SASTRA WOLIO

D. SASTRA WOLIO

1. Prosa Wolio

a. Mite

1) Apokia Okaluku Akomata. Mite ini berkisah tentang asal mula pohon kelapa. Konon, pada zaman dahulu ada seorang perempuan yang sudah cukup tua tinggal bersama suaminya. Dia selalu mencurigai suaminya bermain serong dengan perempuan lain. Meskipun sang suami menyangkal dan menguatkan sangkalannya dengan bersumpah, perempuan ini tetap tidak percaya. Pada suatu ketika, mereka bertengkar dan tidak ada yang mau mengalah hingga

meraung -raung dan membanting-banting dirinya di tanah. Kerasnya bantingan menyebabkan tubuh perempuan ini tertanam di dalam tanah. Setahun berselang, dari tubuh ini tumbuhlah pohon kelapa. Itulah sebabnya buah kelapa memiliki tiga lubang menyerupai mata dan mulut seperti manusia, karena ia berasal dari manusia.

2) Hikayat Wa Kaakaa, berkisah tentang asal-usul Wa Kaakaa, seorang wanita yang berasal dari ruas bambu dan kelak menjadi raja di kerajaan Wolio. Syahdan, Sangia Langkuru 2) Hikayat Wa Kaakaa, berkisah tentang asal-usul Wa Kaakaa, seorang wanita yang berasal dari ruas bambu dan kelak menjadi raja di kerajaan Wolio. Syahdan, Sangia Langkuru

b. Legenda

1) Hikayat Haji Padda , berkisah tentang seorang tokoh agama yang akrab disebut Haji Padda. Haji Padda memiliki kesaktian mengobati berbagai penyakit, bahkan penyakit yang sudah sangat parah. Kesaktian ini diperoleh sebagai berkat atas ketaatannya beribadah.

2) Hikayat Mia Patamiana, cerita tentang empat armada dari kerajaan Melayu Johor dan Sumatera (Simalui, Sitamanajo, Sibatara, dan Sipanjonga) yang baru pertama kali merapat di Pulau Buton. Keempatnya sepakat untuk bersama-sama membangun kerajaan di Pulau Buton. Mereka mendirikan kerajaan Wolio. Kata Wolio konon berasal dari kata welia, yang berarti tebas.

c. Dongeng

1) Lancudu Bale, mengisahkan dua orang anak perempuan kakak beradik bernama Wa Aka dan Wa Andi yang sudah piatu. Mereka tinggal dengan ibu tiri dan ayah yang setiap hari sibuk bekerja di ladang. Suatu ketika mereka mendapatkan seekor ikan ajaib yang dinamai Lancudu Bale. Nama ini sesuai dengan bentuk ikan tersebut yang panjang seperti pucuk kelapa. Mereka pun memeliharanya sampai besar dan tubuhnya panjang. Ternyata, si ibu tiri mengetahui hal itu lalu menangkap dan memasak L ancudu

Bale. Wa Aka dan Wa Andi tidak tahu akan hal itu. Mereka mengetahui Lancudu Bale sudah menjadi santapan ibu tirinya setelah menemukan tulangnya di bawah tumpukan abu dapur. Kedua gadis kecil ini l alu menguburkan tulang itu. Di tempat mereka menguburkannya, tumbuhan pohon ajaib yang mendatangkan keberuntungan dalam hidup mereka. Mereka pun hidup berbahagia berkat keajaiban pohon tersebut.

2) Landoke-ndoke te Lakolo-kolopua, fabel yang berkisah tentang pertemanan

(monyet) dan lakolo -kolopua (kura-kura). Landoke-ndoke bersifat serakah dan licik, sedangkan lakolo-kolopua penyabar dan baik hati. Cerita ini disukai anak -anak. Biasanya orang tua menceritakannya saat istirahat atau menjelang tidur.

landoke -ndoke

3) Tula-tula Raja te Lamisiki -misikini. Dahulu kala hiduplah seorang raja yang ingin melihat secara langsung kehidupan orang-oang yang hidup di dalam wilayah kekuasaannya. Sang raja mendatangi rakyatnya yang miskin, yaitu Lamisiki-misikini yang memang terkenal sebagai rakyat yang paling melarat. Dari hasil kunjungannya, raja dapat merasakan betapa menderitanya Lamisiki -misikini. Karena kecerdasan

raja berkenan mengangkatnya sebagai anak, dan kelak mewarisi tahta kerajaan.

