Isu-isu lingkungan

1.2 Isu-isu lingkungan

Dalam beberapa hal, sistem industri skala besar menjadi fokus utama dalam hubungannya dengan dampak lingkungan dari produksi ternak. Ini terutama pada kasus dimana pengembangan terjadi secara sangat cepat, tanpa kerangka regulasi yang tepat. Dalam diskusi selanjutnya akan diuraikan, ada sejumlah masalah dengan tipe pertanian seperti ini. Produksi secara industri mempunyai keuntungan (kelebihan) dari perspektif lingkungan. Metoda produksi secara intensif mempunyai keuntungan dalam hal efisiensi konversi pakan (FAO, 2005a). Produser ternak komersial akan cenderung efisien dalam penggunaan harga sumber daya. Tetapi motivasi ini untuk meningkatkan produksi intensif yang ramah lingkungan terhambat oleh tidak mencukupinya harga sumber daya alam.

Rangkaian (decoupling) produksi pangan dan ternak melalui konsentrasi geografi dari ternak di area dengan sedikit atau tidak ada lahan pertanian menimbulkan dampak lingkungan pada level yang tinggi – terutama berhubungan

Perkiraan kontribusi ternak terhadap suplai total fosfat pada lahan pertanian di area dengan keseimbangan fosfat lebih dari 1- kg/ha di negara Asia terpilih (1998 – 2000)

Persentase

kilometer

Sumber : Gerber et al., (2005).

dengan pupuk dan salah kelola limbah airnya – meningkatnya pertumbuhan algae yang (Naylor et al., 2005). Nutrisi yang berlebihan

menyebabkan kekurangan oxigen bagi dapat timbul dari berbagai sumber termasuk

kehidupan organism aquatik lainnya. Di banyak pemupukan yang berlebihan pada tanaman,

tempat didunia, ekosistem yang fragile (rapuh), memberi pakan yang berlebihan pada ikan di

merupakan reservoir (tandon) yang penting kolam, pembuangan limbah pertanian atau keragaman hayati, seperti lahan basah, rawa industri yang tidak tepat. Dalam kasus produksi

mangrove dan terumbu karang telah terancam. ternak, kelebihan nutrisi yang ada dalam pupuk

Di laut China selatan, polusi dari produksi ternak kandang adalah tidak dibuang secara benar

telah teridentifikasi sebagai penyebab utama atau didaur ulang, yang sering terjadi di dekat

pertumbuhan masive algae “blooms” termasuk pusat kota (Gambar 42).

pada tahun 1998 yang telah membunuh lebih Penggunaan pupuk dengan dosis tinggi pada

dari 80% ikan pada area 100 km 2 air pantai lahan dapat menghasilkan nitrat dan fosfat yang

(FAO, 2005a). Sistem produksi secara industri terlarut kedalam jalan air (sungai, air tanah).

kadang perlu penyimpanan pupuk kandang. Kelebihan nutrisi yang masuk kedalam jalan air

Pada tahap ini, nitrogen hilang dalam bentuk menimbulkan fenomena yang disebut eutrofikasi

ammonia dan dikeluarkan dari permukaan

Cara lain, industri peternakan berkontribusi lingkungan lokal dan merusak ekosistem yang

terhadap produksi gas rumah kaca (dalam hal labil seperti hutan. Nitrogen oksida, gas rumah

karbon dioksida), adalah melalui jalan kaca yang aktif juga diproduksi oleh pupuk

tranportasi pakan yang menempuh jarak jauh, kandang (17% emisi global diperkirakan berasal

yang memerlukan bahan bakar. Dalam hal dari peternakan, termasuk pupuk kandang yang

methan, emisi berasal dari pencernaan ternak digunakan untuk lahan pertanian) (Tabel 48).

ruminansia adalah lebih besar bila suplai energi Masalah lain berhubungan dengan penggunaan

dari pakan untuk ternak berasal dari hijauan pupuk kandang yang berasal dari industri dengan kualitas rendah. Seperti pada produksi peternakan adalah pencemaran padang rumput

secara industri dimana penggunaan pakan dan lahan pertanian dengan logam berat, yang

konsentrat lebih banyak dan breed ternak dapat menyebabkan masalah kesehatan, jika

(breed) lebih efisien mengkonversikan pakan, masuk dalam rantai makanan. Tembaga (Cu)

mempunyai keuntungan dalam hal jumlah dan seng (Zn) adalah nutrien yang ditambahkan

methan yang diproduksi relatif terhadap output pada pakan konsentrat, sementara kadmium

produk ternak.

