Prosa Tolaki
1. Prosa Tolaki
Genre prosa secara klasik diklasifikasikan menjadi tiga jenis (Bascom (dalam Danandjaja, 1986: 50). Ketiga jenis dalam klasifikasi prosa adalah mite/mitos (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). Akan tetapi, pada kenyataannya, prosa rakyat tidak sesederhana dan senyata klasifikasi ini. Kerap didapati satu cerita memiliki ciri lebih dari satu jenis sehingga sulit untuk menentukan cerita itu masuk dalam jenis apa. Ketiga jenis dalam klasifikasi ini merupakan pembagian ideal yang tetap diperlukan dalam sebuah analisis cerita. Dapat dipertimbangkan ciri terbesar yang dimiliki oleh sebuah cerita ketika melakukan Genre prosa secara klasik diklasifikasikan menjadi tiga jenis (Bascom (dalam Danandjaja, 1986: 50). Ketiga jenis dalam klasifikasi prosa adalah mite/mitos (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). Akan tetapi, pada kenyataannya, prosa rakyat tidak sesederhana dan senyata klasifikasi ini. Kerap didapati satu cerita memiliki ciri lebih dari satu jenis sehingga sulit untuk menentukan cerita itu masuk dalam jenis apa. Ketiga jenis dalam klasifikasi ini merupakan pembagian ideal yang tetap diperlukan dalam sebuah analisis cerita. Dapat dipertimbangkan ciri terbesar yang dimiliki oleh sebuah cerita ketika melakukan
a. Mite
Suku Tolaki mengenal banyak cerita mite (prosa yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci). Di antaranya ada yang berkisah tentang asal-usul suku Tolaki, yaitu kisa h tentang orang pertama yang menjadi cikal bakal mereka. Ada pula yang menceritakan asal mula terjadinya sesuatu. Yang termasuk dalam mite Tolaki di antaranya adalah:
- Kisah Oheo: berisi cerita tentang seorang pemuda bernama Oheo yang mempersunting seorang putri bidadari bernama Anawaingguluri. Keturunan mereka diyakini sebagai sekelompok orang yang disebut suku Tolaki sekarang.
- Tarambu’uno Anolaa Ranoa : berkisah tentang asal -usul buah semangka. Konon, buah semangka merupakan alih rupa sesosok manusia aneh. Sosok ini dikisahkan sebagai penjelmaan dari satu buah semangka yang ditemukan oleh luale Sani, seorang perempuan muda yang hidup sebatang kara. Atas kelalaian luale Sani, sosok ini semakin besar dan berniat memakan luale Sani. Dengan melalui pengejaran, luale Sani berhasil menjebak sosok tersebut, memotong-motongnya, dan menanamnya. Dari tubuh sosok yang ditanam itu tumbuhlah pohon semangka (Sande, 1986).
- Kisah Pasaeno: cerita ini mengisahkan seorang putra dewa bernama Pasaeno yang dikandung ibunya, Wesand e, akibat ia meminum air otoho. Wesande dikucilkan di tengah hutan karena hamil tanpa suami dan diduga telah melanggar susila. Namun, setelah Pasaeno lahir akhirnya warga dapat menerima kembali Wesande, bahkan memuja ayah Pasaeno yang ternyata seorang dewa. Pasaeno merupakan cikal bakal suku Tolaki kaum kebanyakan bukan bangsawan dan bukan pula golongan budak (Tarimana, 1993: 345—346).
b. Legenda
Suku Tolaki memiliki beberapa kisah legenda. Legenda Tolaki meliputi kisah asal -usul/kejadian alam, kisah perjalanan hidup seorang tokoh, dan kisah kepahlawanan. Di antaranya adalah cerita Konawe Eha Ano Lasolo (Kali Konawe dan Kali Lasolo), Kongga Owose (Elang Raksasa), Uti Owose (Biawak raksasa), Molowu (Dua bersaudara yang tenggelam), Onggabo, Lakoano Ibatulu Momeko -meko (Batulu pergi memancing), La Bionda, Anawula Anadala Matahara , Anawula Dalo-Dalo Mbinasabu (Randa Wulaa), Langgai Saranani, Haluoleo, Ana Masari Ala, Langgai Moriana, To Tambarano Wuta, Saweringadi, dll. Berikut ini cerita legenda Wekoila.
