuk pergi bersama temannya, Dennis.

“Bu, minta uang! Uang jajanku ME-NI-PIS! Mana?” “Lho? Bukannya minggu lalu sudah ibu beri uang jajan?” Pertanyaan ibu membuat Lily naik darah, tanpa pamit meminta

ke ibunya, Lily dengan senang membongkar semua lemari ibunya. 388

“Lily!!! Jangan mengambil semua uang ibu… Itu uang untuk membayar sekolahmu sayaang…”

“Halah! Cerewet! Sama anak sendiri pelitnya minta ampun!” Dan tanpa pamit serta mendengarkan ucapan ibunya, Lily pun

pergi dan tak merasa bahwa itu adalah malam terakhir Lily bertemu ibunya.

“Lilyyy…… kamu mau kemana nak?? Kenapa tak dirumah saja?” “Bukan urusan ibu!” “Liliy… hati-hati… ibun sayang kamu nak….” Lily pun berhenti mendengar kalimat ibunya tersebut. Tetapi,

tak menghentikan langkah Lily untuk pergi malam ini. Sejam… Dua jam… Tiga jam… “Lily kemana? Kenapa belum pulang?” Jam menunjukkan pukul 10 malam. Lily yang sedang asyik

dengan malam ini dan tak menggubris segala apapun termasuk sms serta telepon di handphonenya, ternyata ada sekitar 11 telepon tak terjawab dari sahabatnya, Dinda serta saudara-saudaranya. Serta sms yang begitu banyak dari sahabatnya serta ibu dan saudaranya. Dibukanya satu demi satu, dan mengejutkan buatnya.

Seperti… “Lily….!!! Kau di mana? Aku menelponmu berkali-kali tapi tak

dijawab! Ibumu Lily! Ibumu kecelakaan! Dan sekarang kritis!!” Lalu, “Lily!!!! Kau di mana sih????? Ibumu Lily, sudaahh… sudaaaaahhh…. Tak… tak ada lagi… Maafkan aku Li…. Ibumu sudah tiada…. Beliau kekurangan darah….”

Dan, “Lily…. Jika kau sudah membaca smsku ini…. tolong kau cepat

pulang…. Ibumu membutuhkan doamu…. Cepat pulanglah Lily….” Betapa kagetnya Lily mendengar berita itu. Lily pun meng- hiraukan ucapan Dennis yang sedari tadi cerita tentang kehidupannya. Dan dibukanya sms terakhir dari ibunya…

“Lily… kenapa kamu belum pulang nak? Ibu sangat khawatir… ibu menjemputmu ya nak…”

Dibacanya sms ibunya selanjutnya…. “Lily…. Anakku yang tercinta…. Yang ibu sangat sayangi….

Ibu mau menjemputmu, tetapi sepertinya Tuhan belum merestui…. Ibu harus duluan ke tempat Tuhan, Maafkan ibumu yaa, karena tak bisa menjagamu dengan baik. Ibu mohon padamu untuk lebih baik lagi. Jaga kesehatan dan terus berdoa sayang. Ibu menyayangimu. Sampai jumpa anakku…”

Lily hanya bisa menangis membaca sms terakhir ibunya… takdir Tuhan memang tak bisa diubah. Lily pun hanya bisa mendoakan dan meminta maaf kepada ibunya yang selalu disia-siakan.

“Ibu…. Maafkan Lily…. Aku akan selalu mendoakanmu dan tak akan menjadi nakal lagi. Terus bombing Lily bu, dalam menghadapi semua cobaan dari Tuhan… Lily sungguh menyayangimu ibu….”