diperhitungkan oleh lingkungannya untuk berkembang di dunia sastra, karena Ichiyo juga tidak memiliki koneksi yang cukup kuat untuk membuatnya masuk ke
dalam dunia sastra. Hal-hal inilah yang memicu terjadinya konflik-konflik batin yang dialami tokoh, yang mempengaruhi terhadap beban psikologis tokoh yang
diungkapkan dalam cerita ini.
2.3 Teori Kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud
Psikoanalisis merupakan sebuah teori psikologi yang paling dominan dalam analisis karya sastra. Psikoanalisis Sigmund Freud merupakan suatu sistem
dinamis dari psikologi yang mencari akar-akar tingkah laku manusia di dalam motivasi dan konflik yang tidak disadari Naisaban, 2004: 143. Tidak banyak
yang mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang ditemukan oleh Sigmund Freud sebagai pendekatan “psikoanalisis”, sesungguhnya merupakan suatu pendekatan
yang sering ampuh untuk memahami perilaku seseorang. Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan produk
interaksi dari ketiga sistem, yaitu: id, ego, dan super ego. Artinya bahwa setiap tingkah laku itu ada unsur nafsu dorongan, unsur kesadaran nyata dan unsur
pengendalian : terlepas benar atau salah, baik atau buruk Fudyartanta, 2006: 102. Ketiga sistem pembentuk kepribadian tersebut mempunyai fungsi, sifat,
komponen, prinsip kerja, dinamisme, mekanisme yang berbeda, namun saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan,
yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian.
Dalam penulisan ini penulis hanya akan membahas dua pokok bahasan, struktur
Universitas Sumatera Utara
kepribadian dan dinamika kepribadian Sigmund Freud, karena hanya dua pokok bahasan tersebut yang akan digunakan dalam penelitian.
2.3.1 Struktur kepribadian
Menurut Freud, kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id aspek biologis, ego aspek psikologis dan super ego aspek sosiologis.
2.3.1.1 Id
Id adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai
penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh ego dan super ego untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Id beroperasi
berdasarkan prinsip kenikmatan pleasure principle, yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaaan
yang relatif inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu merupakan suatu keadaan
yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, id memiliki perlengkapan berupa dua macam
proses. Proses yang pertama yaitu tindakan-tindakan refleks reflex action, adalah
suatu bentuk tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, dan adanya pada individu merupakan bawaan lahir. Tindakan refleks ini digunakan individu
untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Contohnya refleks batuk, bersin, mengedipkan mata. Proses yang
kedua adalah proses primer, yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau
Universitas Sumatera Utara
mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan disebut pemenuhan hasrat wish fulfillment, misalnya
mimpi, lamunan dan halusinasi psikotik. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut prinsip realitas yang objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu
tidak akan sungguh-sungguh mampu mengurangi tegangan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan.
Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral. Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya
kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang
dibutuhkan itu tidak lain adalah ego.
2.3.1.2 Ego
Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas. Ego berkembang dari id agar individu
mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya
tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata- nyata dapat memuaskan kebutuhan. Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur
kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah proses sekunder. Dengan proses sekundernya
tersebut ego memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak. Dengan demikian, ego bagi individu
Universitas Sumatera Utara
bukan hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan reality tester. Dalam memainkan peranannya ini, ego
melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual Koeswara 1991: 34.
Ego memiliki dua tugas utama, yaitu memilih stimuli rangsangan yang mana yang hendak direspon atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan
prioritas kebutuhan dan menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan
kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dari super ego.
Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir selalu terjadi konflik dan pertentangan. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut Freud, ego dalam
menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan- kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan justru bertindak
sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan
naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi, fungsi yang paling dasar dari ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup
individu.
2.3.1.3 Super ego
Super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional atau cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan
orangtua kepada anak-anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan
Universitas Sumatera Utara
larangan. Menurut Freud, super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.
