Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Tinjauan Pustaka

keluarganya untuk bangkit lagi dari keterpurukan itu. Pekerjaan apa pun ia lakukan demi kelangsungan hidup mereka. Ia menjalani hari-hari yang sulit dan melelahkan. Bahkan berpindah-pindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain karena kondisi keluarganya yang sangat miskin. Kondisi keluarga Ichiyo yang miskin dan tidak memiliki koneksi seperti itu sangat tidak dapat mendukung Ichiyo untuk menjadi sastrawan wanita. Sehingga, kedua hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi psikologis Ichiyo. Penulis menganalisis psikologis tokoh dengan mengambil beberapa cuplikan yang terdapat di dalam novel, kemudian menganalisis tentang kaitannya dengan psikologis dengan menggunakan pendekatan semiotik dan teori psikoanalisa Sigmund Freud sebagai acuan penelitian. Sebelum menganalisis beberapa cuplikan tersebut, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan defenisi novel, unsur intrinsik novel, termasuk dijelaskan juga setting novel Catatan Ichiyo, teori psikoanalisa Sigmund Freud, dan biografi pengarang. Penelitian ini terfokus pada analisis psikologi, yaitu analisis tentang id, ego, dan super ego yang terdapat pada tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

a. Tinjauan Pustaka

Di dalam karya sastra, terdapat sistem yang mendukung karya sastra itu sendiri. Menurut Semi 1988: 35 , struktur fiksi secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu struktur luar ekstrinsik dan struktur dalam intrinsik. Struktur luar adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial ekonomi, Universitas Sumatera Utara faktor kebudayaan, faktor sosio politik, faktor keagamaan dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut, seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur plot, pusat pengisahan dan gaya bahasa. Agar sebuah karya sastra dapat dipahami dengan lebih jelas, maka sebuah karya sastra harus memiliki unsur instrinsik dan ekstrinsik. Tanpa kedua unsur tersebut, suatu karya sastra tidak bisa berdiri sendiri atau dipahami oleh pembacanya. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun keutuhan suatu karya sastra. Tanpa unsur instrinsik, suatu karya sastra tidak akan dapat dinikmati oleh pembacanya. Kuat tidaknya dan jelas tidaknya unsur instrinsik juga akan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan pembaca dalam membaca suatu karya sastra. Salah satu unsur instrinsik yang sangat berperan dalam suatu karya sastra fiksi adalah tokoh. Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995: 165 adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan adalah unsur dari sebuah karya sastra yang sangat penting. Tanpa penokohan, tidak akan ada suatu cerita untuk dikisahkan karena tidak ada alur yang terbentuk. Karya itu hanya akan menjadi sebuah karya deskripsi saja, karena semuanya dipaparkan statis dan tidak hidup. Menurut Aminuddin 2000: 80-81, ada beberapa hal yang dapat ditelusuri oleh seorang pembaca dalam upaya memahami watak pelaku dalam karya sastra, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya 2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian 3. Menunjukkan bagaimana perilakunya 4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri 5. Memahami bagaimana jalan pikirannya 6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya 7. Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya 8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya 9. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya Selain dari unsur intrinsik, karya sastra juga memiliki unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik juga memegang peranan yang sangat penting dalam terbentuknya suatu karya sastra. Salah satu unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra adalah psikologi. Siswantoro 2004: 31-32 menyatakan bahwa secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi. Sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni. Sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meskipun kedua hal ini sangat berbeda, namun keduanya memiliki titik temu atau kesamaan. Kesamaan itu adalah kedua hal ini sama-sama berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajiannya. Apabila berbicara tentang manusia, tentu akan berbicara mengenai perilakunya juga. Hal ini tentu saja melibatkan ilmu Universitas Sumatera Utara psikologi, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Psikologi sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian, gejala kejiwaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra. Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis diri tokoh tersebut. Walaupun psikologi bukan merupakan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra, tapi keberadaan unsur ekstrinsik ini sangat mempengaruhi isi cerita dari karya sastra fiksi tersebut. Di dalam novel Catatan Ichiyo ini bisa dilihat tokoh utama yang mengalami tekanan batin dan konflik-konflik pribadi yang terjadi dalam menjalani hidupnya dan memperjuangkan cita-citanya. Karya sastra novel Catatan Ichiyo ini menunjukkan aspek-aspek psikologis yang dialami oleh tokoh utamanya.

b. Kerangka Teori