Zubaidah Afriza

Zubaidah Afriza

Putih, tampan, badannya yang tinggi, dan senyumnya yang manis itu, tidak bisa membuatku lupa padanya. Dua bulan yang lalu, lelaki yang tidak sengaja menyenggolku ketika aku sedang berbelanja di swalayan, yang tidak lain kakak kelasku bernama Doni, telah membuatku terpesona padanya.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 23.00 wib, tetapi aku maasih sulit untuk memejamkan mata. Aku masih sibuk mencari akun facebook atas nama Doni tersebut. Beberapa nama facebook yang sama telah membuatku seperti orang gila. Hampir satu persatu nama facebook itu kubuka, tetapi belum juga kutemukan akun facebook yang kuinginkan.

Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Ketika istirahat, aku menghampiri temanku bernama Ida yang sedang sibuk mengotak-atik Hpnya.

“Lagi ngapain, kok serius amat?” tanyaku padanya. “Facebookkan ni Za” jawabnyasambil senyum-senyum tidak jelas. “Asik banget deh kelihatannya.?” Ucapku meledeknya “Eh dengar-dengar kamu lagi mencari akun facebook kakak kelas

kita yang namanya Doni itu ya Za? Tanyanya padaku. “Iya, memangnya kamu tahu.?” “Tahu dong, dia kakak kelasku waktu SMP juga” “Wah aku lihat dong, mau aku add, hihihi....xixixi.” ujarku sambil

tertawa tidak jelas. “Iya, ini nama facebooknya” sambil menunjukkan nama facebook Doni padaku.

Aku langsung mencatat dan menyimpannya dalam HP.ku. “Makasih ya Da” ujarku. “Ok, sama-sama” jawabnya.

Sepulang dari sekolah aku langsung masuk kamar dan menggunakan laptop. Jari-jariku langsung sibuk mencari nama facebook nya. Dan tidak lama kemudian aku langsung menemukan nama facebook orang yang kukagumi tersebut. Aku pun tertawa-tawa sendiri. Sedikit tertahan, agar suaraku tidak terdengar sampai keluar kamar.

Perhatianku hanya tertuju pada kronologi Doni. Aku sibuk mengotak-atik facebooknya. Melihat-lihat fotonya, status-statusnya, siapa saja yang menjadi temannya, dan hal-hal yang menjadi kesukaannya. Semuanya kulihat dan kuresapi.

Saking asyiknya, aku kaget ternyata sudah sore. Karena aku terlalu senang, sampai-sampai aku lupa makan siang. Tiba-tiba saja laptopku mati, semangatkupun yang menggebu-gebu bak banteng yang mengejar matador itu hilang seketika. Raut mukaku langsung lemah seperti orang yang tidak mempunyai semangat.

Semenjak aku mengetahui facebooknya, hari-hariku selalu kuisi dengan facebookkan. Pulang sekolah, malam hari, sampai-sampai belajarpun sambil facebookkan dan tidur selalu larut malam. Tetapi semua itu sudah terbayarkandengan bisa chatingan bersama orang yang ku idam-idamkan.

Doni telah membuatku seperti orang gila. Bisa dibilang dia cowok lumayan tampan di sekolah. Banbyak kaum hawa di sekolah yang naksir padanya. Bukan hanya parasnya yang tampan, tetapi dia baik dan tidak sombong.

Sejak aku bertemu dengan Doni di swalayan itu aku mulai serinhg memperhatikannya. Setiap kali aku melewati ruang kelas Doni, mataku hanya tertuju pada Doni. Walau kadang hanya curi-curi pandang saja aku melihatnya. Tapi aku berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi pacarnya. Banyak cewek-cewek di sekolah yang suka padanya dan itu membuatku merasa peluang mendapatkan Doni menjadi lebih kecil. Walau begitu, hal itu tidak membuatku menjauh padanya bahkan berusaha terus mendekatinya.

Gayanya yang cool itu membuatku selalu terpana bila meman- dangnya. Serta senyumnya yang manis itu selalu terbayang dipikiran- ku. Terkadang aku jadi salah tingkah setelah melihatnya.

Ternyata diam-diam sahabatku Irma mengetahui gerak-gerikku seperti orang yang lagi menyukai seseorang.

“Riza, apa kamu menyukai Doni...?” tanya Irma padaku “Enggak..!! sok tahu deh kamu” sahutku “Gak usah bohong Za!. Aku bisa membaca raut wajahmu. Kita

kan sudah berteman sejak lama. Jadi, jika mau cerita, cerita saja Za” ujar Irma.

“Hihi deg-degan, bawaannya jika menatapnya” jawabku senyum- senyum. Akupun menceritakan perasaanku terhadap Doni dengan Irma. Beberap b ulan aku berteman dengannya dan sering chatingan di

facebook . Kami bertukar nomor hp.aku meraasa sangat senang ketika dia meminta nomor hp padaku. Setelah itu, kami jadi semakin dekat dan lebih sering smsan, dan saling perhatian. Hidupku terasa berbeda setelah aku dekat dengannya. Aku jadi semangat untuk sekolah karena ingin melihatnya.

Tapi kedekatan dan perhatian itu telah hilang. Harapanku menjadi pacarnya telah musnah. Hati terasa hancur berkeping-keping. Setelah aku melihat status hubungannya dengan wanita lain. Sekarang dia telah membuatku benar-benar gila. Semenjak aku menyukainya, hidupku menjadi berantakan. Berangkat sekolah selalu terlambat, bahkan peringkatku menurun.

