KHAZANAH SASTRA DAERAH DI SULAWESI BAGIA

Khazanah Sastra Daerah

di Sulawesi Bagian Selatan

Heksa Biopsi Puji Hastuti Hasina Fajrin R. Dian Respati Pranawengtyas I Wayan Nitayadnya

BAB I PENDAHULUAN

Berbentuk seperti huruf ‘k’ kecil, pulau Sulawesi masuk di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di antara bentang Melanesia dan bentang Austronesia.Dengan posisi ini, yakni pertemuan dua bentang geografis danbudaya berbeda, Sulawesi Memiliki keunikan yang tidak dapat dijumpai di daerah lain. Secara politis, Sulawesi dibagi menjadi enam p r o v i n s i : S u l a w e s i B a r a t , S u l a w e s i Te n g a h , S u l a w e s i Selatan, Sulawesi Te n g g a r a , Sulawesi Utara, dan Gorontalo.

memfokuskan pembahasan pada wilayah Sulawesi bagian Selatan yang m e l i p u t i 4 p r o v i n s i , y a i t u S u l a w e s i Te n g a h , S u l a w e s i Te n g g a r a , S u l a w e s i S e l a t a n , d a n S u l a w e s i B a r a t .

Sebagaimana masyarakat tradisional di berbagai belahandunia, masyarakat di PulauSulawesibagian Selatan memulai peradabannya dengan tradisi kelisanan. Segala pesan, baik individual ataupunsosial disampaikan secara

berkehidupan membentuk budaya tidak dapat menihilkan aspek keindahan, demikian pula dalamtradisi kelisanannya. Te r l e p a s d a r i t u j u a n a t a u f u n g s i u t a m a s e b u a h p e s a n , aspek

pertimbangan dalam penciptaannya. Pertimbangan aspek keindahan berjalan selaras dengan perkembanganperadaban dan kebudayaan m a n u s i a n y a . Dalam lingkup kebudayaan , sastra memiliki peran yang penting. Sastra sebagai karya seni yang bulat mempunyai

keindahan

menjadi menjadi

Sastra daerah sebagai produk budaya pada dasarnya bersifat fungsional di tengah masyarakat pendukungnya. Di dalam sastra daerah biasanya terkandung nilai -nilai yang agung sebagai cermin kemurnian pemikiran generasi terdahulu. A s p e k e s t e t i s dalam sastra daerah dapat mengevokasi kesenangan penikmatnya, dan aspek isi atau muatannya berfungsi sebagai pembentuk, perekat, pengontrol , dan pengatur sikap manusia dalam bermasyarakat.

Sebagai warga folklor, sastra daerah mengemban fungsi yang sama sebagaimana fungsi folklor yang dirumuskan oleh William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1991: 19), yaitu: sebagaialat pencerminan angan-angan suatu kelompok, sebagai alat pengesahanpranata-pranata dan

sebagai alat pendidikan anak-anak, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma dalam masyarakatagarselalu dipatuhi.Keempat fungsiini melekat pada sastra daerah, baik disadari atau tidak disadari oleh masyarakat pemiliknya. Keempat fungsi folklor yang juga melekat pada sastra daerah tersebut menjadi indikator sigifikansi kedudukan sastra daerah dalam kehidupan komunal pemiliknya.

lembaga-lembaga

kebudayaan,

A. S a s t r a D a e r a h s e b a g a i A l a t P e n c e r m i n a n Angan-Angan Suatu Kelompok

Ketika dikatakan sastra daerah adalah cerminan angan-angan suatu kelompok, melalui sastra daerah dapat diketahui apa yang menjadi angan -angan masyarakatnya. Sastra, secara umum, tidak lahir dari sebuah kekosongan. Melalui sastra, Ketika dikatakan sastra daerah adalah cerminan angan-angan suatu kelompok, melalui sastra daerah dapat diketahui apa yang menjadi angan -angan masyarakatnya. Sastra, secara umum, tidak lahir dari sebuah kekosongan. Melalui sastra,

pikirannya, termasuk harapan-harapan idealnya. Sebagai contoh, dapat dilihat pada legenda Wekoila yang hidup dalam masyarakat Tolaki, Sulawesi Tenggara. Legenda ini berkisah bagaimana seorang perempuan dengan segala kelebihan dan kecemerlangan berpikirnya dapat mempersatukan tiga kerajaan yang sebelumnya bersengketa. Kerajaan Padangguni, Besulutu, dan Wawolesea yang berada dalam masa suram akibat terpuruk setelah perang berkepanjangan, pada akhirnya didamaikan dengan kearifan dan ketegasan Wekoila. Bahkan, Wekoila, yang kemudian menjadi ratu di kerajaan hasil penyatuan ini, berhasil menancapkan satu prasasti budaya pada masyarakat Tolaki, yakni kalo atau kalosara . Kalo menjadi simbol dan pokok adat Tolaki yang tetap dipegang teguh penggunaannya hingga kini (Hastuti, 2014).

mengekspresikan

Dari legenda ini, terbaca angan-angan leluhur orang Tolaki yang terepresentasi dalam diri Ratu Wekoila. Mereka mengangankan perempuan-perempuan Tolaki dapat mengambil teladan dari sepak terjang Ratu Wekoila yang siap berkiprah di ruang publik, tanpa meninggalkan peran dalam ranah domestik . Sang Ratu tetap menjadi pendamping Ramandalangi, suaminya. Harapan yang tersemat dalam alur kisah legenda Wekoila adalah munculnya keberanian bagi perempuan- perempuan Tolaki dalam menunjukkan kemampuannya di berbagai ranah kehidupan. Meskipun suku Tolaki secara umum menganut paham patriarkat, di mana garis keturunan berdasarkan garis ayah, bukan berarti perempuan tidak diperkenankan men unjukkan prestasi, bahkan bukan hal yang tabu seorang perempuan menjadi pemimpin.

B. S a s t r a D a e r a h S e b a g a i A l a t P e n g e s a h a n Pranata-Pranatadan Lembaga-Lembaga Kebudayaan

pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan yang berlaku dalam sebuah kelompok dapat dilegitimasi tanpa paksaan. Dalam prosa Kaili,

Melalui

sastra

daerah,

1 D a l a m ko n t e ks s a s t r a d a e r a h , p en c i pt a n ya b e r s i f a t ko mu n a l .

Sulawesi Tengah, ada mite Ada-Istiada ‘Adat-Istiadat’ yang berkisah tentang awal mula terciptanya adat istiadat di bumi ini. Adat-istiadat tersebut diyakini diturunkan oleh Nabi Adam dan Nabi Hawa untuk menciptakan keseimbangan dan ketertiban dunia. Dalam mite itu diceritakan tentang perangkat adat, seperti Sambulugana , sirih, pinah, kapur, dan gambir. Sambulugana merupakan perangkat adat yang mesti ada pada setiap pertemuan adat dalam masyarakat Kaili. Pertemuan dianggap tidak sah bila perangkat syarat ini belum disiapkan dalam pertemuan itu. Sambulugana merupakan bentuk penghormatan manusia kepada leluhur dan sesama. Artinya, dengan mempersiapkan perangkat ini mereka meyakini setiap tin dakan atau aktivitas yang akan dilaksanakan akan mendapatkan berkah dari leluhur maupun Sang Pencipta. Perangkat persyaratan adat ini terdiri atas sirih, pinah, kapur, dan gambir.

