Kajian teknoekonomi pendirian industri kulit Samoa (Chamois Leather)

(1)

Techno-economic Study of Establishment of Chamois Leather Industry

Ani Sulistiorini, Ono Suparno and Yandra Arkeman

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University (IPB), Darmaga Campus, PO Box 220 Bogor, West Java,

Indonesia

E-mail: anisulistiorini@yahoo.com

ABSTRACT

Chamois leather is leather produced by the oil tanning. Nowadays, the need of domestic chamois leather is fulfilled by import. Import of chamois leather increases every year. In 2008, the import of chamois leather was 295,854 kg (US$ 2,090,554), while in 2009 it became 419,890 kg (US$ 2,609,916). High demand of domestic chamois leather indicates that chamois leather industry needs to be built in Indonesia. The objective of this study was to know the feasibility of chamois leather industry from many aspects. The aspects studied were technical and technological, market and marketing, management, financial, environment, and legality aspects. According to this study, chamois leather industry would be feasible to be built in Garut district with capacity of 734,400 pieces a year. The material used was goat skin by using rubber seed oil as a tanning agent. Investment criteria show that the net present value (NPV) was Rp 7,322,712,138; internal rate of return (IRR) was 25%; net benefit-cost ratio was 1.87; and payback period was 4 years and 3 month. The sensitivity analysis was calculated on the price of raw material, the selling price of chamois leather, and the exchange rate. The industry of chamois leather would become unfeasible if it meets the increasing of raw material price more than 15%, decreasing of selling market higher than 7%, and the decreasing of production capacity more than 21%, The exchange rate risk showed that the appreciation of Rupiah will increase profit, and the depreciation of Rupiah will decrease the profit. According to this study, it was feasible to establish the chamois leather industry in Garut district.


(2)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Selama beberapa tahun terakhir perkembangan populasi ternak kambing menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini terlihat pada data statistik Indonesia yang menunjukkan peningkatan populasi ternak kambing dari 12.463.900 ekor pada tahun 2001 menjadi 15.768.400 ekor pada tahun 2009 (BPS, 2010). Peningkatan populasi ternak ini ternyata berakibat terhadap naiknya jumlah kulit mentah yang tersedia. Di lain pihak, kenaikan jumlah kulit mentah yang tersedia itu dihadapkan pada permintaan kulit yang semakin meningkat, baik untuk penjualan atau konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor.

Pemanfaatan kulit mentah dalam proses produksi kulit samak merupakan salah satu upaya memanfaatkan hasil samping industri peternakan, sehingga dapat memberikan nilai tambah karena produk olahannya memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu, pendirian industri kulit samoa akan meningkatkan pendapatan nasional, membuka peluang usaha yang dapat menyerap tenaga kerja.

Penyamakan kulit terdiri atas banyak proses yang saling berurutan. Sebelum kulit mentah menjadi kulit samak, kulit mengalami proses penyamakan yang secara umum dapat digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu: pengerjaan rumah basah (beam house operation), penyamakan (tanning), dan penyelesaian (finishing). Berdasarkan bahan penyamak yang digunakan, dikenal berbagai jenis cara penyamakan seperti penyamakan nabati, sintetis, minyak, aldehida, quinon, dan campuran. Kulit samoa merupakan kulit samak hasil penyamakan dengan menggunakan minyak. Kulit samoa memiliki beberapa kelebihan yaitu daya serap air tinggi, lembut, nyaman bila digunakan, berat jenisnya rendah, dan kotoran yang menempel pada kulit tersebut mudah dihilangkan.

Penggunaan kulit samoa dalam kehidupan semakin luas dan beragam. Kulit Samoa memiliki penggunaan khusus dalam penyaringan minyak bumi kualitas tinggi dan pembersih alat-alat optik. Selain itu, produk kulit samoa dapat digunakan sebagai pembersih jendela, badan kendaraan, kacamata, dan sebagainya.