- Wekoila: cerita ini merupakan versi lain asal -usul suku Tolaki. Dalam kisah Wekoila diceritakan bahwa Putri Wekoila diutus dari langit oleh Sangia I Wawo Sangia (dewa penguasa dunia atas) untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tanah Konawe, yakni perang saudara berkepanjangan antara Kerajaan Padangguni, Wawolesea, dan Besulutu. Putri Wekoila, dengan berbekal senjata kalo yang hingga kini menjadi pokok adat suku Tolaki, berhasil menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat perang. Putri Wekoila, yang pada akhirnya menikah dengan pangeran Ramandalangi dan menjadi ratu di Kerajaan Konawe, berhasil menyatukan ketiga kerajaan yang semula bertikai. Ketiga kerajaan tersebut disatukan menjadi Kerajaan Konawe. Mite ini tersaji dengan sentuhan historis sehingga lebih kuat dalam meyakinkan sebagai sebuah kebenaran bagi masyarakat pendukungnya (Koodoh, 2011: 21 —22). Kisah Wekoila hadir dalam beberapa versi. Cerita ini cukup penting dalam masyarakat Tolaki mengingat tokoh Wekoila diyakini sebagai pencetus dikukuhkannya kalosara sebagai pokok adat suku Tolaki, dan pokok adat ini tetap berlaku hingga saat ini. Berbicara masalah Tolaki tidak dapat dipisahkan dari membicarakan - Wekoila: cerita ini merupakan versi lain asal -usul suku Tolaki. Dalam kisah Wekoila diceritakan bahwa Putri Wekoila diutus dari langit oleh Sangia I Wawo Sangia (dewa penguasa dunia atas) untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tanah Konawe, yakni perang saudara berkepanjangan antara Kerajaan Padangguni, Wawolesea, dan Besulutu. Putri Wekoila, dengan berbekal senjata kalo yang hingga kini menjadi pokok adat suku Tolaki, berhasil menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat perang. Putri Wekoila, yang pada akhirnya menikah dengan pangeran Ramandalangi dan menjadi ratu di Kerajaan Konawe, berhasil menyatukan ketiga kerajaan yang semula bertikai. Ketiga kerajaan tersebut disatukan menjadi Kerajaan Konawe. Mite ini tersaji dengan sentuhan historis sehingga lebih kuat dalam meyakinkan sebagai sebuah kebenaran bagi masyarakat pendukungnya (Koodoh, 2011: 21 —22). Kisah Wekoila hadir dalam beberapa versi. Cerita ini cukup penting dalam masyarakat Tolaki mengingat tokoh Wekoila diyakini sebagai pencetus dikukuhkannya kalosara sebagai pokok adat suku Tolaki, dan pokok adat ini tetap berlaku hingga saat ini. Berbicara masalah Tolaki tidak dapat dipisahkan dari membicarakan
c. Dongeng
Dongeng Tolaki meliputi cerita bertokoh hewan (fabel), maupun cerita dengan tokoh manusia yang tidak terlalu diyakini kebenarannya.
1) O Donga ronga Kolopua , berisi kisah tentang jonga/rusa dan kura-kura. Jonga memiliki sifat sombong. Dia selalu menantang kura-kura berkelahi karena merasa yakin dapat mengalahkan kura-kura. Akan tetapi, ternyata ketika kura-kura menyetujui tantangannya, jonga dikalahkan oleh kura-kura.
2) Sima-Sima O’sao, mengisahkan seorang lelaki tua yang bekerja sebagai petani. Dia menolong seekor ular kecil dari kejaran ular besar. Sebagai berkat dari budi baiknya ini, si kakek diberi malakat atau sima-sima o’sao, yaitu kemampuan dapat mengerti dan memahami bahasa binatang.