Melalui mite ini, masyarakat Kaili menerima dengan suka rela, tanpa pernah terpikir untuk memprotes keharusan menyediakan perangkat perlengkapa adat Sambulugana dalam setiap perhelatan adat. Penanaman peraturan -peraturan adat melalui sastra terbukti cukup efektif sehingga diterima sebagai hal yang legal, sah, dan mengikat tanpa terasa sebagai paksaan.

C. S a s t r a D a e r a h s e b a g a i A l a t P e n d i d i k a n A n a k - A n a k

Sastra daerah yang disampaikan dengan segala muatan nilai-nilai kearifan hasil pemikiran kolektif masyarakat, mendukung terciptanya pemberian materi pembelajaran terhadap anak-anak yang menjadi sasaran penuturan kisah (speech) . Masyarakat tradisional memiliki kebiasaan bertutur pada waktu istirahat di sela-sela kesibukan bekerja. Keadaan masa lalu yang minim sarana hiburan mengondisikan orang untuk secara kreatif memenuhi kebutuhannya akan hiburan, salah satunya dengan bersastra secara lisan.

Isi tuturan, selain ditujukan untuk hiburan, juga mengandung muatan pendidikan, terutama ditujukan bagi anak-anak yang dianggap sebagai pelanjut kehidupan. Banyak Isi tuturan, selain ditujukan untuk hiburan, juga mengandung muatan pendidikan, terutama ditujukan bagi anak-anak yang dianggap sebagai pelanjut kehidupan. Banyak

Tempa kukua Pasileoki ganggaya Nusare tongkik Nutawa-tawai tongkik Tassikekdekta Tassikakdaro-kakdarota Sampang jai takjaita Sikekdek tassikekdekta

Terjemahan: Tepuk-tepuk kelapa Aduk bersama kepala Tolong beri juga kami Bagi-bagi bersama kami Sedikit sama sedikit Sama-sama mendapat setempurung Banyak samabanyak Sedikit sama sedikit

Untaian kalimat-kalimat dalam syair sederhana ini memuat pendidikan bagi anak-anak yang dininabobokan. Ajaran tentang arti kebersamaan sangat kental terasa dalam syair dondo di atas. Harapan orang tua, si anak kelak dapat menge rti arti berbagi, tidak mementingkan diri sendiri, dan tumbuh jiwa sosial dalam diri yang masih murni, diri anaknya. Di kemudian hari, anak inilah yang akan menjadi pemberi warna kepribadian masyarakatnya. Keberhasilan orang tua membentuk karakter anaknya, menentukan akan jadi manusia seperti apa dia kelak. Apabila salah dalam memilih ajaran, sangat bisa jadi setelah dewasa anak menjadin manusia-manusia arogan dan tidak peka terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Penanaman Untaian kalimat-kalimat dalam syair sederhana ini memuat pendidikan bagi anak-anak yang dininabobokan. Ajaran tentang arti kebersamaan sangat kental terasa dalam syair dondo di atas. Harapan orang tua, si anak kelak dapat menge rti arti berbagi, tidak mementingkan diri sendiri, dan tumbuh jiwa sosial dalam diri yang masih murni, diri anaknya. Di kemudian hari, anak inilah yang akan menjadi pemberi warna kepribadian masyarakatnya. Keberhasilan orang tua membentuk karakter anaknya, menentukan akan jadi manusia seperti apa dia kelak. Apabila salah dalam memilih ajaran, sangat bisa jadi setelah dewasa anak menjadin manusia-manusia arogan dan tidak peka terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Penanaman

D. S a s t r a D a e r a h S e b a g a i A l a t P e m a k s a d a n P e n g a w a s Norma-Norma dalam Masyarakat Selalu Dipatuhi

Melalui sastra daerah yang sudah tertanam dalam benak anggota kelompok suku, terbentuklah sebuah alat pemaksa dan pengawas dipatuhinya norma umum yang sudah disepakati. Orang Moronene di Sulawesi Tenggara mengenal upacara adat mo’ooli yang di dalamnya terdapat tuturan mantra bergenre puisi. Upacara adat mo’ooli ditujukan untuk meminta izin kepada penguasa alam ketika ada warga (baik secara individu atau kelompok) akan membuka hutan untuk lahan perkebunan. Berikut salah satu bait dalam mantra mo’ooli.

Oooo ... asa orua otolu opaa Oooo ... asa orua otolu opaa Somba komiu sangia da tungkuo daa paraiho Saluwuluwumiu cumiu pera ro sangia Die kaasi kusie Kusie tekeke baakoako lako hai cumiu Hi kuda mowango adati Kami sireako komeo pera ha ano mo sao

Terjemahan: Oooo .... satu dua tiga empat Oooo .... satu dua tiga empat Mohon maaf wahai sangia yang menempati , yang membawahi Ini kasihan jangan saya mendapat teguran dari kita sementara saya membangun adat singkirkan segala mala petaka

Dalam rangkaian pelaksanaannya, orang Moronene meyakini kekuasaan sangia/ntiwonua (sebagai representasi roh leluhur) dalam menentukan nasib manusia dan alam semesta. Mereka tidak akan nekad membuka lahan k etika tanda-tanda alam memberikan isyarat bahwa para sangia/ntiwonua tidak Dalam rangkaian pelaksanaannya, orang Moronene meyakini kekuasaan sangia/ntiwonua (sebagai representasi roh leluhur) dalam menentukan nasib manusia dan alam semesta. Mereka tidak akan nekad membuka lahan k etika tanda-tanda alam memberikan isyarat bahwa para sangia/ntiwonua tidak

Selain keempat fungsi yang telah diulas di atas, sastra daerah yang pada praktiknya dimafhumkan sebagai tradisi lisan, juga dapat dimanfaatkan untuk merunut sejarah suatu suku bangsa, bahkan sejarah beberapa suku bangsa melalui tuturan sastra yang saling terkait antara satu tempat d an tempat lainnya. Walaupun, sebagai produk budaya yang bersifat lisan , sastra daerah masih dipertanyakan kebenarannya secara nyata karena unsur subjektivitas penutur yang kemungkinan besar turut terlarut di dalamnya. Akan tetapi, sastra yang dituturkan (bersifat lisan) tetap dapat digunakan sebagai salah satu alternatif asumsi. Vansina (2014: 305) mengatakan bahwa tradisi lisan bukan saja merupakan sebuah sumber tentang masa lalu, tetapi juga merupakan sebuah historiologi dari masa lalu, yakni keterangan mengenai bagaimana ia ditafsirkan oleh orang -orang lain.

