tidak bisa menerima pikiran dan kata-kata ibunya tersebut. Demi memenuhi tuntutan Id akan pemenuhan hasrat membacanya, Natsuko
akhirnya membaca di toserba meskipun penerangan di tempat itu cukup buruk. Itu merupakan tindakan dari Ego Natsuko. Ego berusaha
melaksanakan perintah Id dengan membaca di tempat pengganti selain rumah, yaitu toserba. Dalam cuplikan ini juga ditunjukkan bahwa Super
ego kalah terhadap Id. Dalam Super ego, sudah seharusnya seorang anak menuruti segala nasihat dari orangtua. Itu adalah nilai yang penting dalam
keluarga. Seharusnya sebagai seorang anak, Natsuko mematuhi semua perintah yang dikatakan ibunya. Tetapi dalam cuplikan di atas disebutkan
bahwa terkadang Natsuko membenci ibunya dengan segala pikiran serta energi negatifnya yang selalu ia tunjukkan. Natsuko bukannya menuruti
nasihat ibunya, sebaliknya ia justru membenci ibunya dan tetap melakukan hal yang dilarang, yaitu membaca, tidak peduli sekeras apa pun ibunya
melarangnya. Tindakan ini bertentangan dengan Super ego. Natsuko melawan nasihat ibunya demi memenuhi kebutuhan pemuasan Id nya
terhadap membaca. Hal ini jelas tampak bahwa Id lebih dominan, sehingga mengalahkan Super ego.
2. Cuplikan hlm.72
“Dua setengah tahun telah berlalu dan sekarang umurku 15 tahun lebih. Ibu membuatkanku nasi ulang tahun kacang merah, oseki ban, tapi
aku tak memiliki hasrat untuk memakan apa pun. Rasanya diriku perlahan- lahan mengering dan sekarat dari hari ke hari, teperangkap dalam dunia
pekerjaan rumah tangga yang menyedihkan dan pencapaian bodoh yang
Universitas Sumatera Utara
dianggap ibu sebagai tujuan hidupku sebagai seorang perempuan. Kemarin, untuk pertama kalinya aku berharap dilahirkan sebagai seorang
laki-laki, yang bebas untuk mengejar apa pun yang ingin diraihnya. Mengapa perempuan harus diatur dan dibatasi oleh masyarakat? Mengapa,
aku bertanya pada diri sendiri namun tak menemukan jawabannya. Satu- satunya hal yang menjadikan hidupku lebih berwarna adalah dua buku
kiriman dari Masao untukku yang diantar oleh kurir Shogun. Aku memeluk buku-buku itu tepat di hatiku saat tidur, mereka sangat baik
padaku”
Analisis
Cuplikan di atas menunjukkan kondisi Natsuko setelah terpaksa harus putus sekolah selama dua setengah tahun. Cuplikan tersebut
merupakan salah satu dari rasa frustasi dan pikiran-pikirannya yang ia tumpahkan dalam buku hariannya. Meskipun saat itu adalah hari ulang
tahunnya, namun Natsuko sama sekali tidak bersemangat. Ia merasa dirinya perlahan mengering dan sekarat dari hari ke hari karena dia tidak
bisa melakukan aktivitas sastranya lagi. Ia harus melakukan segala pekerjaan rumah tangga yang dianggapnya menyedihkan dan hanya
sebagai pencapaian bodoh. Id menuntut pemuasan kebutuhan terhadap sastra, karena hanya hal itu yang membuatnya hidup dan besemangat
menjalani hidup. Terjadi konflik batin yang tak henti-hentinya mampertanyakan tentang posisi dan derajat perempuan dalam masyarakat
pada zaman Meiji tersebut. Karena tidak terpenuhinya tuntutan Id dalam dirinya, akhirnya Natsuko dalam kondisi tersebut berharap dilahirkan
Universitas Sumatera Utara
sebagai seorang laki-laki. Gender yang dapat membuatnya bebas mengejar apa pun, tanpa terkekang aturan dan batasan dari masyarakat. Pikiran
seperti ini dipicu karena dorongan dari Id. Dalam hal ini, Id sangat kuat sehingga membuatnya tidak mensyukuri kodratnya terlahir sebagai
seorang perempuan. Ego kalah terhadap Id sehingga akhirnya dia tidak berpikir logis dengan ingin terlahir sebagi seorang laki-laki hanya untuk
memenuhi kepuasan hatinya terhadap sastra.
3. Cuplikan hlm.86