Minyak biji karet merupakan minyak nabati yang dapat digunakan dalam penyamakan kulit samoa sebagai alternatif pengganti minyak ikan. Penggunaan minyak biji karet akan menambah nilai estetika dari kulit samoa karena tidak meimbulkan bau. Selain itu biaya pembuatan minyak biji karet relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak ikan. Minyak biji karet berasal dari ekstraksi biji karet. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Ditjenbun total areal perkebunan karet di Indonesia sebesar 3.445.121ha pada tahun 2010. Pemanfaatan biji karet untuk saat ini belum optimal, sehingga biji karet sangat berpotensi untuk dijadikan minyak dan digunakan sebagai bahan penyamak kulit (Suparno, 2008)

Saat ini, kebutuhan kulit samoa dalam negeri dipenuhi oleh impor, perkembangan impor kulit samoa setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2008 impor kulit samoa sebesar 295.846 kg dengan nilai U$ 2.090.554 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 419.890 kg dengan nilai U$ 2.609.916 (Kemenperin, 2010). Tingginya permintaan akan kulit samoa dalam negeri membuktikan bahwa industri kulit samoa perlu didirikan di Indonesia. Untuk mengetahui kelayakan pendirian industri tersebut, perlu dilakukan kajian teknoekonomi mengenai pendirian industri kulit samoa. Kajian teknoekonomi ini mengkaji beberapa aspek yang berpengaruh terhadap pendirian industri tersebut. Aspek-aspek yang dikaji meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknologis, aspek manajemen operasional, aspek legalitas, aspek lingkungan, dan aspek finansial. Dengan pengkajian aspek-aspek tersebut dapat diketahui apakah industri kulit samoa ini layak atau tidak.


(3)

2

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian teknoekonomi pendirian industri kulit samoa dari aspek teknis dan teknologis, aspek finansial, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek legalitas.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi berbagai aspek yang mempengaruhi perencanaan pendirian industri kulit samoa mulai dari pengadaan bahan baku sampai terbentuk kulit samoa. Aspek-aspek yang akan dikaji yaitu Aspek-aspek pasar dan pemasaran yang meliputi analisis pasar dan strategi pasar dan bauran pemasaran. Aspek teknis dan teknologi meliputi ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, lokasi pendirian pabrik, teknologi penyamakan kulit, neraca massa dan kebutuhan energi, mesin dan peralatan yang digunakan, serta tata letak pabrik, Aspek manajemen operasional, meliputi kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan. Aspek legalitas meliputi bentuk badan hukum usaha kulit samoa dan perizinan yang harus dipenuhi terkait pendirian industri kulit samoa. Aspek lingkungan meliputi sumber dan karakteristik limbah yang dihasilkan, serta pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri kulit samoa. Aspek finansial, meliputi prakiraan jumlah dana yang dibutuhkan, pengkajian laba rugi, dan perhitungan kelayakan investasi.


(4)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KULIT

Kulit hewan merupakan bahan mentah kulit samak. Cara pembuatan kulit samak diantaranya adalah dengan mengeluarkan tenunan yang tidak dapat disamak, kemudian menyamak tenunan yang tinggal sedemikian rupa sehingga akan diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki (Judoamidjojo, 1981).

Menurut Purnomo (1991), bahan baku penyamakan kulit adalah kulit mentah atau kulit segar (fresh hide atau fresh skin), yaitu kulit yang baru saja dilepas dari karkas hewan. Menurut Saripudin (1996), bahan baku kulit didapat dari domestik berupa kulit garaman atau kulit kering dan impor berupa wet blue atau crust.

Kulit hewan segar hasil pengulitan ini memiliki sifat alami yang sangat berbeda dengan satu dengan yang lainnya. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini cukup banyak, diantaranya adalah faktor umur potong, keturunan, faktor lingkungan hidup, faktor pemeliharaan atau manajemen, faktor bangsa (breed) dan lain-lain (Fahidin dan Muslich, 1999).