Dengan fungsi sastra daerah yang demikian besar, dapat dikatakan bahwa sastra daerah berperan dalam memberi corak kepribadian dan karakteristik masyarakatnya. Penggalian dan pemanfaatan sastra daerah sebagai unsur kebudayaan begitu penting, mengingat pada umumnya generasi muda , dalam hal ini mereka yang berada di wilayah Sulawesi bagian Selatan , sudah banyak yang (seolah) berpaling dari lokalitas budayanya. Sastra daerah semakin hari semakin hilang dan diabaikan seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh modernisasi serta arus informasi yang serba canggih. Timbul perasaan asing ketika sastra daerah ini disajikan, bahkan bagi masyarakat pemiliknya. Tentunya situasi seperti ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup sastra daerah.

Untuk itu, perlu kiranya berbagai upaya pelestarian dilakukan oleh pihak -pihak yang masih memiliki cukup perhatian. Sastra daerah sebagai arsip kebudayaan yang menyimpan berbagai data dan informasi kebudayaan daerah ya ng bersangkutan terus diperjuangkan eksistensinya, terutama bagi komunal pemiliknya. Pemanfaatan sastra daerah dapat menyelusup di berbagai ranah dan kepentingan. Sastra daerah dapat dimanfaatkan seb agai media pendidikan, media penyalur ketegangan masyarakat sehingga dapat meredam konflik horizontal yang kerap terjadi dewasa ini , media penumbuh kesadaran sejarah kolektif, media pemerkukuh religiusitas kolektif, media pengontrol nilai-nilai sosial kemasyarakatan, media penjaga keseimbangan alam, media nasihat, media bersenda gurau, dan sebagai sastra yang bersifat estetis, tentunya juga bermanfaat sebagai media hiburan.

Buku ini ditulis sebagai salah satu upaya menghadirkan sastra daerah di wilayah Sulawesi

b agian Selatan ke tengah-tengah masyarakat, baik masyarakat pemilik, masyarakat pemerhati, maupun masyarakat peminat sastra daerah Sulawesi bagian Selatan. Meskipun tidak legkap dan jauh dari kata sempurna, harapan tetap diamanatkan dalam buku ini, semoga membawa manfaat bagi pembaca.

BAB II SASTRA DAERAH SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI BARAT

SASTRA DAERAH SULAWESI SELATAN

A. SASTRA MAKASSAR

1. Prosa Makassar

Basang (2006) khusus membagi prosa Makassar ke dalamrupama(dongeng),pau-pau(cerita),patturioloang (silsilah),lontarak bilang(buku harian sejarah), dan kittak (sastra kitab). Selain jenis prosa tersebut, ditemukan jugasinrilik.

a.Rupama

Rupama atau dongeng sebagai salah satu jenis prosa rakyat memuat peristiwa yang kadang sesuai dengan kehidupan nyata, kadang juga dibumbui hal-hal yang mustahil terjadi.Anti Aarne dan Stith Thompson (dalam Danandjaja, 1991: 86) membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni 1) dongeng binatang,

2) dongeng biasa, 3) lelucon dan anekdot, dan 4) dongeng berumus. Dongeng yang ditemukan pada masyarakat Makassar adalah dongeng binatang dan dongeng biasa, di antaranya adalah Caritana pung Tedong Siagang Tallu Anak Karaeng, Sabakna Nataena Nikanrei Manngiwanga, Caritana I Kukang, Carita Passitanriang, Carita Jinak Akjanggoka, Caritana Lapung Pulandok siagang Lapung

Buaja, Caritana Tau Tujua Anakna, Caritana Lapung Buaja Nalapung Tedong, Caritana Tau Ruaya Akbela-Bela, Caritana Tau Dorakaya ri Tau Toana, Lapung Darek-Darek Siagang Lapung Kura-Kura, Caritana I Tinuluk, Lapung Pesok-Pesok na Lapung Buta-Buta, Lapung Jonga siagang Lapung Kura-Kura, Caritana Lapung Pulandok siagang Lapung

Sarikbattang,Basse Pannawa-Nawa ri Galesong, I Marabintang, I Manggasana siagang Karaeng Ti’no, dsb.Berikut ringkasan salah satu rupama yang berjudul Caritana pung Tedong Siagang Tallu Anak Karaeng (Cerita Kerbau Bersama Tiga Orang Putra Raja).

-Caritana pung Tedong Siagang Tallu Anak Karaeng mengisahkan seekor kerbau yang kehausan dan mencari air di selokan. Sebelumnya, tiga putra raja yangsedang berburu di hutan telah buang air di selokan tersebut. Sebulan setelah meminum air kencing ketiga putra raja tersebut, sang kerbau mengandung. Beberapa bulan setelahnya, sang kerbau melahirkan tiga putri yang menyerupai manusia. Waktu berlalu, ketiga putrinya mulai beranjak

pun mulai mempertanyakan tentang nama, perbedaan fisik dan menginginkan agar dibuatkan rumah dan dipenuhi kebutuhan

dewasa.

Mereka

kerbau pun menyanggupi untuk memenuhi keinginan mereka. Suatu ketika, ketiga putra raja datang ke rumah mereka dan membawa ketiga putri tersebut pergi. Sang

sehari-harinya.

Sang

ditinggal pergi putri-putrinya menghancurkan rumah tersebut. Bersama luka hatinya, ia pergi tanpa tujuan. Akan tetapi,Tuhan yang Mahabaik mempertemukannya dengan putri pertama, tetapi ia diusir. Putri yang kedua pun berlaku demikian, hanya putri yang ketiga yang menerima kedatangan ibunya. Oleh

kerbau

yang

sedih sedih

b.Pau-Pau

Pau-pau atau legendaMakassaradalah kisah tentang kehebatan, kepahlawanan, dan kesaktian yang dimiliki seseorang. Suku Makassar memiliki beberapapau-pau yang mengisahkan kehebatan tokohnya, seperti Epos Karaeng Tunisombaya ri Gowa, Jayalangkara, Syekh Yusuf al-Mahasin, dsb.

c.Sinrilik

Anshari (2006: 97) mengemukakan bahwasinrilik tergolong prosa berirama dalam sastra lisan Makassar. Sinrilik merupakan cerita yang dibawakan secara puitis dan berirama serta dimainkan oleh seorang yang ahliatau juru

pasinrilik . Dalam penyampaiansinrilik,pasinrilikmenggunakan alat musik kesok-kesok sebagai pengiringnya.