(Cd) masuk ke pakan ternak sebagai Pengaruh lingkungan dari produksi pakan kontaminan. Pengelolaan yang tidak tepat perlu juga dipertimbangkan. Tiga puluh tiga terhadap pupuk kandang dapat juga persen tanah yang dapat ditanami digunakan menyebabkan pencemaran pada tanah dan

produksi pakan ternak, yang kebanyakan

TABEL 48

Kontribusi pertanian terhadap emisi gas rumah kaca global dan emisi lainnya

dioksida Carbon

Methan

Nitrogen dioksida

Nitrit oksida Amonia

Efek utama Perubahan

Asidifikasi dan iklim

Perubahan iklim

Perubahan iklim

Asidifikasi

eutrofikasi Bersumber

Peternakan pertanian

Perubahan

Ruminansia (15) Peternakan

Pembakaran

(termasuk (perkiraan %

penggunaan pupuk kontribusi terhadap

lahan,

pupuk kandang

kandang untuk total emisi gas

terutama

untuk lahan

penebangan

kebunnya (44) hutan

kebunnya)

Produksi padi (11)

Pupuk mineral (8)

Pupuk kandang dan Pupuk mineral (17) pupuk mineral (2)

biomasa (11) Emisi dari pertanian % sumber kegiatan

Perubahan yang Stabil atau

Dari peternakan: diharapkan dalam

Dari padi: stabil

35-60% meningkat

meningkat 60% emisi dari pertanian sampai 2030

menurun

atau menurun

Dari peternakan:mening kat 60%

Sumber : FAO (2002a)

pemelihara adalah penduduk yang mampu digunakan untuk produksi tanaman dapat (Waters-Bayer, 1996; FAO, 2001b). Secara mengancam keragaman hayati. Misalnya di

keseluruhan, tidak adanya skala keuntungan sebagian Amerika Latin, sebagian besar area

ekonomi, yang mana peternakan perkotaan lahan hutan hujan telah dirusak, dan digunakan

menyediakan bagi pemeliharanya, juga tidak untuk produksi pakan ternak (terutama kedelai).

adanya kontribusi mereka terhadap ketahanan Peningkatan permintaan telah menggerakan pangan secara lebih luas. Kurangnya peningkatan ekspor pakan dari negara seperti

pengetahuan ini, lebih besar dalam kasus Brasil ke negara dimana lahan lebih sedikit

produksi peternakan pedesaan, tanpa lahan. (FAO, 2006g).

Pemelihara ternak skala kecil, tanpa lahan Karakteristik selanjutnya dari unit produksi

dicirikan dengan tidak mempunyai lahan skala industri adalah terkonsentrasinya ternak

pertanian, dan tidak mempunyai akses ke dalam jumlah banyak dalam suatu tempat yang

komunal padang penggembalaan yang luas. terbatas. Kondisi yang penuh sesak menjadikan

Pemelihara ternak seperti ini diketemukan di lingkungan, dimana penyakit dengan mudah

area perkotaan dan peri-urban, dan di area menyebar, kecuali usaha pencegahan pedesaan yang didominasi oleh sistem dilakukan. Unit industri, oleh karena itu pertanian campuran, terutama di area populasi cenderung sebagai pengguna obat-obatan yang

penduduk padat atau distribusi kepemilikan banyak, yang bila tidak digunakan secara tepat

lahan tidak sama.

akan masuk ke rantai makanan dan akan Peternak di pedesaan, tanpa lahan, kadang berpengaruh terhadap kesehatan manusia. sangat tergantung pada pekerjaan diluar Demikian juga persyaratan higienis dalam unit

pertanian (off-farm), dalam bentuk buruh harian. peternakan skala besar memerlukan Pakan untuk ternak diperoleh dari berbagai penggunaan secara besar agen pembersih

sumber termasuk mencari dan merumputkan kimia dan input lainnya seperti fungisida, yang

ternaknya di lahan marginal, penggunaan limbah bila tidak dikelola secara tepat akan menjadi

pangan (pertanian), limbah industri, sistem sumber yang potensial sebagai polutan dalam

potong angkut, dan membeli. Dibandingkan lingkungan.

