Frame work hukum biosekuriti
1.6 Frame work hukum biosekuriti
FAO menggunakan istilah “biosecurity” untuk menguraikan “pengelolaan hayati beresiko dalam masalah komprehensiv guna mencapai keamanan pangan, melindungi kehidupan kesehatan hewan dan tumbuhan, melindungi lingkungan dan berperan aktif dalam kelangsungan penggunaannya” (FAO, 2003). Dalam bidang biosekurity, hukum dan peraturan diletakan pada tempat yang berkaitan dengan kehidupan dan kesehatan tumbuhan dan hewan, yang berhubungan dengan resiko lingkungan, keamanan pangan, dan beberapa aspek biosavety (Stannard et al., 2004). Beberapa framework hukum internasional yang mempengaruhi pengelolaan SDGT fokus pada isu biosekuriti, dan akan didiskusikan dalam sub- bagian berikut. Pentingnya pertukaran informasi pada tingkat internasional dan penetapan standar internasional (petunjuk, rekomendasi dan prosedur) merupakan hal penting dalam memfasilitasi penerapan biosekurity oleh negara berkembang. FAO meluncurkan internet base mengenai portal internasional untuk keamanan pangan dan kesehatan hewan dan tanaman (International Portal for Food Safety and Animal
and Plant Health) 18 , yang berperan sebagai
18 http://www.ipfsaph.org/En/default.jsp
informasi resmi hukum berkaitan dengan biosekurity.
Kesehatan hewan dan keamanan pangan
Masalah terkait dengan kesehatan hewan merupakan perhatian utama internasional, khususnya dalam konteks peningkatan perdagangan ternak dan produk ternak. Pemerintah ingin memastikan bahwa industri ternak nasional terlindungi dari pengaruh penyakit ternak. Ancaman serius terhadap kesehatan manusia skala internasional, penyebaran
HPAI, intensitas kebutuhan pengamatan efektif pada tingkat lokal. Perbedaan besar antar negara, dalam konteks status kesehatan hewan dan standar keamanan pangan, menimbulkan argumentasi besar terkait dengan perdagangan internasional. Negara berkembang khususnya, cenderung dipengaruhi oleh kesehatan hewan terkait dengan peraturan perdagangan. Selain itu pembatasan dapat memberikan dampak pergeseran SDGT (Kotak 43).
Perjanjian SPS dari WTO mendorong pemerintah mendirikan standar nasional sanitasi dan phytosanitasi yang konsisten dengan standar internasional, petunjuk dan rekomendasi seringkali lebih tinggi dari persyaratan nasional di banyak negara, termasuk negara maju. Perjanjian SPS memungkinkan pemerintah memutuskan untuk tidak menggunakan standar internasional. Akan tetapi, bila persyaratan yang berbeda dari standar internasional menghasilkan pembatasan perdagangan yang lebih besar, negara yang memiliki standar yang berbeda mungkin dipertanyakan dalam penyediaan justifikasi ilmiah, dan mendemonstrasikan kebutuhan pengamatan. Negara harus menetapkan pengamatan SPS berdasarkan kajian realistis yang berresiko. Bila diminta, negara harus membuat faktor yang dikenal untuk diperhatikan, prosedur kajian yang digunakan dan tingkat resiko yang ditentukan dapat diterima. Pemerintah diharuskan mengetahui negara lain dari perubahan persyaratan SPS
perdagangan dan mengatur kantor (poin permintaan) untuk merespon permintaan informasi yang lebih banyak tentang pengamatan SPS baru atau yang saat ini ada. Pemerintah harus melakukan penerapan terhadap keamanan pangan dan regulasi kesehatan hewan dan tumbuhan. Selama hewan menjadi perhatian, standar internasional dibawah perjanjian SPS itu diatur oleh Organisasi Kesehatan hewan dunia ( World Organisation for
Animal Health/OIE 19 ) dan Komisi Alimentarius FAO/WHO 20 . OIE dikenal sebagai badan standar untuk kesehatan hewan dibawah perjanjian SPS. Pengamatan kesehatan yang ada di dalam organisasi Terrestrial Animal Health Code (dalam bentuk standar, petunjuk dan rekomendasi) diadopsi oleh komisi internasional OIE. The Terrestrial Animal Health Code merupakan dokumen referensi untuk digunakan dalam wewenang dokter hewan, pelayanan importer dan eksportir, epidemiologis, dan semua pihak yang terlibat dalam perdagangan internasional. Karena hubungan antara kesehatan ternak dan kesejahteraan hewan, perwakilan negara anggota OIE memerintahkan OIE untuk memimpin peran dalam pengaturan standar internasional untuk kesehatan hewan. Panitia Kesejahteraan Hewan (Permanent Working Group on Animal Welfare) didirikan dan pertama kali mengadakan pertemuan pada Oktober 2002. Pada tahun 2005, Negara anggota Komite International OIE mengadopasi standar kesejahteraan hewan dimasukan dalam Kode Kesehatan Hewan (Terrestrial Animal Health Code). Standard tersebut meliputi pengangkutan darat, laut dan pemotongan hewan untuk tujuan pengawasan penyakit.