Bantang (2008: 8) mendefinisikansinriliksebagai suatu cerita yang tersusun rapi, dengan bahasa yang berirama, tersusun secara puitis,biasanya dilagukan oleh ahlinya, yakni seorangpasinrilikdan diiringi dengan sebuah instrumen gesek yang disebutkesok-kesokatau kerek-kerek

Bantang (2006: 10—11) menyebutkan beberapa jenissinrilikyang populer di kalangan masyarakat Makassar adalah:1) Kappalak TallungBatua;2) I Tolo Daeng Magassing;3)IBaso Mallarangang Datu Museng;4)IMaddi Daeng ri Makka; 5)IJamila Daeng Makanapng; 6)Bulaengna Parangiya; 7)BosiTimurung;8)INojeng Manninggau;9)Anak Kunjung Barani; 10) Bapak Toa ri Ke'rokang; 11) Tubaranina Butta Gowa, Karaeng Bontomangape;12) I Maddukelleng Daeng Silasa;

gallang .

Selanjutnya,

13) I Patimah Daeng

Takontu; 14) I Manninrori Kare Tojeng Karaeng Galesong;dan15)Armina Daeng Kebo. Berikut dikemukakan salah satu contoh sinrilik, yakni Bosi Timurung. Bosi timurung, kakdek naniak danggang matakle ri anjak, dinging palate kusuro erangji iya nakku mammole-moleku, pabattu laloi mange, paloppoki ri sakringna, padongkok ri dallekangna, anjak berua mallaba, kana-kanangangi iya, nakkukna minne i manngai taningai, baluk nisorobokonnu, erokna minne anak kukang nitanronu, makkuri-kurindang anne, baluk nisorong bokonnu, makrera-reramo anne, anak kukang ninanronu, Manngabo-aboma

takuniak, makkiok-kiokma

anne,

nutaena

akpuali, naik manaungma

anne,

nutaena

nataena bialonnu, massuluk antamamak anne, nutaenamo kucinik, kale lolongnu, umuruk lolongnu inja kammai allo tambaniapi tanngallo, kuntui bulang ilauk-laukang inji, kamma unti teaipi takbannganna, nujammengmamo kau, numakkabuk kayu mamo, nusole mamo, nulikang mamo ri anjak, barang massing namassing, barang kamma jai agang, nubattu lalo, ri empoang sanggalaya, ri borik tena salasa nutamaleka ri karaeng

anne

kammanji apa, nanipopporang dosanum nanipaempo ri empoang masunggua, barang maupakja iya, kuakkulle julung borik.

Terjemahan: Hujan lebat, andai ada dagangan ke alam kubur, dingin menulang, saya akan suruh membawa rindu dambaku, harap sampaikan kepadanya, letakkan di sisinya, hidangkan di hadapan si mayat yang baru merantau, ceritakan kepadanya, rindunya inilah yang Terjemahan: Hujan lebat, andai ada dagangan ke alam kubur, dingin menulang, saya akan suruh membawa rindu dambaku, harap sampaikan kepadanya, letakkan di sisinya, hidangkan di hadapan si mayat yang baru merantau, ceritakan kepadanya, rindunya inilah yang

yang engkau tinggalkan, aku

anak

yatim

bercerita, tetapi engkau tak menyahut. Aku

engkau tak menjawab,

memanggil-manggil,

namun

naik-turunlah aku, tetapi kau tak kelihatan, diri mudamu, umur masih remaja, ibarat matahari yang belum tengah hari, seumpama bulan, masih rembang ke barat, bagai pisang, belum patut ditebang, tiba-tiba kau meninggal dunia, tiba-tiba kau berpulang ke alam baqa, mudah-mudahan kau sampai di sana, di tempat yang belum lazim, di kampung yang tak pernah hampa, semoga engkau menghadap Tuhan yang Mahamulia, mudah-mudahan diampunkan dosamu dan didudukkan di tempat yang berbahagia, semoga kamu juga beruntung, agar kelak kita dapat bersama. (Djirong dan Basang, 2006: 94—95)

2.PuisiMakassar

a. Kelong

Kelong dalam bahasa Makassar berarti lagu, tetapi kelong yang lebih dahulu dikenal adalah sejenis puisi yang memiliki kepadatan dankompleksitasmakna yang disampaikan melalui nyanyian. Seiring perkembangan zaman,kelonglebih merujuk pada lagu populer. Ada beberapa jeniskelongyang dikenal masyarakat Makassar. Menurut Bantang (2008: 21),kelongterdiri ataskelong jenaka,kelongpacaran,kelongnasihat, dankelongagama. Berikut ini contohkelong(kelongagama).

Karengminangkammaya Karaengtenarapanna Karaengsekre T a e n a s a m p a k julukna

Terjemahan: Tuhanyangmaha Tuhanyangtakmemilikiperumpamaan TuhanyangEsa Takadayangmenyerupai

b.Dondo

Hakim,dkk. (1998: 13) menyebutkan bahwadondo adalah salah satu jenis puisi Makassar yang khusus ditujukan untuk anak-anak karena itu disebut juga nyanyian anak-anak yang biasa didendangkan untuk meninabobokkan anak-anak.

Tempa kukua Pasileoki ganggaya Nusaretongkik Nutawa-tawai tongkik Tassikekdekta Tassikakdaro-kakdarota Sampang jai takjaita Sikekdek tassikekdekta

Terjemahan: Tepuk-tepuk kelapa Aduk bersama kepala Tolong beri juga kami Bagi-bagi bersama kami Sedikit sama sedikit Sama-sama mendapat setempurung Banyak sama banyak Sedikit sama sedikit

c. B a s i n g

Basing merupakan salah satu tradisi lisan adat Kajang (salah satu daerah di Kabupaten Bulukumba yang Basing merupakan salah satu tradisi lisan adat Kajang (salah satu daerah di Kabupaten Bulukumba yang

d. Royong

Royong merupakan tradisi lisan yang dipentaskan pada upacara adat accerak kalompoang , perkawinan, sunatan, upacara akil balig,attompolokatau akikahan, dantukkusiangatau penyembuhan penyakit cacar.