Pagi ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Ketika sedang pelajaran tiba-tiba guru yang mengajar di kelasku menegurku. “Sekarang Riza kok change ya. Alias berubah.” Ujar guru itu padaku. “Masa sih Bu?” tanyaku heran. “Iya, kenapa Riza? Apakah ada masalah?” tanya guru itu. “Enggak ada apa-apa kok Bu” jawabku menutupi. Akupun

langsung terdiam. Ternyata Doni telah benar-benar mengubah hidupku. Dan si cowok tampan itu rupanya telah memberi harapan palsu padaku. Pagi ini aku berangkat lebih awal dari biasanya, dan suasana sekolah masih sepi. Hanya sebungkus roti yang menjadi sumber tenagaku untuk memulai aktivitas hari ini.

“Hai Za! Tumben pagi-pagi sudah ada di sekolah. Ada angin apa ya? Sapa Ria sahabat yang paling dekat denganku. “Semalaman aku nggak bisa tidur, jawabku dengan nada lirih. “Memangnya kenapa Za?” tanya Riya padaku “Hancur hatiku” jawabku sambil menundukkan kepala. “Maksudnya??” tanya Ria dengan heran. “Perjuanganku yang tingal selangkah lagi telah sirna, ya”

jawabku dengan wajah bersedih. “Pasti Doni kan? Sudah lah Za! Tak usah dipikirkan, slow aja! Nasihat Riya padaku. “Slow gimana? Aku sudah begitu lama suka sama dia!” jawabku. “Jika memang jodoh, pasti bisa bersatu kok, lagian banyak kan

cowok-cowok diluar sana yang suka sama kamu.” Ucap Riya. “Tapi ini hati yang memilih, Ya” jawabku dengan tegas. Lalu aku terdiam menyadari bahwa yang dikatakan RiyA

itu benar. Wanita yang dipilih Doni adalah wanita pilihannya. Tentunya lebih baik dari pada aku. Aku harus tahu diri dan mencoba melupakannya meski sakit yang harus kurasakan. Tapi aku harus tertap tersenyum, walaupun dalam kepedihan hati yang sedang terluka ini.

Sejak dia bersama dengan wanita itu, aku mencoba untuk menjauh darinya. Dan melupakannya. Sengaja menghindar darinya agar bisa dengan mudah melupakannya. Tapi ketika itu dia menyapaku dengan kata hai, menanyakan kabarku, itu membuat ku kembali menyukai dirinya. Entah apakah aku terlalu mencintai sehingga membuatku tergila-gila padanya.

Beberapa bulan kemudian, setelah sekian lama tidak ada komunikasi diantara kami. Tiba-tiba tidak ada angin tak ada hujan dia kembali mendekatiku. Secara tidak langsung hubunganku mulai membaik seperti dulu sering sms-an dan facebookan lagi.

“Rasanya aku kokk seneng banget ya bisa sms-an dan dekat lagi denganmu, Za?” ujar Bayu padaku. Aku kaget mendengar kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Tapi di sisi lain aku sangat senang sekali mendengarnya.

“Yang bener! Inget lho, kamu udah punya pacar!” jawabku.

“Udah enggak Za. Entah kenapa selama aku dengannya, aku merasa perasaanku ini hanya untukmu” ucapnya padaku. Beberapa lama kemudian dia mengungkapkan perasaannya padaku yang membuat jantungku berdegup kencang. “Za, kamu mau nggak jadi pacarku?” sambil memegang kedua tanganku. “Kamu sedang tidak mempermainkan perasaanku kan?” tanyaku padanya. “Tidak, tidak sama ssekali! Ternyata memang perasaanku sesungguhnya hanya untukmu” berusaha meyakinkan aku. “Lalu wanita itu?” “Aku kira aku bisa bahagia dengannya. Tetapi selama aku

bersamanya hanya kamulah yang selalu ada dipikiranku Za.” Setelah beberapa hari dia berusaha meyakinkanku bahwa dia benar-benar menyukaiku. Dia memintaku supaya aku mau menjadi pacarnya.

“Seribu kata telah kuucapkan untukmu agar engkau percaya bahwa hati ini hanya untukmu, Za. Pliss kamu mau ya jadi pendam- pingku. Sekarang, esok, dan selamanya.” Dengan wajah seriusnya dia ungkapkan semua perasaannya padaku.

Setelah aku benar-benar yakin bahwa dia benar mencintaiku. Akhirnya, waktu yang aku tunggu-tunggu selama ini yang telah mem buatku hampir gila, yaitu mendengar tiga kata yang memberi- kan perubahan besar bagiku yaitu I LOVE YOU. Sebuah kata yang sederhana. Tapi menyimpan makna yang sangat besar dan mem- butuhkan perjuangan.

Akhirnya secara tidak langsung kamipun bersatu, meski rintangan sulit harus kulewati. Tapi semua telah kulalui dan kebahagiaanpun telah menanti. Aku juga semakin semangat untuk sekolah dan mendapatkan nilai yang bagus. Begitupun Doni, dia belajar keras untuk ujian yang telah menantinya untuk menentukan kelulusan. Kami akhirnya bahagia sampai sekarang dan tidak lupa membuat status di facebook. Karena perantara facebook aku bisa sedekat ini dengannya. Ternyata perjuanganku yang dimulai dari facebook telahn membuahkan hasil.

JEMARIKU YANG TAK MAMPU MERAIHNYA