Struktur kulit hewan dapat dibedakan secara makroskopis dan mikroskopis (histology). Secara makroskopis kulit terdiri dari daerah krupon, daerah kepala dan leher, perut, dan ekor. Daerah satu dan lainnya memiliki sifat-sifat yang berbeda diantaranya tebal kulit hewan kira-kira bergeser dari daerah puncak (gumba) yang tertebal dan berangsur-angsur semakin tipis sampai ke daerah ekor, Sedangkan secara lateral maka daerah tulang punggung tertebal dan berangsur-angsur menipis ke daerah perut (Fahidin dan Muslich, 1999). Pembagian kulit secara makroskopis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pembagian kulit secara makroskopis

Ditinjau secara mikroskopis (histologis), kulit hewan mamalia mempunyai struktur yang bersamaan. Kulit memiliki tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, korium, dan subkutis. Epidermis adalah lapisan luar kulit. Strukturnya seluler dan terdiri dari lapisan-lapisan sel epitel yang dapat berkembang biak dengan sendirinya. Pada penyamakan kulit biasanya lapisan ini harus dibuang sampai bersih. Korium atau derma adalah bagian pokok tenunan kulit yang akan diubah menjadi kulit samak. Korium sebagian besar tersusun dari serat-serat tenunan pengikat. Dalam korium terdapat tiga tipe tenunan pengikat yaitu: tenunan kolagen, elastin, dan reticular. Lapisan subkutis merupakan tenunan pengikat longgar yang menghubungkan korium dengan bagian-bagian lain tubuh. Hipodermis sebagian besar terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin (Fahidin dan Muslich, 1999). Penampang kulit dapat dilihat pada Gambar 2.


(5)

4

Gambar 2. Sharphouse (1995)

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kulit samoa merupakan hasil samping dari pemotongan kambing. Jumlah lembar kulit yang tersedia sama dengan jumlah pemotongan kambing. Ternak kambing tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan karena kambing sanggup hidup dan berkembang biak di daerah-daerah yang ternak lainnya mendapatkan kesulitan. Kambing tahan terhadap keadaan kering atau lembab. Oleh karena itu, pemotongan kambing juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pemotongan kambing terbesar berada di Jawa timur dengan jumlah 1.181.849 ekor, kemudian Jawa tengah dengan jumlah 345.711 ekor, Sumatera Selatan dengan jumlah 150.500 ekor, dan jumlah pemotongan paling kecil berada di Provinsi Bangka Belitung dengan jumlah pemotongan kambing 2.540 ekor. Pemotongan kambing per provinsi disajikan dalam Tabel 1.


(6)

5

Tabel 1. Pemotongan kambing tercatat tahun 2006-2010 per provinsi*

No Provinsi

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Aceh 78.414 237.956 133.152 131.653 142.919

2 Sumatra Utara 84.941 199.302 59.942 45.556 46.011

3 Sumatra Barat 42.253 9.604 66.838 49.083 85.895

4 Riau 40.835 73.499 106.272 110 97.902

5 Jambi 11.747 30.760 24.248 40.374 63.827

6 Sumatra Selatan 97.230 106.562 155.593 149.480 150.500

7 Bengkulu 15.359 17.555 12.517 7.773 8.934

8 Lampung 126.564 166.992 131.730 130.413 131.717

9 Bangka Belitung 2.390 1.103 8.479 2.515 2.540

10 Kepulauan Riau 4.493 5.935 8.884 6.239 6.301

11 Jakarta 90.771 88.029 77.823 65.168 67.826

12 Jawa Barat 69.639 73.053 76.939 113.920 125.590

13 Jawa Tengah 378.268 567.961 309.930 334.765 345.711

14 Yogyakarta 122.493 96.581 45.293 35.190 36.416

15 Jawa Timur 971.825 1.020.501 1.051.116 1.158.082 1.181.849

16 Banten 59.539 181.742 127.511 121.135 133.249

17 Bali 108.638 105.504 122.149 143.628 144.662

18 NTB 16.071 16502 11.093 10.822 11.147

19 NTT 43.622 44.933 46.264 41.638 49.297

20 Kalimantan Barat 19.984 34.913 38.864 46.870 47.810

21 Kalteng 5.500 35.668 28.534 14.219 12.899

22 Kalsel 18.777 18.114 22.191 26.476 26.529

23 Kalimantan Timur 24.447 44.847 37.974 41.830 42.884 24 Sulawesi Utara 51.310 29.893 22.129 29.406 29.847 25 Sulawesi Tengah 36.204 25.765 21.547 28.725 73.568 26 Sulawesi Selatan 26.149 163.758 62.660 41.356 42.183 27 Sulawesi Utara 17.250 21.897 19.700 45.671 47.137

