Cuplikan hlm.141 Cuplikan hlm.155-156

Dalam cuplikan dia atas ditunjukkan kondisi dimana Ichiyo mengalami kecemasan yang mendalam. Rasa cemas yang disebabkan karena banyaknya masalah yang terjadi dalam rumahnya. Rasa cemas melihat keuangan keluarganya perlahan terpuruk karena bisnis ayahnya telah ditipu oleh orang yang tak bertanggung jawab dan akhirnya menyebabkan mereka harus kehilangan sisa uang terakhir yang mereka miliki. Dan rasa cemas yang lebih dalam melihat sosok ayahnya yang dulu selalu mendukung, membela dan menyemangatinya, kini justru dalam kondisi putus asa dan justru tidak memiliki semangat untuk hidup lagi. Namun, rasa cemas yang terbesar adalah kecemasan terhadap dirinya sendiri. Cemas apakah dirinya mampu berjuang sendiri tanpa dukungan ayahnya untuk meraih keberhasilan. Baik itu keberhasilan dalam karir menulisnya maupun keberhasilan membangkitkan perekonomian keluarganya dari keterpurukan. Kembali lagi terjadi konflik batin dalam diri Ichiyo yang meragukan dirinya. Namun, pada cuplikan terakhir ditunjukkan bahwa Ichiyo memiliki semangat juang yang tinggi untuk meraih keberhasilan. Dia menunjukkan sikap hidup yang positif menghadapi segala tantangan yang dialaminya. Suatu sikap yang membuatnya bekerja keras dan bersungguh-sungguh meraih impiannya. Sikap yang pada akhirnya membuat dirinya benar-benar tidak terlupakan.

4. Cuplikan hlm.141

Ia meraih tangan adiknya dan mengusap lembut bengkak-bengkak kemerahan dengan minyak penghilang rasa sakit dan matanya terlihat menerawang ketika berkata, “Aku tahu ini terdengar seperti mimpi yang Universitas Sumatera Utara mustahil, seorang wanita biasa dari keluarga miskin dengan ambisi lebih besar daripada sarana yang ada, tetapi aku bersumpah demi luka-luka mengerikan dan goresan di tanganmu, Kuniko, bahwa suatu hari nanti aku akan membawa nama keluarga kita, Higuchi, terkenal, dan dunia tak akan pernah melupakan kita Bahkan meskipun aku harus menjual diriku pada Nakarai Tosui agar buku pertamaku dapat terbit, aku akan meraih impian luar biasa itu.” Analisis Dalam cuplikan di atas ditunjukkan bahwa adanya tekad dan semangat membara dalam diri Ichiyo untuk membawa nama keluarga mereka, Higuchi, terkenal dan dunia tak akan pernah melupakan mereka. Dalam hal ini Id menuntutnya untuk menjadi sukses, sehingga mereka dapat hidup dengan enak dan nyaman tanpa harus tersiksa karena keterpurukan ekonomi. Id mendorong Ego mewujudkan impiannya tersebut demi dirinya dan terutama demi Kuniko, adiknya, yang selalu mengerjakan pekerjaan yang berat dalam hidupnya sehingga tangannya selalu penuh luka-luka dan goresan yang mengerikan untuk anak gadis seusianya. Namun, tampak dalam cuplikan ini, Super ego kalah terhadap dorongan Id. Ini ditunjukkan dalam kata-kata Ichiyo bahwa ia rela melakukan apa saja demi meraih impian menjadi penulis, termasuk menjual dirinya terhadap Nakarai Tosui. Hal ini bertentangan dengan Super ego. Karena tidak pantas bagi seorang perempuan untuk merendahkan martabatnya dengan menjual diri kepada seorang pria hanya untuk meraih kesuksesan. Hal ini tentu saja karena dorongan Id yang Universitas Sumatera Utara begitu kuat, sehingga Ichiyo melupakan ajaran dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat. Id mengalahkan Super ego.

5. Cuplikan hlm.155-156

“Orang-orang membicarakan kau dan Tosui dan yang mereka bicarakan bukanlah hal-hal baik, tolonglah, tak bisakah kau sedikit menjauh darinya?” Kuniko memohon. “Hubunganmu yang berlanjut dengan Tosui tak mungkin baik bagi nama keluarga kita dan reputasimu sebagai penulis serius, kau tahu apa yang orang-orang pikirkan tentang Nakarai Tosui dan karya picisannya, kan?” Berminggu-minggu diceramahi mengenai Tosui dan berusaha menutup mata atas kebiasaan buruknya membuat Ichiyo kehilangan kesabaran dan tiba-tiba sesuatu dalam diri Ichiyo yang biasanya berwatak lembut dan berperangai tenang meletup, dan ia berteriak, “Hentikan, Kuniko, tolong hentikan Tak bisakah kau mengerti kalau aku tersiksa dan setiap kata yang kau ucapkan bagai pisau menusuk hatiku yang telah terluka dan terbakar rasa sakit?” Ia langsung menyesalinya karena Kuniko mulai terisak pelan menerima ledakan amarah Ichiyo yang sebelumnya tak pernah meninggikan suara terhadap adik tercintanya, tak peduli betapa sulitnya hidup. Ya Tuhan, apa yang telah diperbuat pria ini, Nakarai Tosui, kepadanya hingga ia menjadi kasar terhadap adik kesayangannya yang hanya mencoba memperingatkannya? Analisis Universitas Sumatera Utara Dalam cuplikan di atas ditunjukkan suatu kondisi dimana Kuniko memperingatkan Ichiyo untuk tidak lagi menemui Nakarai Tosui. Hal ini disebabkan karena reputasi Nakarai Tosui yang cukup buruk di mata masyarakat tentang karya picisannya den segala kebiasaan buruknya. Kuniko takut bahwa Ichiyo akan terkena dampak negatif dari hubungannya dengan Nakarai Tosui. Diperingatkan terus-menerus oleh Kuniko membuat Ichiyo mengalami konflik batin yang mendalam. Di satu sisi, Ichiyo ingin mengabaikan segala pikiran orang lain tentang Nakarai Tosui, karena Ichiyo sangat menyukai Nakarai Tosui. Ia sangat ingin mempercayai Nakarai dan tidak ingin menjauh darinya. Pada cuplikan di atas ditunjukkan bahwa akhirnya amarah Ichiyo meledak dan ia membentak Kuniko dengan suara keras. Id nya menginginkan dia untuk terus menemui Nakarai Tosui, karena hal itu dapat membuatnya sangat senang. Namun, karena didesak terus-menerus untuk berhenti menemui Nakarai, akhirnya Ichiyo lepas kontrol. Ego Ichiyo tidak mampu mengendalikan Id, sehingga Ichiyo membentak Kuniko. Namun, dalam cuplikan di atas ditunjukkan bahwa adanya rasa penyesalan yang mendalam karena Ichiyo membentak Kuniko yang akhirnya menangis mendengar ledakan amarah Ichiyo. Pada saat ini, Super ego langsung bekerja aktif dengan menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal dalam diri Ichiyo. Seharusnya Ichiyo sebagai seorang kakak tidak boleh membentak adiknya yang berniat baik memperingatkannya. Karena dorongan Id, Ego menjadi tidak bekerja dengan baik, sehingga Universitas Sumatera Utara Ichiyo diluar kendali dan tidak dapat berpikir dengan tenang lagi. Dan Super ego menghukum Ego yang tidak dapat mengendalikan Id Ichiyo dengan memberikan perasaan menyesal yang mendalam.

6. Cuplikan hlm.175-176