hadapan mereka. Ketika ia diserang sakit kepala yang hebat, ia justru menelan rasa mualnya tersebut.
Bagi Id, rasa sakit adalah tegangan yang membuat keadaan menjadi tidak menyenangkan sehingga menuntut pemuasan. Id
sebenarnya menuntut pemuasan untuk segera ke kamar mandi untuk memuntahkan penyakitnya dengan tenang, namun Ego tidak
mengijinkannya melakukan demikian di hadapan orang lain. Ichiyo memilih untuk bungkam dan berjuang melawan kesehatannya yang
memburuk serta rasa sakit yang datang dan pergi dalam diam karena ia tak ingin merusak perhatian orang lain terhadapnya. Ia tidak ingin orang lain,
baik itu keluarganya, penggemar dan pendukungnya mengetahui kalau ia sedang sakit parah. Ia belum siap memikirkan bahwa ia akan ditinggalkan
penggemarnya dan popularitas yang baru saja dia dapatkan akan segera menghilang hanya karena ia sedang sakit parah. Dalam hal ini, Ego Ichiyo
lebih bekerja dominan sehingga dapat menekan tuntutan Id.
3.2.2 Lingkungan Sekolah
1.
Cuplikan hlm.54
Ia adalah anak teladan yang tidak memiliki masalah kedisplinan dan mempelajari apa pun dengan sangat cepat hingga Noriyoshi merasa
bangga dan ia adalah murid kesayangan guru-gurunya di sekolah. Natsuko yakin bahkan sejak usia semuda itu ia dapat meraih apa pun yang ia
inginkan jika ia bertahan dan bertekad untuk mewujudkannya.
Universitas Sumatera Utara
Namun ada saat-saat ketika jiwa anak kecil dalam diri Natsuko merasa takut akan energi dan kekuatan emosinya sendiri dan ambisi yang
jauh melampaui usianya dan bertanya-tanya mengapa ia tak dapat bermain, menyanyi, menari, dan menangis seperti anak-anak lain yang
menjauhinya karena menurut mereka ia anak yang aneh. “Mengapa anak-anak lain menjauhiku?” ia bertanya pada kakaknya
Sentaro, lebih karena rasa ingin tahu daripada hal lainnya.
Analisis
Pada cuplikan di atas ditunjukkan bahwa Ichiyo mengalami konflik batin dalam dirinya disebabkan karena ia tidak dapat bertingkah laku
seperti anak-anak lain di sekolahnya. Ada kecemasan yang timbul karena ia tidak dapat bergaul dengan anak lain sebagaimana mestinya. Ia tidak
dapat bermain, menyanyi, menari dan menangis seperti anak-anak lain. Di usia semuda itu ia sudah memiliki impian dan bertekad untuk mewujudkan
impiannya. Suatu pemikiran yang terlalu dalam bagi anak-anak pada usianya. Dengan pemikiran tersebut, akhirnya Ichiyo tidak dapat bergaul
dengan teman-temannya. Ia hanya fokus dengan buku-buku bacaannya. Hal itulah yang membuat anak-anak lain tidak dapat bergaul dengan
Ichiyo dan berpikir untuk menjauhinya karena menurut mereka ia anak yang aneh.
Dalam dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud, kecemasan seperti ini tergolong dalam kecemasan moral. Perasaan bersalah dan rasa
takut dalam batin Ichiyo apakah dia telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai moral anak-anak seusianya karena energi dan
Universitas Sumatera Utara
kekuatan emosi dan ambisi yang jauh melampaui usianya sehingga ia dijauhi oleh anak-anak lainnya. Meskipun sebenarnya ia tidak melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan nilai moral.
2. Cuplikan hlm.76