sebagai seorang laki-laki. Gender yang dapat membuatnya bebas mengejar apa pun, tanpa terkekang aturan dan batasan dari masyarakat. Pikiran
seperti ini dipicu karena dorongan dari Id. Dalam hal ini, Id sangat kuat sehingga membuatnya tidak mensyukuri kodratnya terlahir sebagai
seorang perempuan. Ego kalah terhadap Id sehingga akhirnya dia tidak berpikir logis dengan ingin terlahir sebagi seorang laki-laki hanya untuk
memenuhi kepuasan hatinya terhadap sastra.
3. Cuplikan hlm.86
“Ada banyak masalah yang terjadi di rumah dan aku dapat merasakan bisnis ayah tersendat. Ia terlihat pucat dan khawatir, cahaya di
matanya kembali lenyap. Aku tahu, ia dalam masalah, namun telalu bangga dan takut untuk mengakuinya. Aku merindukan ayah yang dulu,
yang selalu mendukung, membela, dan menyemangatiku untuk terus menulis dan dikenal. Sekarang aku harus berjuang sendirian, untuk
pertama kalinya aku menatap diriku dalam cermin dan melihat seorang perempuan kurus berwajah seperti burung, begitu mungil, lemah dan
rapuh, apakah itu benar-benar diriku? Mampukah aku meraih keberhasilan? Dan aku tahu di dalam tubuh kecil ini terdapat hati yang
tulus dan api semangat menulis yang berkobar-kobar dan aku bersumpah demi setiap hela napas di tubuhku bahwa aku akan dikenang karena karya
tulisanku-buku harianku, Bahkan jika aku harus mati untuk itu, aku tak akan membiarkan diriku dilupakan.”
Analisis
Universitas Sumatera Utara
Dalam cuplikan dia atas ditunjukkan kondisi dimana Ichiyo mengalami kecemasan yang mendalam. Rasa cemas yang disebabkan
karena banyaknya masalah yang terjadi dalam rumahnya. Rasa cemas melihat keuangan keluarganya perlahan terpuruk karena bisnis ayahnya
telah ditipu oleh orang yang tak bertanggung jawab dan akhirnya menyebabkan mereka harus kehilangan sisa uang terakhir yang mereka
miliki. Dan rasa cemas yang lebih dalam melihat sosok ayahnya yang dulu selalu mendukung, membela dan menyemangatinya, kini justru dalam
kondisi putus asa dan justru tidak memiliki semangat untuk hidup lagi. Namun, rasa cemas yang terbesar adalah kecemasan terhadap dirinya
sendiri. Cemas apakah dirinya mampu berjuang sendiri tanpa dukungan ayahnya untuk meraih keberhasilan. Baik itu keberhasilan dalam karir
menulisnya maupun keberhasilan membangkitkan perekonomian keluarganya dari keterpurukan. Kembali lagi terjadi konflik batin dalam
diri Ichiyo yang meragukan dirinya. Namun, pada cuplikan terakhir ditunjukkan bahwa Ichiyo memiliki semangat juang yang tinggi untuk
meraih keberhasilan. Dia menunjukkan sikap hidup yang positif menghadapi segala tantangan yang dialaminya. Suatu sikap yang
membuatnya bekerja keras dan bersungguh-sungguh meraih impiannya. Sikap yang pada akhirnya membuat dirinya benar-benar tidak terlupakan.
4. Cuplikan hlm.141