Lamisiki-misikini,

2. Puisi Wolio

a. Kabanti

Orang Wolio memiliki nyanyian tradisional yang biasa disebut kabanti. Kabanti sudah masuk menjadi lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dengan definisi: prosa liris dengan syair-syair bebas dan kebanyakan dipentaskan dengan lagu-lagu. Tim peneliti Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menginventarisasi sebanyak 32 kabanti Wolio, di Orang Wolio memiliki nyanyian tradisional yang biasa disebut kabanti. Kabanti sudah masuk menjadi lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dengan definisi: prosa liris dengan syair-syair bebas dan kebanyakan dipentaskan dengan lagu-lagu. Tim peneliti Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menginventarisasi sebanyak 32 kabanti Wolio, di

1) Kabanti Bula Malino (karangan Muhammad Idrus Qaimuddin (Oputa Kobaadiana) yang merefleksikan harapan pengarang akan kehidupan di hari kemud ian yang tenang, setenang Bula Malino (Bulan yang Tenang).

Bula Malino Bismillahi kaasi karokusiy Alhamdu padaaka kumatemo Kajanjinamo Oputa momakaana Apekamate bari-baria batua Inda samia batua bemolagina Sakabumbua padaa posamatemo Soomo Opu alagi samangengena Sakiaiya indaa kokapadaa

E, Waopu dawuaku iimani Wakutuuna kuboli badakusiy Te sahada iqraru momatangka Tetasidiqi iimani mototapu

Terjemahan: Atas nama Allah yang kasih atas diri ini Segala puji telah hampir saat kematian Sudah merupakan janji Tuhan Maha Perkasa Yang mematikan semua hamba Tak seorang hamba pun yang abadi Seberapa banyak pun bakal bertemu mati Hanya Tuhan (Allah) yang kekal abadi Selama tiada penghabisan Wahai Tuhanku, anugerahi aku iman Bila saatnya ku berpisah dengan jasad ini Bersama syahadat ikrar yang teguh Disertai kebenaran iman yang tak goyah

2) Kabanti Pakeana Aarifu yang artinya pakaian orang arif, dikarang oleh Kenepulu Ilanto. Kabanti ini berisi tentang penyucian diri pengarang dari segala godaan setan yang mengotori kebersihan nuraninya.

Pakeana Aarifu Sareeati baana ipewau Osiytumo amalana karo siy Tareekati kabanuina inunca Apekangkilo kalibi totona inca Hakikat kawelalona inyawa Maarifatu kacabona rahasia

Terjemahan: Syariat mula pertama yang dikerjakan Itulah amal diri pribadi Tarekat pencuci bagian dalam Membersihkan kalbi hati nurani Hakikat kekuatannya nyawa dan iman Ma’rifat pembersih rahasia

b. Syair

Kabanti sebagai puisi tradisional tradisional Wolio yang dinyanyikan, terbagi atas dua bentuk, yaitu pantun dan sy air. Perbedaan pantun dan syair terletak pada panjangnya. Pantun tersusun dalam larik -larik dengan aturan pembaitan, sedangkan syair merupakan susunan larik -larik panjang, bahkan hingga mencapai 1000 larik. Syair hampir menyerupai bentuk prosa/hikayat (Husba, 2015). Berikut contoh syair Wolio dan kutipan beberapa lariknya:

1) Syair Kaluku Panda larik 31—33 Udalaiki tee laena kampunga Beu potiba tee bawine iweitu Ola-olae tawa mokototona

Terjemahan: Engkau berjalan di persimpangan jalan Engkau bertemu dengan perempuan di situ Bujang atau yang punya hak

2) Syair Bunga Malati larik 112—115 Mincuanapo isarongi anakesa Nee sabutuna rouna tee badana Amalapemo tee totona incama

Artinya: Bukanlah dikatakan cantik Jika hanya paras wajah dan badannya Sebenarnya yang cantik itu Sudah baik budi pekertinya