Codex Alimentarius Commission dibentuk pada tahun 1963 oleh FAO dan WHO untuk mengembangkan standar pangan, petunjuk dan kode praktis dibawah Program Standar Pangan dari Gabungan FAO/WHO. Selain standar
19 http://www.oie.int 20 http: www.codexalimentarius.net/web/index_en.jsp
Dampak peraturan internasional sanitasi kehewanan terhadap pengelolaan sumberdaya genetik sebagai contoh penyakit mulut dan kuku
Pada skala global, kemungkinan penyakit lintas batas Untuk mencapai persyaratan ini, negara bebas dalam arti dampaknya terhadap perdagangan adalah
penyakit, atau negara bertujuan mencapai status bebas penyakit mulut dan kuku (FMD). Meskipun penyebaran
penyakit, seringkali berjuang melawan terjangkitnya FMD terbatas, dapat menhancurkan perdagangan
penyakit melalui kebijakan pemotongan dan pemberian peternakan suatu negara. Kemampuan atau kegagalan
cap pada ternak yang dipotong. Ternak yang telah di menjaga status bebas FMD tampaknya memiliki
culling mengancam populasi breed ternak langka yang pengaruh besar terhadap pola pengembangan
ada pada area geografis tertentu. Negara bebas penyakit peternakan suatu negara. Peraturan perdagangan
juga menghadapi masalah bila mereka memerlukan internasional yang berhubungan dengan pengawasan
materi genetik yang diimpor dari negara dimana FMD FMD mempengaruhi pengelolaan SDGT dalam berbagai
sedang berjangkit. Hal ini merupakan masalah cara.
khususnya bagi negara tropis, karena banyak negara Menurut peraturan OIE, ada perbedaan antara
dengan kondisi produksi yang sama akan dipengaruhi negara bebas penyakit dimana vaksinasi diterapkan,
oleh penyakit. Masalah ini diangkat dalam Laporan dan negara dimana vaksinasi tidak diterapkan. Untuk
Negara dari Trinidad and Tobago (2005). Dampak mencapai status tersebut, keuntungan yang
langsung mungkin berhubungan dengan perbedaan dihasilkan berkaitan dengan ekspor ternak, suatu
dalam pemanfaatan SDGT antara negara bebas penyakit negara harus: memiliki data yang baik mengenai
dan negara endemik penyakit. Produsen eksportir dalam laporan penyakit; pernyataan kepada OIE bahwa
negara mungkin menyesuaikan tujuan produksi selama 12 bulan terakhir tidak terjangkit FMD, tidak
memenuhi permintaan pasar luar dan mengadopsi ada infeksi virus FMD, dan tidak ada vaksin melawan
praktek pengelolaan bersama dengan wawasan FMD;tidak mengimpor hewan yang telah divaksin
komersial. Perubahan ini menghasilkan keseimbangan sejak vaksin tersebut dihentikan.
pemanfaatan breed ternak.
pangan, Codex juga menangani isu keamanan
Biosafety
pakan ternak. Salah satu proyeknya adalah Potensi peningkatan output dan produk ternak penyiapan Kode praktis pakan ternak yang baik,
yang baik merangsang minat terhadap yang merupakan respon terhadap perdagangan
pengembangan ternak transgenik. Introduksi pangan dan masalah kesehatan yang muncul penyebaran teknologi ini akan memiliki implikasi dari pakan ternak. Kode menerapkan pabrik bagi pengelolaan SDGT . Teknologi rekombinasi pakan dan penggunaan semua pakan, selain DNA saat ini diterapkan dalam bidang farmasi yang dibawa pada saat di padang veteriner. Tanaman pangan transgenik seperti pengembalaan bebas. Tujuan utama Kode jagung digunakan untuk pakan ternak di adalah untuk mendukung praktek pabrik yang beberapa negara. Akan tetapi, sejumlah baik selama produksi, pemanenan, penanganan,
perhatian mengenai lingkungan dan kesehatan penyimpanan, prosesing dan pendistribusian ditingkatkan terkait modifikasi genetik. Beberapa pakan ternak. Tujuan lebih jauh adalah untuk framework internasional memperhatikan isu ini mendorong praktis pakan ternak yang baik di terkait keamanan organisme termodifikasi secara peternakan. Baru-baru ini baik Codex
genetik (genetically modified organisms/GMO) Alimentarius dan OIE menangani isu berkaitan
atau kehidupan organime termodifikasi (living dengan keamanan organisme dan organisme modified organisms/LMO) dan produk modifikasi genetik. Masalah ini akan dibicarakan
turunannya.
