Puisi Kulawi

2. Puisi Kulawi

Jenis rakyat yang berkembang dalam masyarakat Kulawi adalah Dero Nonehudu, Tokoku, dan Rego. Dero Nonehudu mendapat pengaruh dari bentuk gurindam. Tokoku dan Rego mendapat pengaruh dari bentuk seloka. Puisi-puisi rakyat tersebut pada umumnya didendangkan dan diiringi oleh alat musik. Bahkan, jenis Rego dan Dero Nonehudu juga diikuti oleh gerak atau tarian dari para pendendangnya.

a. Dero Nonehudu

Dero Nonehudu merupakan salah satu versi dari gurimdam dalam kesusastraan Melayu. Puisi rakyat ini merupakan karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama dan persajakan. Bait dalam puisi rakyat ini terdiri atas dua baris yang keduanya adalah isi. Iramanya secara umum berpola a-a, tetapi kadang-kadang pola itu disimpangkan.

Kata-kata yang digunakan dalam Dero Nonehudu bersifat manasuka, kontekstual, dan sangat bergantung dengan tema yang disepakati oleh tiap-tiap kelompok. Pada umumnya, tema yang disepakati berkaitan dengan acara yang sedang berlangsung. Misalnya, bila berkaitan dengan upacara pernikahan, tema -tema yang dipilih biasanya berkaitan percintaan, kasih sayang, tujuan berumah tangga, dan tata krama dalam berumah tangga. Pendendangan puisi rakyat ini dapat berlangsung semalam suntuk hingga subuh menjelang.

Puisi rakyat itu didendangkan pada peristiwa tertentu, misalnya pernikahan. Pementasannya dilakukan secara berkelompok dan umumnya terbagi menjadi dua kelompok. Tiap kelompok terdiri atas pedendang laki -laki dan perempuan yang saling berpegangan tangan sambil menari. Dero Nonehudu yang dinyanyikan oleh kelompok pedendang laki -laki akan disahuti oleh kelompok pedendang perempuan . Hal itu hampir sama dengan bentuk berbalas pantun.

b. Tokoku

Tumbuhnya seni tradisi ini di dalam masyarakat Kulawi dilatarbelakangi oleh cerita mengenai dua bersaudara yang memiliki perbedaan sifat yang sang at mencolok. Si sulung mendapat perhatian yang lebih dari ibunya bila dibandingkan dengan si bungsu. Hal itu menumbuhkan kekecewaan yang teramat dalam dalam hati si bungsu. Ketika si bungsu disuruh menunggu rumah oleh ibunya, ia mengambil binte, semacam mahkota yang dikenakan ibunya, untuk dijadikan perhiasan di kepalanya. Baju sang ibu dijadikan bulu pada tubuh, sayap, dan Tumbuhnya seni tradisi ini di dalam masyarakat Kulawi dilatarbelakangi oleh cerita mengenai dua bersaudara yang memiliki perbedaan sifat yang sang at mencolok. Si sulung mendapat perhatian yang lebih dari ibunya bila dibandingkan dengan si bungsu. Hal itu menumbuhkan kekecewaan yang teramat dalam dalam hati si bungsu. Ketika si bungsu disuruh menunggu rumah oleh ibunya, ia mengambil binte, semacam mahkota yang dikenakan ibunya, untuk dijadikan perhiasan di kepalanya. Baju sang ibu dijadikan bulu pada tubuh, sayap, dan

Tokoku merupakan salah satu versi dari seloka dalam kesusastraan Melayu. Puisi rakyat ini pada umumnya berisikan pepatah atau perumpamaan yang mengandung kisah, senda gurau, sindiran, dan ejekan. Bait dalam seloka biasanya ditulis dalam empat baris memakai b entuk pantun atau syair. Pola iramanya pun mengikuti pola irama pantun dan syair. Te rkadang ada juga seloka yang ditulis lebih dari empat baris dengan tidak mengikuti pola syair. Akan tetapi, kekhasan dari Tokoku adalah bait-bait yang digunakan semuanya mengikuti bentuk syair. Jarang sekali sekali ditemui puisi rakyat ini menggunakan bentuk pantun. Secara umum bait dalam puisi rakyat ini dibangun lebih dari empat baris. Tiap -tiap baris yang membangun bait semuanya merupakan isi. Pola persajakan puisi rakyat ini adalah bebas, yakni tidak terikat oleh konvensi persajakan syair pada umumnya. Berikut ini disajikan teks Tokoku :

ane akue ina vali tokoku amo matuna dunia toku kalaumo ane binte muina kupowo mikuwo ane halili muina kupowo wulu ikuwo ane topi muina kupolelo mikuwo

Terjemahan: kalau saya ini mau jadi burung hantu sebesar apapun dunia ini sudah saya jelajahi kalau mahkotamu saya jadikan hiasan di kepala kalau bajumu dijadikan bulu di badan dan di sayap kalau rokmu, kujadikan ekor

Masyarakat Kulawi me mpercayai bahwa mantra di atas tidak boleh digunakan secara sembarangan. Berdasarkan cerita Masyarakat Kulawi me mpercayai bahwa mantra di atas tidak boleh digunakan secara sembarangan. Berdasarkan cerita

c. Rego

Rego yang berkembang dalam masyarakat Kulawi merupakan salah satu versi dari seloka dalam kesusastraan Melayu. Satu bait seloka dalam rego pada umumnya dibangun lebih dari empat baris. Bahkan, ada satu bait seloka dibangun oleh lebih dari enam belas baris. Pola persajakannya pun demikian, Rego tidak mengikuti pola persajakan yang ajeg, tetapi pola persajakan yang bebas.

