menyakitkan di saat ia harus menjauh dari Nakarai Tosui, satu-satunya pria yang telah berhasil mencuri hatinya.
Analisis
Dalam cuplikan di atas ditunjukkan bahwa Super ego telah kembali berfungsi aktif. Super ego memberikan perasaan malu dalam diri Ichiyo
karena ia sempat berpikiran sempit dengan ingin bunuh diri. Super ego juga menimbulkan rasa bersalah karena akan meninggalkan ibu dan
adiknya sementara merupakan tanggung jawabnya untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga mereka.
Ego juga sudah mengambil kendali dengan berpikiran lebih realistis. Bahwa Ichiyo tidak akan melakukan hal yang tidak pantas hanya
karena seorang pria. Dan Ichiyo tidak akan membiarkan hal-hal yang seperti itu mengontrol pikirannya. Sebagai pengganti pemenuhan
kebutuhan Ichiyo terhadap Nakarai, maka Ego mengganti pemuasan kebutuhan Id dengan melakukan kunjungan ke perpustakaan Ueno.
Tempat dimana Ichiyo bisa melupakan segalanya dan menenggelamkan diri ke dalam banyaknya buku bacaan.
Dalam cuplikan ini, Ego dan Super ego sudah dapat mengontrol dorongan-dorongan Id tentang Nakarai Tosui.
5. Cuplikan hlm.140
“Aku harus menyingkirkan perasaaan meluap-luap ini dan hasrat terhadap Nakarai Tosui Mereka seperti iblis yang mengganggu jalan
pikiranku dan menghambatku menulis,” keluhnya memelas kepada buku
Universitas Sumatera Utara
hariannya. “Aku bukan wanita biasa dan aku telah menerima bahwa aku tak akan pernah bahagia atau puas dengan status wanita di Jepang, namun
aku bukan dan tak mampu menjadi pria. Aku masih terkutuk oleh semua perasaan menyakitkan dan hasrat seorang wanita yang sepertinya kali ini
tak dapat kulawan.”
Analisis
Dalam cuplikan di atas ditunjukkan Ichiyo mengalami konflik batin yang disebabkan oleh perasaannya yang begitu besar terhadap
Nakarai. Ini merupakan tegangan yang timbul karena tidak terpenuhinya tuntutan Id, yaitu menemui Nakarai Tosui. Namun Ichiyo hanya bisa
menemui Nakarai Tosui apabila karyanya sudah selesai. Tetapi dorongan Id terhadap Tosui tidak dapat dikendalikan. Ichiyo melukiskan dorongan
tersebut seperti iblis yang mengganggu jalan pikirannya dan pada akhirnya tegangan tersebut menghambat Ichiyo untuk menulis sebuah karya.
Pada cuplikan ini juga ditunjukkan bahwa Ego dan Id saling bergesekan. Ego sedikit membuatnya berpikir realistis dan menerima
segala batasan tentang status wanita di Jepang dan bahwa ia tak mampu menjadi pria. Namun Id tetap menuntutnya untuk melakukan hasrat
seorang wanita dan itu semua menimbulkan tegangan berupa perasaan menyakitkan yang dialami oleh Ichiyo. Semua konflik batin yang
dialaminya tersebut dituliskannya dalam buku hariannya sebagai wadah untuk mencurahkan semua isi hatinya yang tak terungkapkan.
Universitas Sumatera Utara
6. Cuplikan hlm.159-160
“Aku benci mengatakan ini padamu, namun tampaknya Tosui san telah membual pada siapa pun yang ditemuinya bahwa kau tak berhenti
mengejarnya. Tingkah laku pria itu dan karena alasan itu saja, kau seharusnya cukup punya harga diri untuk meninggalkannya.”
Kata-kata tersebut menghantam Ichiyo dengan kuatnya, membuatnya merasa sangat terhina hingga keringatnya mulai mengucur
deras dan gelombang kemarahan dan sakit hati karena dikhianati membuncah dalam dirinya, begitu kuat dan hebat hingga lama sekali ia tak
mampu berkata apa pun. Ada bagian dirinya yang meragukan bahwa Tosui sungguh-
sungguh mengatakannya, namun ia tidak tahan lagi. Tentangan setiap orang terhadap hubungan mereka dan gaya hidup hedonis Tosui dan
sekarang ini Tiba-tiba kemarahan Ichiyo tertuju pada mentor dan pujaan hatinya itu.
Terhanyut oleh emosi yang meluap-luap, Ichiyo menjerit seperti binatang kesakitan. “Kalau begitu berakhir sudah, kami memang tidak
ditakdirkan bersama Kalian semua sudah menang karena aku akan melepaskan Tosui.”
Analisis
Dalam cuplikan di atas digambarkan situasi Ichiyo merasa telah dikhianati oleh mentor sekaligus pujaan hatinya. Ia merasa harga dirinya
telah dilukai dengan sangat dalam. Di satu sisi ia sangat mencintai Tosui dan tidak ingin meninggalkannya meskipun semua orang telah meminta
Universitas Sumatera Utara
mereka untuk berpisah. Ada bagian dalam dirinya yang meragukan Tosui sungguh-sungguh mengatakannya, namun Ichiyo tidak tahan lagi. Ichiyo
seperti berada di alam bawah sadar dan menjerit seperti binatang kesakitan. Itu merupakan tindakan bahwa Ego tidak dapat lagi mengontrol
tuntutan Id yang berasal dari hatinya. Ichiyo seperti lepas kendali dan mengeluarkan emosi yang meluap-luap. Kata-kata yang dikeluarkannya
sewaktu menjerit seperti kata-kata putus asa yang mendalam. Jeritan yang dikeluarkan Ichiyo tersebut merupakan dorongan dari
Id untuk mengurangi tegangan yang disebabkan oleh konflik batin yang terjadi dalam diri Ichiyo. Jeritan itu semacam pengekspresian dari
ketidakmampuannya lagi menanggung segala tegangan tersebut. Dalam hal ini, Ego tidak dapat mengontrol Id.
7. Cuplikan hlm.183-184