Pewarisan orang yang melakukan royong hanya dapat dilakukan kepada kaum perempuan dalam lingkungan keluargaparoyong. Selain itu, pemilihan juga melibatkan arwah leluhur yang bersemayam di dalam boek-boek (tempat menyembah) yang ditandai dengan kejadian aneh. Kejadian aneh akan berhenti ketika yang dipilih secara gaib

sebagai tanda persetujuan. Dalam

menyampaikan royong , paroyong tidak melafalkan dengan jelas isiroyong, hanya menyebutkan beberapa bunyi vokal seperti /eee/ atau /ooo/ atau penggalan kata dari syair yang diroyongkan.

Adabeberapatingkatan yang dikenal dalamroyong, yakni royong sombaya untuk kalangan keluarga raja, royong karaeng untuk kalangan bangsawan,danroyong daeng .Royongtidak ditemukan untuk kalangan budak. Berikut ini contoh teksroyong.

Kurru- kurrujangang, jangan ta jangang, mene sako ri tujunnako iandi, tottoko garrina, balebesangi sawanna,

nanurikbakkang

cilaka

tamatuanna,

Dadadumbak. Apanjo de i rate kalukua? cinde taklopo, patolaya nikakkasang Dadumbak.

Keremi de paba bodo-bodoa? onjomi mange ila malaring

nakangkang, balle nasowe-soweang, balle.

balle,

balle

Terjemahan: Kurr kurr ayam! datanglah kemari, Ayam! Ayam atau pun bukan ayam, marilah.Di tempatnya engkau si adik. Cotoklah penyakitnya, hempaskan sawannya. Dan terbangkan celaka dan sialnya. Dadadumba (bunyi genderang). Apa itu di atas kelapa? Cinde terlipat, patola dikebaskan. Dadadumba. Di mana gerangan penyadap yang pandak? itulah dia yang

digenggam, diayun-ayunkan. Bunglai saja ya, si bunglai, sekadar katanya (Djirong dalam Sulkarnaen, 2010: 75).

melarikan bunglai.

Bunglai

e. Paruntukkana

Kurniati (2008: 5) menjelaskan bahwa paruntukkana dapat dipadankan dengan ungkapan dalam bahasa Indonesia, perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan, yang dinyatakan dengan sehalus mungkin, tetapi dapat dimengerti.

Tau tena sokbolok tolinna Orang yang tidak memiliki lubang telinga Orang yang tidak mau mendengar nasihat atau tidak mau dilarang

Tau bottok bawa Orang yang bermulut bau Orang yang suka mengeluarkan kata-kata kotor Tau bottok bawa Orang yang bermulut bau Orang yang suka mengeluarkan kata-kata kotor

Aru merupakansalahsatu bentukkelongyang memuat kalimat-kalimat sumpah setia yang diucapkan oleh seorang tubarani atau orang yang berani (laskar) di hadapan sang raja. Pengucapan sumpah dilakukan dengan berlutut, mencabut badik (keris), dan dengan suara lantang. Saat ini aru telah bermetamorfosis menjadi sebuah ritual saat seorang pemimpin atau yang dihormati datang berkunjung.

Sombangku Kipammoporang mama jai dudu karaeng Ri dallekang lakbiritta Ri empoang matinggita Berangja kunipatekbak Pangkuluk kunisoeyang Ikau anging Karaeng Naikambe lekok kayu Ammirikko anging Namarunang lekok kayu Ikau jeknek Karaeng Naikambe batang mammanyuk Assolongko jeknek Namammanyu batang kayu Ikau jarung karaeng Naikambe bannang panjaik Antakleko jarung Namminawang bannang panjaik Makkana mamaki mae Naikambe manggaukang Mannyakbuk mamaki mae Naikambe appakjari Punna sallang takammaya Aruku ridallekanta Cakkalawara arengku

Naki sare dawak eja Pauangi anak ri boko Pasangi anak tanjari Tumakkanaya Natena napakrupai Sikammaji anne aruku ri dallekanta Dasi na dasi natarima pa’nganroku Nalanri Allah taala....amin

Terjemahan: Baginda Maaf beribu maaf Di hadapan kebesaran baginda Di sisi kerajaan baginda Di tahta kedudukan nan tinggi Kami ibarat parang diayunkan Baginda ibarat angin Maka kamilah daun Bertiuplah wahai angin Berguguranlah daun kayu Baginda ibarat air Kamilah batang nan hanyut Mengalirlah wahai air Di sisi kerajaan baginda Baginda ibarat jarum Kamilah sebagai benang jahit Masuklah wahai jarum Niscaya ikut benang jahit Bertitahlah wahai sang raja Kamilah yang melaksanakan Memerintahlah wahai sang raja Kamilah yang menjalankan Andaikata di kemudian hari Tandailah nama kami Tanda palang dengan tinta warna merah

Sumpah ini tidak kami buktikan Sampaikan kepada generasi mendatang Sampaikan kepa anak cucu kami Bahwa kami hanya dapat berkata Tapi tidak mampu membuktikannya Terimalah sumpah setia kami Terimalah ini di hadapanmu Semoga diterima oleh Tuhan...amin

g.Rapang

Rapang memiliki dua referensi. Referensi pertama merujuk pada perumpamaan dan yang kedua pada undang-undang.

merupakan perumpamaan adalah kammai golla nakaluku , artinya seperti gula dan kelapa. Rapang tersebut menjadi perumpamaan orang yang memiliki hubungan pertemanan yang sangat baik. Berikut contoh rapang terkait undang-undang.

IsiRapangayat 1 yang berbunyi “Iamo anne na nanro tuma’bicara angkanaya: ia, iannamo tau anggassengi arenna Allah taala siagang na asseng tongi karaeng tallasaka tamate, ia mi nikana perjanjiang. Na ia nikanaya passitabang napadongkoki limanna ri Korang na na panaik ri ulunna punna lekbak nibaca yasing”. Artinya:barang siapa yang mengetahui (arif) asma Allah swt. dan tahu pula sifat-sifatnya yang baqa, itulah yang dimaksud dengan melaksanakan perjanjian, sedangkan yang dimaksud dengan persetujuan ialah memegang atau menjunjung al Quran pada saat dibacakan surat Yasin (Matthes, 1996: 77).

h.Pasang

Secara harfiah, pasang berarti pesan, petuah, atau wasiat. Pasang merupakan petuah yang disampaikan oleh orang-orang tua sebagai bekal untuk menjalani kehidupan.