28 Gorontalo 465 11.905 14.911 5.448 11.755

29 Sulawesi Barat 24.477 49.844 8.229 4.937 6.568

30 Maluku 59.763 3.599 8.883 10.926 11.800

31 Maluku Utara 5.546 17.288 5.406 3.514 3.690

32 Irjabar 1.410 1.774 10.078 2.385 2.658

33 Papua 5.406 6.668 10.992 7.827 8.218


(7)

6

2.2 MINYAK BIJI KARET

Minyak biji karet merupakan salah satu jenis minyak mengering (drying oil). Minyak mengering bersifat dapat mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental, dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka (Ketaren, 1986). Kandungan minyak dalam daging biji atau inti biji karet adalah 45-50 % dengan komposisi 17-22 % asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat, stearat, arakhidat, serta asam lemak tidak jenuh sebesar 77-82 % yang terdiri atas asam oleat, linoleat, dan linolenat (Hardjosuwito, 1976).

Minyak biji karet adalah salah satu minyak nabati yang dapat menggantikan minyak ikan dalam penyamakan. Minyak biji karet tidak menghasilkan kelebihan bau dan warna terhadap kulit samak. Bilangan iodnya, yang merupakan salah satu persyaratan dalam penyamakan minyak, mirip dengan minyak ikan. Karakteristik lainnya seperti bilangan asam, kadar asam lemak bebas/free fatty acid (FFA), bilangan penyabunan, bilangan peroksida, dan densitas mirip dengan minyak ikan (Suparno, 2009a). Perbandingan sifat fisiko kimia antara minyak biji karet dan minyak ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Studi pendahuluan ekstraksi minyak biji karet dengan menggunakan alat pengempa berulir yang telah dilakukan di Departemen Teknologi Industri Pertanian-IPB diperoleh minyak biji karet dengan rendemen 27,74%. kadar air 0,09%, kadar minyak dalam bungkil 16, 26%, bilangan iod 138,4. bilangan peroksida 10,6, dan bilangan penyabunan 206,9 (Silam, 1998).

Tabel 2. Sifat fisiko kimia minyak biji karet dan minyak ikan*

No Sifat fisiko kimia Minyak biji karet Minyak ikan

1 Warna (Unit PtCo) 4076 6106

2 Densitas (g/cm3) 0.92 0.92

3 Bilangan iod (g I/100 g minyak) 146 148

4 Bilangan asam (mg KOH/g minyak) 2.08 0.19

5 Kadar asam lemak bebas (%) 1 0.095

6 Bilangan peroksida (meq/kg) 31.33 13.97

7 Bilangan penyabunan (mg KOH/g minyak) 185 168

*

Suparno et al. (2009a)

Bilangan iod menunjukkan ketidakjenuhan dari suatu minyak dan lemak. Menurut Hamilton dan Rossel (1987), bilangan iod adalah jumlah iod yang dapat diikat oleh 100 g minyak atau lemak. Ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Menurut Suparno et al.(2009a), minyak biji karet memiliki bilangan iod yang tinggi yaitu 146 yang menunjukkan tingginya kandungan asam lemak tak jenuh yang dimiliki. Bilangan iod yang tinggi merupakan salah satu persyaratan minyak dapat digunakan sebagai bahan penyamak minyak.

2.3 KULIT SAMOA (KULIT SAMAK MINYAK)

Kulit samoa (chamois leather) adalah nama yang diberikan untuk kulit yang disamak dengan menggunakan minyak (Sharphouse, 1985). Permintaan akan kulit samoa di pasaran global akan terus meningkat (Krishnan et al., 2005). Kulit tersebut biasanya dihasilkan baik dari kulit kambing atau domba setelah penghilangan kapur (delimed pelt) dan lapisan grain.


(8)

7

Kulit samoa dibuat dari kulit domba atau anak sapi dengan lapisan grain yang dihilangkan. Kulit samoa disamak dengan menggunakan minyak ikan untuk membuat kulit tersebut menjadi sangat lembut dan lemas. Kulit ini sangat lunak pada kedua sisinya. Kulit samoa tidak mahal dan sangat umum digunakan untuk penyaringan minyak bumi dan industri alat-alat optik. Kulit samoa juga bisa digunakan untuk industri garmen (Natesan, 1998).