dengan yang mempunyai lahan, peternak pedesaan, tanpa lahan lebih banyak mempunyai problem dalam penyediaan pakan untuk

2 Sistem skala kecil tanpa lahan

ternaknya. Tujuan produksi peternakannya juga berbeda, kurangnya kemampuan mereka untuk

menggunakan segera pupuk kandangnya dan Dalam istilah ekonomi, kontribusi produksi tenaga tarik. Pada umumnya, peternak kecil,

2.1 Tinjauan sistem skala kecil

pangan dari sistem skala kecil tanpa lahan, tanpa lahan memelihara breed ternak lokal atau dimanapun juga sama pentingnya dengan persilangan yang ada diarea tersebut. Tetapi jika

sistem industri. Pada kenyataannya, mereka memasuki aktivitas yang lebih kontribusinya belum pernah dievaluasi pada

komersial, maka perlu dipelihara, breed ternak tingkat skala global. Tetapi pemelihara ternak

dengan output yang lebih tinggi. skala kecil dipinggiran kota, sekarang mendapat

Karakteristik yang paling berbeda dari sistem perhatian dari pemerintah, dan pelaku penelitian

produksi perkotaan adalah tempat yang dekat dan pengembangan di banyak negara miskin

dengan jumlah konsumen yang besar, yang maupun negara kaya. Survei di beberapa kota

mana mengurangi perlunya transport produk Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan

yang mudah rusak (busuk), dibanding tansport

157

158

dalam dan sekitar perkotaan telah dipraktekkan sejak dulu. Alasan-alasan untuk memelihara ternak di area perkotaan sangat beragam dan termasuk mendapatkan pendapatan dari penjualan; kesenangan memelihara ternak dan kesempatan melanjutkan kegiatan tradisional sebagai mata pencaharian; akumulasi dari modal yang ditaruh sebagai bentuk jaminan atau untuk membiayai proyek yang akan datang; sebagai suplementasi makananannya dengan produksi rumah susu, telur atau daging; dan kesempatan untuk menggunakan sumber yang tersedia, seperti limbah pangan. Ternak dapat juga menyediakan input seperti pupuk kandang dan tenaga mengolah tanah untuk produksi tanaman pangan di perkotaan. Tetapi lingkungan perkotaan, banyak kendala untuk pemelihara ternak. Terutama jika ternak besar yang dipelihara, ruang yang terbatas merupakan masalah, seperti halnya untuk dapat memperoleh cukup pakan dengan murah. Sistem produksi perkotaan kadang mempunyai banyak hubungan dengan area pedesaan yang ada disekitarnya, apakah dalam bentuk penyediaan pakan, suplai ternak, atau aliran tradisi dan pengetahuan tentang pemeliharaan ternak. Saudara atau pengembala ternak yang diupah di area pedesaan ikut memelihara ternaknya penduduk perkotaan. Ternak, seperti sapi perah atau kerbau mungkin di pindah ke area pedesaan saat fase tidak produktif, dalam rangka untuk memdapatkan pakan murah (Schiere et al., 2006b). Tipe breed yang dipelihara dalam sistem ini tergantung spesies, produk yang laku dipasaran, dan kekuatan hubungan pedesaan-perkotaan.

2.2 Isu-isu lingkungan Produksi ternak skala kecil di area pinggiran kota atau perkotaan menghadapi masalah dasar lingkungan yang sama seperti sistem industri (misalnya pembuangan limbah, kontaminasi sumber air). Skala masalah mungkin sama berartinya seperti skala besar, jika unit skala kecil jumlahnya besar terkonsentrasi dalam

kontrol regulasi lingkungan mungkin lemah, dan infrastruktur pengelolaan limbah buruk. Karakteristik lain dari sistem ini adalah bahwa manusia dan ternaknya hidup berdekatan satu dengan yang lain. Ini berisiko hubungannya dengan penyebaran penyakit zoonosis seperti flu burung. Masalah ini lebih buruk dengan standar kontrol kesehatan hewan dan ketiadaan skill (ketrampilan) pengelolaan yang diadaptasikan pada lingkungan perkotaan. Peternakan dapat juga menyebabkan gangguan seperti suara, kotor, penyumbatan sistem pembuangan, kemacetan lalu lintas, dan kerusakan terhadap kepemilikan. Masalah pemeliharaan ternak di perkotaan cenderung lebih besar di dekat pusat kota, seperti diketahui konsentrasi ternak dan manusia tinggi, kemungkinan untuk menggunakan lahan kosong untuk penggembalaan rendah dan jarak dengan lahan pertanian atau padang penggembalaan jauh (Schiere et al., 2006b).