Limai passala kapanrakangna sekreya kalompoang Punna

nipakaingak karaeng manggauka Nganre asengmi sosok pabicaraya Punna majai gauk lompo i lalang pakrasanganga Punna tenamo tumanngasseng i lalang pakrasangang Punna

tenamo

naerok

atanna karaeng manggauka

tenamo

nakamaseangi

Terjemahan: Lima hal yang menyebabkan sebuah negara hancur Bilamana raja memerintah tidak mau dinasihati Bilamana para pejabatkerajaan sudah makan sogok Jikalau terlampau banyak kejadian dalam negeri Jikalau tidak ada lagi cerdik pandai dalam negeri Jika raja yang memerintah tidak lagi menyayangi rakyatnya (Bantang, 2008: 52—53)

i.Doangang

Doangang atau mantra dalam sastra Makassar dibagi berdasarkan fungsinya, di antaranya: mantra menghalau pencuri, terhindar dari rasa sakit saat melahirkan, doa mengusir gangguan setan bagi bayi, doa saat mandi, doa memakai bedak, doa mencuci muka, doa memakai baju, doa pekasih, dan lain-lain.Doangangdipercaya membawa ‘keajaiban’ bagi orang yang membacanya. Berikutcontoh doangang ,doa memakai bedak.

Bismillahirrahmanirrahim Lakubakrak-bakrak sai Bakrakku ri mangkok kebok Bakrakna daeng sijalling

Kunijalling kunitoak Kunipasa’la ringring Ata karaeng

Manjalling mammuji ngaseng Terjemahan:

Bismillahirrahmanirrahim Akan kupakai Bedakku di mangkuk putih Bedaknya Daeng Sijalling Supaya aku dilirik dan ditatap Meskipun di balik dinding Hamba atau raja Melirik memuji semua

j.Boto-Botoang

Boto-botoang atau teka-teki adalah pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban tradisional pula. Penggolongannya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu teka-teki

(jawabaan dan pertanyaannya identik) dan bertentangan (Danandjaja, 1991: 33).

attimboi nateai lamung-lamung Berakar tetapi bukan pohon, tumbuh tetapi bukan tanaman Jawaban: Rambut (Sikki dan Nasruddin, 1995: 1)

Akbilangi siondang nataena nalekbak niak silambong Ratusan yang berlomba, tak satu pun saling mendahului Jawaban: Ombak (Sikki dan Nasruddin, 1995: 1)

k.Pakkiok Bunting

Pakkiok bunting terdiri atas dua kata yaknipakkiok atau pemanggil danbuntingatau ‘pengantin’.Pakkiok bunting merupakan puisi yang disampaikan oleh salah satu keluarga mempelai perempuan saat mempelai pria Pakkiok bunting terdiri atas dua kata yaknipakkiok atau pemanggil danbuntingatau ‘pengantin’.Pakkiok bunting merupakan puisi yang disampaikan oleh salah satu keluarga mempelai perempuan saat mempelai pria

Iadende-iadende Niaktojemmi Daeng Bunting Bunting salloa kutayang Salloa kuminasai Kunanro ri Nakbia Kupalak ri Bataraya Nampaki ri ujung bori Daeng Bunting Nakutanroiki jama Kukiok anak daeng Naku kape anak karaeng Naku erammo antama Daeng Bunting Ri bangkeng tuka ballakna Nieranga bang Nicoccorang kama Nakuerangmo naik Daeng Bunting Ri padang patiha Ri dego-dego panngumpu nialanroa bangung rokkok Nijaling sujjuk, nidaserek empo tahiyya Mannyorong tommaki anne sallang Daeng Bunting Nisakbi Allah Daeng Bunting Nakuerangmo naikang ri kale balla lompoa Ammanjeng ri benteng katarimanna Ammempo ri tapperek gauk assana Maklenjeng sulengkakik sallang Daeng Bunting Anak guru sanrapanna Attahallelei tappa Anngapelek barasanjita Sallo-salloi kammanjo nibuntulimi Daeng Ngimang Wakkelekna kalia naniwakkelang ampaknikkai anak ilalang makkaya Tau lannyinga junnukna Tangkasaka satinjana

Tau nitarimaya pakdoanganna ri Alla Taala Niaktojengmi Daeng Imang Nanipanikkamo Daeng Bunting Ri dallekang adak tumapparentaya Gallarang sangpakrasanganta Sakbita kalabinia Nitunu tommi kanjolik tai bania Makrumbu tommi dupa kamannyang teknea Sallo-salloi kammanjo naku erangmo antama Daeng Bunting Ri bilik kaistananna Ri kasorok kaisilanganna Ri pakkalli mata bulang Ri timbao mata bintoeng Natakrollekik sallang Daeng Bunting bunga kebok gawaritta Natakkembongi galluruk katinroangta Tinro sampappakkik sallang Daeng Bunting Siasorok lipak galutta Sossoranta ri nakbia Katamparang pepek nabiseang tai bani Nakapasak pole nalurang Takmuri cokkoki sallang Daeng Bunting Ammakkalak takkalaherang Akkana ilalang ri pakmaikna Kugappaminne ri erokku Kurasatongmi lebangang ri pakmaikku Akkelongmi sallang Daeng Bunting Bainea angkana anngapai kibellakamma Daeng assuro tikrisik kutunta naniak tonjak sambori sepek-sepekta Nibali kelonna ri Daeng Bunting Buraknea angkana iajikubellakamma assuro tikrisik kutungku kasamborikku tepok ngasengi kanukunna Akkelongmi pole Daeng Bunting buraknea angkana

Anak battupa ri junnuk Lassupirri satinjaya mangkalabui Turunganna

nibalimi kelonna Daeng Bunting bainea ri Daeng Bunting buraknea angkana Nampa lassuk kussatinja Nasunnia kubattui Nakutassampe ri Allah Taala Jeknek sicolengki ia Daeng Bunting Tallak tallua rapanta Najarang sangkammanta Antekamma Daeng Bunting Kapakmaik beru siasse Nyawa beru silakbakki Nabukkuleng beru sisero Kamma minjo nikanaya Bunting Beru Bunting tabunting naikngaseng makikmae Naikmakik ri ballak Ri ballakna matoanta Iparak kamase-mase

sinniaya

Terjemahan: Wahai-wahai-wahai Sudah datang nian sang pengantin Mempelai yang sudah lama kita tunggu Sudah kuharap lama, kunanti usai Kuberharap dari nabi rasulullah Kupintai dari yang Mahakuasa Wahai Nak’ baru berpijak di ujung kampung Engkau kusambut jabatan tangan Kusapu anak Daeng Kujunjung anak bangsawan Aku iringkan masuk Ke kaki tangga Diiringi suara azan Diikuti ucapaniqamah