Rego ini merupakan tradisi lisan yang mengombinasikan syair, lagu, gerak, dan alat musi k. Puisi rakyat ini didendangkan pada saat melakukan aktivitas tertentu, seperti gotong-royong, bertanam dan panen padi, pernikahan, dan kematian. Pada kegiatan bercocok tanam, misalnya, sebelum memulai penanaman benih perlu dilaksanakan ritual tertentu yang diiringi dengan pendendangan puisi rakyat ini. Baris -baris dalam Rego berisikan tentang doa. Tujuannya adalah agar benih yang ditanam dapat tumbuh dengan subur dan dapat menghasilkan panen yang melimpah. Doa dalam baris-baris Rego itu kemudian dikombinasikan dengan gerak serta diiringi dengan alunan suara angklung. Aktivitas ini oleh masyarakat setempat disebut raego.

Penyajian Rego ini diiringi oleh alat-alat musik tradisional, seperti gimba, pare, walu bunca, pouhua, karan conga, tulali, sere-sere , dan kakula. Pukulan gimba ‘sejenis kendang’ sebagai pengiring nyanyian Rego digunakan sebagai pemimpin nada yang menentukan tempo permainan secara keseluruhan. Pukulan gimba inilah yang menjadi patokan dalam gerakan penari rego. Kostum yang digunakan oleh penari rego adalah kaliawo, tawala, guma, pangkoloa, puruka nun, kaliade, dan halili nunu.

Rego ini memiliki banyak varian , di antaranya Rego Wunca, Rego Mowia Lida bo Motuda , Rego Mompede Lobo, Rego Huha

Maradika , Rego Bolai, dan Rego Mate. Rego Wunca terdiri atas dua bait. Bait pertama menceritakan tata cara penyebaran benih dan bait kedua menceritakan benih yang tumbuh dan siap dipanen. Rego Wunca ini berisikan doa yang dilantunkan oleh masyarakat petani, mulai dari doa mengenai persiapan penanaman benih (khususnya dalam penanaman benih padi) hingga doa saat panen. Harapan yang ingin dicapai melalui doa itu adalah agar benih yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan subur. Berikut teks rego wunca .

Liwo ntese namo ncario idala kunatu ria kurau tabolo kulinahimo kusena idala tohu woi-woi seseronde tolaho lilio dimi ratudu meporonde burangantu rapo talilika sawa langi mombewe ripunana

Liwo ntese namo ncario idala todemo kalae maku bula wua masumala mai mantako sawa langi mombewe ripunana ondi ka ku ondi bangka ntowori kari sengkenada siamo nanjoso kuendeka damako ria tali kumburi

Terjemahan: Membuat persiapan musyawarah memanggil dengan isyarat menghambur jerami di jalan membuat pangkoloa (bakul) seorang petua menyuruh bawahan membuat lingkaran upacara kain mbesa diikat di pohonnya Terjemahan: Membuat persiapan musyawarah memanggil dengan isyarat menghambur jerami di jalan membuat pangkoloa (bakul) seorang petua menyuruh bawahan membuat lingkaran upacara kain mbesa diikat di pohonnya

Rego Mowia Lida bo Motuda merupakan bentuk Rego yang berkaitan dengan aktivitas membajak sawah. Rego mowia lida bo motuda , rego ini berkaitan dengan aktivitas membajak sawah. Aktivitas membajak sawah dilaksanakan sebelum menebar benih yang bertujuan untuk membuat tanah menjadi lebih lebih subur. Tanah yang dibuka menjadi lahan pertanian, pertama -tama dibersihkan terlebih dah ulu dari tumbuhan pengganggu, seperti alang-alang dan rumput. Setelah bersih dari tumbuhan pengganggu itu, baru tanah dibajak supaya tanahnya gembur. Berikut disajikan rego yang berkaitan dengan membajak sawah sebagai berikut.