Kulit samoa memiliki sifat-sifat yang istimewa, yakni memiliki berat jenis yang sangat rendah, absorpsi air yang tinggi, kelembutan, dan kenyamanan (Wachsmann, 1999). Penggunaan utama kulit samak minyak adalah sebagai alat pencuci, yang memiliki kelebihan diantaranya adalah kapasitas mengabsorpsi air yang tinggi, pengeluaran air dengan mudah, dan sebagian besar kotoran mudah dicuci dari kulit tersebut. Penggunaan lainnya adalah untuk pembuatan sarung tangan, untuk penyaringan air dari minyak bumi, dan orthopaedic leather (Sharpouse, 1995).

Kelemahan dari kulit samak minyak adalah ketahanan kurang baik terhadap air panas apabila direndam dengan air panas dengan suhu 70°C selama 2 menit struktur kulit akan mengalami pengerutan dan menjadi lebih keras. Kelebihan dari kulit samak minyak adalah bila struktur kulit yang telah mengkerut akibat dari pemanasan dicelupkan kembali dengan cepat ke dalam air dingin, maka struktur kulit tersebut berangsur-angsur akan kembali seperti semula (Sharphouse, 1985). Persyaratan-persyaratan penting kulit samoa menurut Standar Nasional Indonesia disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan mutu kulit samoamenurut SNI 06-1752-1990*

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Keterangan

Minimum Maksimum

Sifat Kimia:

1. Kadar Minyak % - 10 -

2. Kadar Abu % - 5 -

3. pH - - 8 Sesudah disarikan

minyaknya Sifat Fisis:

1. Tebal Mm 0,3 1,2

2. Ketahanan Gosok cat tutup

-Kering -Basah

- -

5 4

- -

3. Kekuatan Sobek N/mm2 15 -

4. Kekuatan Jahit N/mm2 40

5. Kemuluran % 50 -

6. Penyerapan air 2 jam

24 jam

% %

100 200

7. Kekuatan Tarik N/mm2 7,5

Organoleptik

1. Keadaan Kulit - Halus Seperti Beledu

2. Warna - Kuning Muda / mendekati

Putih

*


(9)

8

Sifat-sifat kimia, fisik, dan organoleptik kulit samak minyak biji karet mirip dengan sifat-sifat kulit minyak ikan. Dalam hal warna dan bau, kulit samak biji karet bermutu lebih baik dibandingkan dengan kulit samak minyak ikan. Semua sifat-sifat tersebut memenuhi persyaratan mutu kulit samoa yang dinyatakan dalam SNI 06-1752-1990. Karakteristik kulit samoa dengan bahan penyamak minyak biji karet dan minyak ikan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik kulit samoaa Sifat-sifat kulit samoa Kulit samak minyak biji

karet

Kulit samak minyak ikan

Sifat-sifat kimia

pH 6,9-7,0 7,1-7,3

Kadar abu (%) 4,8 3,0

Sifat-sifat fisik

Tebal (mm) 0,4-1,0 0,4-1,0

Kekuatan tarik (N/mm2) 9,5 7,7

Kemuluran (%) 104 91

Penyerapan air (%)

1. 2 jam 388 395

2. 24 jam 424 437

Sifat-sifat Organoleptik*

Kelembutan 7-8 7-8

Warna 8-9 6-7

Bau 7-8 5-6

*

Untuk penilaian skala organoleptik, pada skala 10 poin, 0 = sangat jelek, 10 = sangat baik.

aSuparno et al. (2009a)

2.4 ANALISIS TEKNOEKONOMI

Analisis teknoekonomi adalah analisis yang berkenaan dengan pembangunan proyek yang mencakup beberapa analisis dengan kriteria-kriteria tertentu, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional, dan aspek finansial, analisis faktor-faktor yang tidak dapat diprediksikan (unpredictable factors). Hal yang penting dalam analisis teknoekonomi adalah perhatian diberikan dalam aspek teknis maupun ekonomi dari suatu persoalan secara lengkap (Sutojo, 2000).