Wahai anakda mempelai kami mempersilakan duduk Di padang alfatihah Di surat imbuh dan bangun rukuk Dijalin sujud, di lantai duduk tahiyat Anakda mempelai akan berzikir Bersaksi pada Allah Taala Engkau kuantar ke rumah dalam Duduk bersandar di tianglayak Bersila pada laku yang piawai Engkau nanti bertindih duduk Santri sederajatmu Bertahlil iman Menghapal barazanji Tiada lama kemudian dijemputlah penghulu Wakil kadi diwakilkan untuk menikahkan di dalam negeri Mekkah Orang suci dari junub Bersih dariistinja Yang diterima doanya oleh Allah Taala Pak penghulu sudah datang dinikahkanlah sang pengantin Di hadapan aparat pemerintah Pemuka sekampung menjadi saksi Dibakarlah lilin Semerbaklah dupa kemenyan Tidak berapa lama kubimbinglah mempelai Masuk padabilik keistanaannya Pada tilam keselamatannya Pada kelambu mata bulan Pada langit-langit mata bintang Wahai mempelai, Anda akan memperoleh kenangan dalam rumah tangga Anda akan bahagia suami istri Anda akan tidur pulas nanti Berselimut sarung putih merah

Pusaka dari nabi rasulullah Lautan api dan perahu lilin Bermuatan kapas putih pula Anda akan tersenyum simpul Ketawa tak tampak Berkata dalam hati Ah, telah tercapailah harapanku Telah kurangkul yang berkenang dalam hati Pengantin wanita akan berpantun. Mengapa kanda jauh nian mencari penindis kutu. Bukankah tidak kurang gadis-gadis tetangga kanda. Jawaban mempelai pria.Kanda jauh mencari gadis penindis kutu karena gadis sekampung semua pepat kukunya. Berpantun lagi pengantin pria Anak datang dari junub Lahir pada istinja Yang akan berlabuh Pada pelabuhan Sunnia Jawaban pengantin wanita Semenjak lahir aku istinja Sudah Sunni kudatangi Aku berpegang teguh Pada Allah Taala Air berbaur si pengantin Tidak ada tiga orang setara kanda Kurang sesama kakanda Bagaimana sang pengantin Hati baru bersua Jiwa baru berbaur Kulit baru bersentuh Demikianlah perhelatan kawin Pengantin dan bukan pengantin Naiklah ke rumah Di rumah mertua

Ipar yang belas kasih

B.SASTRABUGIS 1.Prosa Bugis

Prosa dalam sastra Bugisdapat dibagi atasklasifikasi umummite, legenda, dan dongeng.

a.Mite

1991: 50) mendefinisikan mite sebagai cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite yang paling terkenal dan bahkan telah melegenda sebagai kisah terpanjang di dunia adalah yang termuat dalam I Lagaligo. Salah satu mite yang termuat dalam I Lagaligo adalah Meongpalo Karellae, berikut penggalan miteBugis.

1)I La Galigo Passaleng

ianae galigona, meongpalo bolong ede, rampe-rampeanna coki e, ianaro napoada, meongpalo makerrek e, ia menroku ri Tempe, nabbanuaku ri Wage, mau balanak kuanre,

pannessa

engi

batee kulariang, tenngina kurapasia, sabbarak i namalabo, puakku punna bola e, natunaimana langi, nateaiak dewata, manai ri rua lette, ri awa peretiwi, kuripaenrek ri Soppeng, kutateppa ri Lamuru, pola pasa e puakku, napeleang cappek-cappek, kuallurunu sittak i, dappina

mau-mau

napeppekak tenrong bangkung, puakku punna bela e, sala mareppak ulukku, sala tattere cocoku, sala tappesi matakku, malalak majang suloku, kulari tapposo-poso, kulettukna ri Enrekeng, takkadapi ri Maiwa, ukutikna dekke nanre, kugareppuk buku bale, kurirempeksi sakkaleng, kularimua maccekkeng, ri

ro

battoa

e, e,

napeppeksikak pabbeerrung,puakku temannasua e,...dst.

dapureng

ede,

Terjemahan: Pasal yang menjelaskan inilah, meongpalo yang hitam, kisah sang kucing, berkatalah ia, meongpalo yang merawat, waktu aku tinggal di Tempe, menetap di Wage, meskipun ikan belanak kumakan, meskipun ikanbetekularikan, aku tidak pernah diusik, dia sabar dan dermawan, majikanku yang punya rumah, setelah hidupku terhina, tidak dihiraukan dewata, yang tinggal di langit, di bawah pertiwi, aku dibawa ke Soppeng, tiba di kampung Bulu, aku menuju Lamuru, majikanku dari pasar, dia membawa ikancappek, aku datang menyambar, yang sedang besarnya, aku dipukul punggung parang, majikanku yang punya rumah, rasa pecah kepalaku, rasa terserak di benakku, rasa keluar biji mataku,

aku lari terengah-engah, sampai di Enrekang, tiba di Maiwa, aku mengambil kerak nasi, mengunyah tulang ikan, dilempar lagi talenan, aku lari bertengger, di papan pinggir dapur, dilempar lagi hembusan, majikanku yang memasaka, terasa sakit semua...dst. (Sikki, 1995: 172-173)

berkunang

pandanganku,

2)Tolok Pelras (2006: 235) mengategorikan tolok sebagai

sajak panjang yang terdiri atas delapan suku kata dengan intonasi paroxytonal atau propraoxytonal (bersuku kata tujuh dengan intonasi oxytonal setiap baris), atau lima suku kata dengan intonasi paroxytonal, kadang-kadang proparoxytonal (bersuku kata empat dengan intonasi oxytonal setiap baris). Tolok dalam sastra Bugis antara sajak panjang yang terdiri atas delapan suku kata dengan intonasi paroxytonal atau propraoxytonal (bersuku kata tujuh dengan intonasi oxytonal setiap baris), atau lima suku kata dengan intonasi paroxytonal, kadang-kadang proparoxytonal (bersuku kata empat dengan intonasi oxytonal setiap baris). Tolok dalam sastra Bugis antara

b. Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi (Danandjaja, 1991: 66). Contoh legenda Bugis adalah Pau-Pau Rikadong. Beberapa Pau-Pau Rikadong atau cerita rakyat dalam sastra Bugis, baik yang tergolong fabel atau cerita biasa yang telah didokumentasikan adalah La Tungke, Assabarenna Panninge Nagattunngi Alena, La Benngo, Meong Kalek Mannau Manu, La Sallomo, La Muhammad sibawa La Ummareng, Pau -Paunna Nabi Sulaeman, Carita Ancajingenna Limae Salo Battoa ri Sulawe si Maniannge, Bale Massapie ri Bejo, Maniannge, Bakka Maroe, Pau -Paunna La Tarenrek, Annyarang Paddengeng, Makkarajang Bicara, Caritana Latongko-Tongko, Nenek Pakande, La Kuttu -Kuttu Paddaga, Lanceng sibawa Setang, Ceba sibawa Campong, Ceba sibawa Manuk Kalek, Pau-Paunna Buajae sibawa Tedonge, Alapung sibawa Lanceng, Meong sibawa Manuk, Pulanduk sibawa Macang, La Tarosso, La Welle, La Dado, La Biu, Pau -Paunna La Tobajak ri Soppeng, La Padoma, dsb.