Betue moromu pagimpu langi semada nangka mumu kuasa dunia ia damo mantiroi lando ripingga koloe kurade mabelo tomalipo lara kutai tora maole dako tesumu belo

Terjemahan: Melihat bintang di langit siapa yang berkuasa di dunia ini kau hadir di dunia ini apa yang diberikan ini kami pegang hilang ingatan dalam proses ini pelan-pelan pasti dan lebih baik

Doa-doa masuk ke rumah baru terdapat dalam Rego Mompede Lobo . Mompede lobo dalam bahasa Kulawi berarti memasuki atau menempati rumah baru. Pendendangan Rego Mompede Lobo dilakukan pada saat memasuki rumah baru . Harapan yang ingin diperoleh adalah agar rumah yang ditempati itu dapat memberikan perlindungan dan kenyamana n bagi penghuninya. Teks Rego Mompede Lobo sebagai berikut.

morantemo tana mpakarano membolomo tana rapo tinai para watu rea inemoko mogugi ngkole manoro rapolongku bola oida rarandu ratode ntode bolago daria rapo tahole yuru damo rapo nente wumu

i puga daria i panto l ele lobo ibola kupede ncario toku tingara mangkaso bola bolago daria pante desigena kurai rano ku ungka mai urio damo rapo tatea patidomo mpasintuwu torata damo mpagiro lando kupede tancunu morio tomudole

Terjemahan meratakan tanah lokasi lokasi lobo sudah siap pemasangan batu pertama kayu yang lurus landasan rumah membuat tangga yang dipahat kayu bolago ditata merapat kayu bumbungan seorang arsitek mengamati akan dibuatkan upacara di lobo Terjemahan meratakan tanah lokasi lokasi lobo sudah siap pemasangan batu pertama kayu yang lurus landasan rumah membuat tangga yang dipahat kayu bolago ditata merapat kayu bumbungan seorang arsitek mengamati akan dibuatkan upacara di lobo

Syair dalam rego itu mengisahkan tata cara penghuni rumah pada saat ingin membuat rumah baru dan tata cara memasuki rumah baru. Rego Huha Maradika digunakan dalam penyambutan tamu. Rego Bolai dinyanyikan pada pernikahan, terutama pada pernikahan kaum bangsawan. Doa dalam Rego ini berisikan harapan mempelai maupun pihak keluarganya. Berikut ini kutipan teks Rego Huha Maradika.

mengkasowia rabawa mepeu tonci ntoro dido tumai netandai tomoncupa wongi tolako narata tolako ri ue mampatea waru belo tolako nasanda mancupa wongi mangenco belo dako tuana datu

i nuna rimba timboko bula tumai kami mantiroi libo toi weromi kurai rana ko kuponto belo kurade belo ko i pingka koloe rituda podoiyamu ncolodo tumbua wumbuna lowe mai kulempa wumu molou tende dondu nulara

Terjemahan: memohon kepada tuhan yang maha esa para pembesar yang datang ibarat burun g (?) yang datang ibarat minyak yang harum Terjemahan: memohon kepada tuhan yang maha esa para pembesar yang datang ibarat burun g (?) yang datang ibarat minyak yang harum

Syair dalam rego huha maradika mengisahkan penyambutan tamu. Istilah tamu dapat diartikan pejabat atau bangsawan yang datang ke wilayah itu. Karena yang data ng bukan orang biasa, kedatangan mereka merupakan hal yang patut disyukuri oleh masyarakat Kulawi.

Varian Rego yang lain adalah Rego Mate. Rego Mate didendangkan pada upacara kematian, mulai dari mengantar mayat ke penyemayaman terakhir, pobongka ombo dan pantadi (malam ketujuh dan kesembilan), dan palai wao (malam keempat puluh).

lako ei da kubongka liwo melodomo dila topencodeti naombomo mata tora petiro woi wonciu rakowa parada mpale mpesubu rawewe mpenini mololi dunia manompi belo lua luruko nampi nunu kania ningako mangepe tope ina/papa ke ewa waniko masala pentoe rituda tebamu bulu ngkesowia momtora tobaro nakura sibaliana mangkali sua kora mancuara dunia mamala bolata ei bola mpalai lako ei da kubongka liwo melodomo dila topencodeti naombomo mata tora petiro woi wonciu rakowa parada mpale mpesubu rawewe mpenini mololi dunia manompi belo lua luruko nampi nunu kania ningako mangepe tope ina/papa ke ewa waniko masala pentoe rituda tebamu bulu ngkesowia momtora tobaro nakura sibaliana mangkali sua kora mancuara dunia mamala bolata ei bola mpalai

Terjemahan: kesiapan meninggal dia ketahui lidah yang keluar tercabut dengan nafas dia telah menutup mata serumpun bambu dipakai memikul mayat kedua tangan akan diikat dengan kain dunia ini akan ditinggalkan ibarat pohon beringin yang mati dia menatap memanggil ibu dan ayah ibarat lebah yang salah bergantung di sebuah bukit di situ pusaramu mengingat jasa-jasanya kurang yang sama semua orang yang mendengar akan berduka dunia ini bukan tempat kita yang kekal surga adalah tempat kita selama-lamanya gumpalan awan hitam menandakan duka cita kau akan memandang sebuah kota yang besar sejauh pandangan mata