Seperti lingkungan perkotaan, beberapa pemelihara ternak pedesaan, tanpa lahan juga meghadapi masalah kesehatan, yang muncul dari memelihara ternak dekat tempat tinggal manusia dan keterbatasan akses untuk kesehatan ternaknya. Kedekatan dengan lahan pertanian, mengurangi masalah dalam pembuangan pupuk kandang. Tentu saja, pupuk kandang adalah produk yang dapat dijual. Peningkatan jumlah ternak menyebabkan tekanan pada area penggembalaan yang digunakan oleh peternak yang tidak punya lahan dan berkontribusi terhadap degradasi sumber daya tersebut, walaupun area tersebut ukurannya kecil.

2.3 Pola produksi Pada umumnya, produksi skala kecil, tanpa lahan relatif memiliki pilihan yang terbatas untuk pengembangannya. Tetapi, jumlah penduduk perkotaan miskin masih meluas sebagai hasil masih adanya migrasi di dalam mencari pekerjaan. Seperti adanya keterbatasan pekerjaan yang tersedia dan ketidakamanan,

ternak skala kecil atau pertanian di perkotaan cenderung bertambah. Kedekatan hubungan pedesaan dan perkotaan adalah penting untuk mengatasi kekurangan pakan dan menggunakan kelebihan masing-masing lokasi. Peternak miskin perkotaan umumnya tidak dilayani dengan baik oleh pelayanan kesehatan hewan dan pelayanan lainnya dan di beberapa kota dan kota besar, aktivitas peternakan konflik dengan perundang undangan. Akses ke pasar formal mungkin terbatas dengan isu yang hubungannya dengan kualitas dan kesehatan. Ada pengakuan, pentingnya produksi skala kecil perkotaan dan kebutuhan mengembangkan kebijakan yang tepat untuk meminimalkan efek negatif dan untuk mendukung penghidupan pemelihara ternak.

Peningkatan permintaan produk ternak kelihatannya menawarkan kesempatan bagi beberapa peternak perkotaan atau peri-urban, skala kecil untuk mengintensifkan produksi mereka. Contohnya India, telah berhasil dalam mengintegrasikan peternak kerbau skala kecil, tanpa lahan dan pemelihara sapi kedalam program pengumpulan susu sekitar pusat perkotaan. Contoh lain adalah intensifikasi diluar sistem industri skala besar, ditemukan pada produksi unggas. Sebagai contoh, di Burkina Faso, Laos, Myanmar dan Kamboja, produksi daging unggas meningkat masing-masing 166%, 84%, 1530% dan 106% sejak tahun 1984-2004; yaitu masing-masing 17, 8, 153 dan

17 ribu ton (FAOSTAT). Pertumbuhan in berasal dari sistem intensifikasi skala kecil di peri-urban, dengan perbaikan pakan, genetik dan pengelolaannya. Tetapi mungkin intensifikasi semacam ini tidak kekal. Segera setelah volume permintaan cukup tinggi dan terkonsentrasi, mencapai skala ekonomi besar, penambahan skala terjadi dengan munculnya perusahaan besar. Kasus seperti ini telah diamati di Kamboja.

Di area pedesaan yang padat di Asia, populasi terus meningkat sedang lahan untuk pertanian tidak dapat diperluas lagi. Adanya

diluar pertanian, pemeliharaan ternak masih merupakan kegiatan penting untuk masyarakat miskin pedesaan yang tidak punya lahan. Bila ada akses pasar, mungkin ada kesempatan menjalani aktivitas yang lebih berorientasi komersial, seperti usaha sapi perah. Ini terjadi pada kasus gerakan koperasi susu di India, dimana proporsi susu banyak dimasukkan ke pabrik susu, diproduksi oleh peternak kerbau, pedesaan, tanpa lahan atau pemelihara sapi yang berpartisipasi dalam program perbaikan genetik. Tetapi peternak, tanpa lahan menghadapi kendala yang sangat untuk memperbanyak output dari ternaknya, dalam hal penyediaan pakan.