2.PuisiBugis a.Elong

Elong, menurut Ishak Ngeljaratan(dalam Nurhayati Rahman, 2009: 13) apabila diterjemahkan secara leksikal, artinya adalah nyanyian, suatu bentuk puisi yang populer dalam masyarakat Bugis. Elong terdiri atas beberapa jenis,tetapiyang lebih banyak adalah yang terdiriatas tiga larik sebait,masing-masingdelapan, tujuh,danenam suku kata, yang merupakan rangkaian beberapa bait namun jumlahnya tidak banyak.

Salim (1990: 3-5) membagi elong ke dalam empat belas jenis elong berdasarkan isi, peristiwa, tempat, dan Salim (1990: 3-5) membagi elong ke dalam empat belas jenis elong berdasarkan isi, peristiwa, tempat, dan

Mauni buaja buluk ade Namallisek ampelo Teawak nalureng

Terjemahan: Walaupun itu buaya gunung Kalau berisi pembungkus putik pinang Saya tak mau dimuat

b.Ossong

Geddo (2009) mendefinisikanossongsebagai syair yang

semangat dalam peperangan.

Itawa mai lapuang Batara Tungkekna Bone muarengkalinga maneng padakku pattupu batu

I Parakkasi asekku ritellae Daeng Pawawo mpiseyanngenngi Tanete mammenasawa labela mewai mappasiduppa parewa ritennga padang pabbarani ripilena koroneli bettaede’–rialauna Lona

Terjemahan : Pandanglah diriku Puang, penguasa tunggal Bone Dengarkanlah wahai sesamaku pimpinan

I Parakkasi namaku yang digelar Daeng Pawawo Yang menakhodai Tanete Saya berharap dapat berhadapan mengadu senjata Di medan perang–pemberani pilihan

Kolonel yang hebat–disebelah timur kampung Lona (Bastian: 2015).

c.Assimellereng

Assimellereng , syair yang menghaturkan makna cinta, pujian, benci, sindiran, dan lain-lain.Salah satu contohnya sebagai berikut.

Siduppaka' nacabbiruu Iyami napuada Sappaako laingnge

Terjemahan Kuberpapasan, ia tersenyum Tiada lain ia katakana Carilah yang lain

d.YabeLale

Yabe lale merupakan salah satu jenis sastra Bugis yang tergolong elong. Yabe lale dituturkan sebagai nyanyian pengantar tidur.

Cakkaruddu atinrono Matinro tudang ammao Alla nasala nippimmu Nippimagi mumalewe Leweno makkawaru Alla todongi go peddi Peddi kegana mutaro Kegani muppalinrung Alla tomasalle lolang Lolanno mussalleangngi Sarae ri atimmu Alla aja mumadoko Madoko dokoni laoe Makkale rojong-rojong

Alla tori welaimmu Tori welaimmu gare Tudang ritengnga laleng Alla mappaseng naterri Tori paseng tea mette Tona polei paseng Alla tea makkutana Pekkogana makkutana Rilaleng tennunengnga Alla napole pasetta

Terjemahan: Jikamengantuk tidurlah Nanti kau tidur sambil duduk Dan mimpi-mimpimu akancepatbuyar Kenapa mimpi-mimpi yangsering kau alami Mimpi-mimpitentang kesedihan Kesedihanku akan kubawa kemana Kusembunyikan kemana kesedihanku ini Aduh kemana kubawa semua ini Akan kau bawa kemana sakit hatiku Janganlah engkau berkecil hati Akan kaubawa kemana sakit hatiku Janganlah engkau berkecil hati Dia sudah pergi dengan sakitnya Berjalan dengan lemah Orang yang ditinggalkan Duduk ditengah jalan Berkata sambil menangis Ditanya tidak menyahut Dia tidak bertanya Dan tidak menyahut sama sekali Bagaimanacara bertanya Kalau dia sementara termenung Lalu pertanyan dilayangkan Terjemahan: Jikamengantuk tidurlah Nanti kau tidur sambil duduk Dan mimpi-mimpimu akancepatbuyar Kenapa mimpi-mimpi yangsering kau alami Mimpi-mimpitentang kesedihan Kesedihanku akan kubawa kemana Kusembunyikan kemana kesedihanku ini Aduh kemana kubawa semua ini Akan kau bawa kemana sakit hatiku Janganlah engkau berkecil hati Akan kaubawa kemana sakit hatiku Janganlah engkau berkecil hati Dia sudah pergi dengan sakitnya Berjalan dengan lemah Orang yang ditinggalkan Duduk ditengah jalan Berkata sambil menangis Ditanya tidak menyahut Dia tidak bertanya Dan tidak menyahut sama sekali Bagaimanacara bertanya Kalau dia sementara termenung Lalu pertanyan dilayangkan

Menurut Anwar Ibrahim (2009), paseng adalah pesan-pesan

tua yang disampaikan turun-temurun secara lisan dan literer dari generasi ke generasi. Ia merupakan hasil dari pengalaman luas dan penghayatan dalam mengenai hakikat kehidupan manusia.

Limai rupanna alawangennge: malaweng ati malaweng adak malaweng care-care malaweng tudangeng malaweng pangkaukeng

Terjemahan: Ada lima macam penyelewangan: penyelewengan hati penyelewengan bicara penyelewengan pakaian penyelewengan tempat duduk penyelewengan perbuatan. (Machmud dan Andi Hasan 1976: 45).

f.Warekkada

Sikki, dkk. (1998: 11) mendeskripsikan bahwa warekkada dapat dipadankan dengan ungkapan atau peribahasa dalam bahasa Indonesia, yaitu perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan.Berikut ini contohnya.

Lele bulu’ Tellele abiasangeng

Terjemahan: Gunung bisa dipindahkan Tapi kebiasaan tidak bisa

g.Rapang

Menurut bahasa,rapangadalah contoh, umpama, atau perumpamaan. Makna etimologi ini menunjukkan bahwa rapang sebagai salah satu pangadereng orang Bugis dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan sehingga seseorang tidak dapat mengambil keputusan dalam adek sebelum mengambil perumpamaan pada kejadian serupa pada masa lalu (Rasdiyanah, dalam Latif, 2012: 111).

h.Paddisengeng

Paddisengeng atau mantra merupakan salah satu bentuk puisi lama berupa ucapan yang mengandung sihir dan digunakan untuk memengaruhi atau mengontrol sesuatu

mengucapkan dapat terpenuhi.

mantra dinamai paddisengeng atau pengetahuan karena tidak semua orang dapat memilikinya.Bentuk-bentukpaddisengengadalah cenningrara, paggerak,parimbolok.