Puisi Tolaki

2. Puisi Tolaki

Sastra Tolaki yang masuk dalam genre puisi umumnya memiliki fungsi tertentu. Dalam penuturannya, sastra lisan Tolaki bergenre puisi dapat berlagu (nyanyian) atau tanpa lagu, misalnya o dhoa/mantra. Berikut ini jenis -jenis puisi Tolaki.

a. Huhu

Huhu adalah jenis nyanyian rakyat yang apabila dituliskan, terbaca sebagai bentuk puisi . Huhu dinyanyikan sebagai pengantar tidur. Dalam huhu terkandung makna harapan orang tua agar kesulitan hidupnya tidak bertambah sulit dengan adanya tangisan dan kesedihan si anak.

b. Suasua

Berasal dari kata susua yang bermakna nyanyian

(Rahmawati dkk., 2010). Suasua terdiri atas beberapa jenis, bergantung pada tujuannya dinyanyikan, di antaranya adalah sala suasua , suasua sarano Tolaki, suasua pepakawia, suasua paparsamesia, dan suasua pepokoburua.

c. O anggo

O anggo dinyanyikan, di antaranya dengan tujuan membangkitkan semangat dan pembentukan moral. O anggo dapat dinyanyikan pada berbagai kesempatan, seperti dalam rangkaian aktivitas bercocok tanam (anggo monda’u), saat menjaga anak (anggo meteia), saat menghibur keluarga yang sedang dirundung duka (anggo mosawa-sawa), saat menuturkan silsilah raja-raja (anggo ndula-tula), dan saat mengekspresikan kerinduan kepada orang yang sudah lama tidak bertemu (anggo mombeperiri) . Seorang pencipta anggo disebut pande anggo. Berikut ini contoh nyanyian O anggo (anggo mosawa-sawa).

Tabea, nggomasimato mongoni paramesi Hai olo metia, ilawa meohai Meohai meriri, petoha mokau Mbera sawino raha, inulano laika

Terjemahan: Izinkan kami memohon pamit Kepada segenap keluarga dan saudara-saudara yang bersedih Juga seluruh keluarga

d. Kabia

Biasanya kabia dinyanyikan saat beristirahat menjelang tidur setelah lelah seharian bekerja di kebun. Umumnya, kabia berisi syair percintaan, baik sebagai ungkapan kebahagiaan maupun kesedihan.

e. Kinoho atau Lolam a

Kinoho atau dikenal juga dengan nama lolama, adalah jenis sastra lisan berbentuk pantun yang berisi puji -pujian, cemoohan, atau pun sindiran yang biasanya ditujukan kepada lawan jenis. Kinoho atau lolama tidak terbatas digunakan di kalangan muda-mudi saja, sastra lisan ini juga digunakan oleh orang-orang tua. Kinoho terbagi menjadi empat jenis, yaitu kinoho mbesadalo (kinoho yang digunakan dalam pergaulan muda-mudi), kinoho sara (kinoho yang digunakan sebagai persyaratan adat dalam berbagai acara, misalnya perkawinan), kinoho agama (kinoho yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan agama dalam berbagai kesempatan acara), dan kinoho singgu (kinoho yang digunakan untuk menyindir seseorang). Berikut ini contoh kinoho (kinoho singgu).

Po iato la’usa aku lako le’esu Mano pelalo nggela telaloto le’esu Mano inae loso le’esu Inakuka mbele’esu

Terjemahan: Kutinggalkan kau untuk sementara Akan kusinggahi walau sedetik Kalau ada yang datang kepadamu Katakana saja akulah duluan

Kinoho singgu tersebut diucapkan oleh seorang pemuda k etika hendak pergi meninggalkan kekasihnya untuk jangka waktu cukup lama, misalnya pergi merantau. Sang kekasih akan membalas kinoho ini dengan kinoho balasan, misalnya:

Atoki lai-lai atolako lau-lau Atoka mora’I ra’I ano kare rurai Atoki lau-lau atolako te’inau Atotola memberai-rahi ano kare niraha

Terjemahan: Kita akan mengharap terus Siapa tahu salah mengharap Maklumlah orang merantau Tidak ditahu berada di mana

Demikian seterusnya, kinoho singgu semacam ini dapat dilakukan secara berganti -ganti, balas-membalas.

f. Singguru

Singguru atau teka-teki Tolaki berisi pengetahuan yang bersifat lucu, biasanya dilakukan sebagai hiburan dan mengisi waktu luang. Singguru dapat dilakukan dengan berbalas -balasan dalam memberikan pertanyaan/teka-teki.

g. O dhoa

O dhoa/ mantrasebuah bentuk puisi rakyat yang umumnya menjadi persyaratan dalam sebuah ritual adat. Kehidupan manusia tradisional sejak dalam rahim hingga sudah berada di liang lahat diwarnai dengan beragam ritual. Orang Tolaki mengenal juga berbagai ritual, di antaranya adalah mesosambakai (ritual kelahiran), mepokui (ritual memotong rambut anak yang baru lahir), manggilo (ritual sunat atau khitan), monda’u (ritual bercocok tanam), dan mosehe (ritual penebusan/penyucian diri dari dosa karena pelanggaran adat). D i dalam ritual-riual inilah o dhoa dituturkan. Berikut ini contoh o dhoa yang dituturkan dalam ritual Mesosambakai.

Melidi’ipo tawa nese Mano melidipo wotoluna Morini’ipo tumbu mbundi Mano morinipo penaono Merare’ipo torono orema Mano mararepo tekorono Mondodo’ipo torono towoa

Mano maromepo torono Monapa’ipo kasu doule Mano manopapo pombenasano Mokora’ipo tawa lanu Mano kororapo tanggeno Motaha’ipo owatu Mano motohapo ramono Menda umuruno Menggau toroahano Metotoro oloho Mesuke ndaliawa Pumbu tukono Palimbali uwano Hendeto nggiro’o Nggo torono

Terjemahan: Selicin-licinnya daun nese Tapi lebih licin kulitnya Sedingin-dinginnya pucuk pisang Tapi lebih dingin nyawamu Secepat-cepatnya tumbuhnya aren Tapi lebih cepat pertumbuhannya Sesejuk-sejuknya pohon doule, tapi lebih sejuk perasaannya Sekuat-kuatnya daun agel Tapi lebih kuat anggotanya Sekeras-kerasnya batu Tapi lebih keras dagingnya Panjang umurnya Lanjut usianya Tubuhnya subur Hidupnya makmur Kaki berganti tongkat Uban berganti uban

Demikianlah jadinya Nanti hidupmu.