lebih jauh pada sub-bagian berikut dalam Protokol Cartagena terhadap keamanan framework hukum internasional biosafety.
biologi diadopsi pada January 2000 oleh the Conference of the Parties untuk CBD sebagai perjanjian pelengkap CBD, dan diresmikan pada
termasuk ikan (“Safety Assessment of Foods terhadap konservasi dan keberlanjutan Derived from Genetikally Modified Animals penggunaan keragaman hayati, demikian juga including Fish ”) diselenggarakan pada resiko terhadap kesehatan hewan. Akan tetapi,
November 2003, melanjutkan kerja FAO dan LMO yang berfungsi sebagai obat (farmasi) atau
WHO bagi kajian keamanan pangan modifikasi konsumsi manusia dikeluarkan dari cakupan secara genetik (GM) dan berfokus pada ternak protokol bila ditangani oleh perjanjian atau GM, termasuk ikan dan makanan derifatifnya. pengaturan internasional lainnya
Tujuan utama dari konsultasi ini adalah untuk Protokol Cartagena menentukan prosedur mendiskusikan dan menjelaskan cara evaluasi Advanced Informed Agreement (AIA) untuk keamanan dan resiko ternak GM. Lembar kerja memastikan bahwa negara-negara diberikan berkaitan dengan ternak GM telah dibuat informasi yang diperlukan untuk membuat (WHO/FAO, 2003). Masalah lingkungan dan keputusan sebelum menyetujui impor organisma
etika terkati produksi ternak GM animals ke dalam daerahnya (Artikel 7). Akan tetapi, (termasuk ikan) didiskusikan sebagai isu sejumlah LMO dikeluarkan dari prosedur AIA tambahan. karena aktivitas tertentu atau berkeinginan
Pada bulan Mei 2005, komisi internasional OIE menggunakan LMO. LMO yang mungkin mengadopsi resolusi penerapan rekayasa dikeluarkan dari prosedur AIA adalah: LMO genetik produk ternak dan bioteknologi, dan dalam transit, LMO yang akan dimanfaatkan dan
penerapan standar dalam framework perjanjian LMO yang ingin digunakan langsung sebagai SPS. Anggota negara meminta pengembangan makanan atau pakan atau prosesing. Protokol standar dan petunjuk terkait dengan vaksin yang melayani hak negara dalam mengambil ternak yang dihasilkan melalui bioteknologi, keputusan terhadap impor beralaskan prinsip resiko kesehatan hewan terkait kloning, perlindungan terkait dengan baik LMO yang pengeluaran ternak yang tidak diijinkan dan diintroduksikan ke dalam lingkungan maupun produk dari populasi ternak dan ternak hasil yang akan digunakan sebagai makanan, pakan
rekayasa genetik.
atau industri pengolahan. Pertimbangan sosial ekonomi yang terangkat dari dampak LMO
1.7 Kesimpulan
terhadap keragaman hayati juga diperhatikan Peraturan perdagangan terkait kesehatan hewan dalam keputusan importasi.
merupakan aspek framework legal internasional Pada 1999, Codex Alimentarius Commission
yang memiliki dampak terbesar terhadap mendirikan Ad Hoc Intergovernmental Task pengelolaan SDGT saat ini – mempengaruhi Force on Foods Derived from Biotechnology baik pertukaran materi genetik maupun sistem untuk memperhatikan penerapan kesehatan dan
produksi dan pengawasan penyakit pada tingkat makanan seperti berbagai panganan. Secara nasional. Pertumbuhan perdagangan ternak dan khusus, tujuan Task Force adalah untuk produk ternak, dan bersamaan dengan mengembangkan standar, petunjuk atau kebutuhan menjaga standar kesehatan hewan rekomendasi yang sesuai untuk pangan turunan
tanpa pembatasan yang tidak terjustifikasi dari bioteknologi atau sifat yang diintroduksikan
terhadap perdagangan, memerlukan kedalam pangan melalui bioteknologi. Hal ini pembentukan peraturan internasional dalam dikerjakan berdasar pada pembuktian ilmiah, bidang ini. Peningkatan besar perdagangan analisa resiko yang sesuai untuk faktor legitimasi
internasional mengakibatkan pembentukan
SDGT merupakan hak kekayaan intelektual. Akan tetapi, perjanjian TRIPS WTO memungkinkan pelepasan ternak dari paten, dan
Daftar Pustaka
merupakan legislasi tingkat nasional, bersamaan
FAO. 2003. Technical consultation on biological risk
dengan perjanjian perdagangan regional atau
management in food and agriculture. Bangkok,
bilateral dimana saat ini memiliki pengaruh
Thailand, 13–17 January 2003. Report of the
terbesar dalam bidang ini.
technical consultation. Rome. (also available at ftp://ftp.fao.org/es/
Pengenalan akan keragaman hayati yang