Freud berpendapat bahwa fungsi pokok dari super ego antar lain: a
Sebagai pengendali id agar dorongan-dorongan id disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat
b Mengarahkan id pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip moralitas
c Mendorong individu kepada kesempurnaan
Dalam menjalankan tugasnya, super ego dilengkapi dengan conscentia atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang
melalui internalisasi dari peringatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
Super ego dibentuk melalui internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar para pengasuh, khususnya orangtua
diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain, super ego adalah buah hasil dari proses internalisasi, sejauh larangan dan perintah
yang tadinya merupakan sesuatu yang asing bagi subjek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek sendiri.
Aktifitas super ego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang dirasakan dalam emosi-emosi, seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain
sebagainya. Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri berasal dari super ego.
2.3.2 Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Menurut Alwisol 2004: 23, Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk bernapas, bergerak, mengamati, dan
mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi yang disebut energi
Universitas Sumatera Utara
psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta insting- instingnya.
2.3.2.1 Naluri Insting
Naluri insting merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motivasi atau dorongan dari insting secara
kuantitatif adalah energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses
kepribadian Alwisol, 2004: 23. Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu:
1. Sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan
menghilangkan perangsangan jasmaniah 2.
Tujuan insting berkaitan dengan sumber insting, yaitu memperoleh kembali keseimbangan. Tujuan insting bersifat regressive kembali asal,
berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum munculnya insting dan juga bersifat konservatif, mempertahankan keseimbangan organisme
dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu. 3.
Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untuk
mendapatkannya hingga objek didapat. 4.
Daya dorong insting adalah kekuatanintensitas kegiatan yang berbeda- beda setiap waktu.
Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam eros atau naluri kehidupan life instinct dan naluri kematian death
Universitas Sumatera Utara
instinct Minderop 2010:25. Berikut adalah penjelasan tentang kedua insting tersebut.
1 Insting hidup
Insting hidup disebut juga eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting
hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesis. Insting hidup adalah dorongan yang
menjamin survival dan reproduksi seperti lapar, haus dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido.
Insting hidup yang paling ditekankan oleh Freud adalah insting seksual.
2 Insting mati
Insting mati adalah insting yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada. Freud mengajukan gagasan mengenai
insting mati berdasarkan fakta yang ditemukannya bahwa tujuan semua makhluk hidup adalah kembali kepada anorganis. Freud menjelaskan bahwa naluri
kematian itu pada individu biasanya ditujukan dua arah, yakni kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain atau ke luar diri. Naluri kematian yang diarahkan
kepada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri, sedangkan naluri kematian yang diarahkan ke luar atau kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh,
menganiaya, menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar
orang tidak membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya ke luar,
ditujukan ke orang lain. Freud berasumsi bahwa setiap manusia di alam bawah
Universitas Sumatera Utara
sadarnya mempunyai hasrat untuk mati. Insting mati bekerja secara sembunyi- sembunyi, namun pasti melaksanakan tugasnya, setiap orang akan mati Hall
Lindzey, 1993: 69-75. Suatu fakta yang menyebabkan Freud mengeluarkan pernyataan yang terkenal “tujuan semua kehidupan adalah kematian”.
2.3.2.2 Kecemasan
Kecemasan merupakan komponen kepribadian yang utama sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif
yang sesuai. Kecemasan timbul bila orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud membedakan kecemasan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar.
Kecemasan realistik menjadi asal mula timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral.
2. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan
diterima dari orang tua atau figur penguasa dimana seseorang yakin kalau ia memuaskan insting dengan caranya sendiri, ia yakin tindakannya
tersebut akan mengakibatkan dirinya dihukum. Kecemasan neurotik bersifat khayalan.
3. Kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orangtua
atau rasa takut terhadap suara hati. Perasaan bersalah dimana mereka
Universitas Sumatera Utara
melakukan sesuatu atau berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kode moral yang telah ada.
Pada kecemasan moral, orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang
berada pada keadaan distres terkadang panik, sehingga mereka tidak dapat berpikir dengan jelas. Dalam kecemasan neurotik, energi id menghambat
penderita membedakan antara khayalan dengan realita Alwisol, 2004: 28-29.
2.4 Biografi Rei Kimura