Analisis teknoekonomi menyediakan suatu dasar kuantitatif dalam unit moneter untuk pengambilan suatu keputusan dalam masalah teknik. Perhatian ditekankan pada aspek teknik maupun ekonomi terhadap suatu permasalahan secara lengkap (Wright, 1987). Analisis teknoekonomi erat kaitannya dengan pemecahan masalah teknik. Indikator efisiensi ekonomi dijadikan sebagai kriteria pemilihan alternatif. Hasil analisis tersebut akan menentukan kelayakan suatu investasi (Newman, 1990).


(10)

9

2.4.1 Aspek Pasar dan pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya (Kotler, 2002). Aspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan. Selain itu, analisis terhadap pasar dan pemasaran pada suatu usulan proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi pasar bagi produk yang tersedia untuk masa yang akan datang, pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek tersebut dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pangsa pasar tersebut di masa yang akan datang, dan menentukan jenis strategi pemasaran yang digunakan guna mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan (Husnan dan Muhammad, 2000).

Studi pasar dan pemasaran dapat dikatakan merupakan hal yang sangat penting pada setiap studi kelayakan. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisis pasar bersifat menentukan karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari hasil analisis pasar (Simarmata, 1992). Menurut Sutojo (2000) yang perlu diperhatikan dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran adalah bagaimana produk tersebut dalam masa kehidupannya di pasar dewasa ini, berapa permintaan produk di masa lampau dan sekarang, bagaimana komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan, bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapa % dari permintaan dapat diambil, bagaimana kemungkinan adanya persaingan.

2.4.2 Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis dan teknologis merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis aspek teknis dan teknologis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi (Husnan dan Muhammad, 2000).

Analisis teknis mencakup beberapa aspek, yaitu analisis terhadap ketersediaan bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, kapasitas produksi, perancangan aliran bahan, analisis keterkaitan antar aktivitas, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja, penentuan luas pabrik, dan perancangan tata letak pabrik (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Sujoto (2000) evaluasi aspek teknis dan teknologis mencakup beberapa hal di bawah ini:

1. Penentuan lokasi proyek, yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan, baik untuk mempertimbangkan lokasi maupun lahan proyek. Peubah-peubah yang perlu diperhatikan antara lain iklim dan keadaan tanah, fasilitas transportasi, ketersediaan tenaga kerja, tenaga listrik dan air, keadaan dan sikap masyarakat, dan rencana perusahaan untuk perluasan.

2. Penentuan kapasitas produksi ekonomis yang merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama waktu tertentu. Kapasitas produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi operasi proyek yang akan didirikan.

3. Pemilihan teknologi yang tepat yang dipengaruhi oleh kemungkinan pengadaan tenaga ahli, bahan baku dan bahan pembantu, kondisi alam dan lainnya tergantung proyek yang didirikan. 4. Penentuan proses produksi yang akan dilakukan dan tata letak pabrik yang akan dipilih, termasuk


(11)

10

Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis lokasi suatu industri dapat digolongkan menjadi faktor-faktor utama dan faktor-faktor sekunder. Faktor-faktor utama akan berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi dari industri yang akan didirikan. Faktor-faktor utama tersebut meliputi letak dari pasar, letak dari sumber bahan baku, tingkat biaya, dan ketersediaan fasilitas pengangkutan, biaya ketersediaan tenaga kerja, dan adanya pembangkit tenaga listrik (Assauri, 1999).

Tataletak pabrik merupakan alat efektif untuk mernekan biaya produksi dengan cara menghilangkan atau mengurangi sebesar mungkin semua aktivitas yang tidak produktif (Machfud dan Agung, 1990). Perencanaan tata letak pabrik secara menyeluruh dapat dilakukan dengan berpedoman pada analisis keterkaitan antara aktivitas proses yang terjadi. Analisis keterkaitan antara aktivitas adalah metode analisis penentuan tata letak ruang untuk suatu aktivitas tertentu dengan mempertimbangkan keterkaitan atau interaksinya dengan kegiatan lain pada bagian ruang yang lain (Apple, 1990)

2.4.3 Aspek Manajemen dan Organisasi

Manajemen adalah suatu cara penggunaan sumber daya yang ada dengan pengaturan yang baik sehingga tujuan yang dimaksud dapat tercapai (Ariyoto, 1990). Analisis dari aspek ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai struktur organisasi dari perusahaan. Dari gambaran tersebut akan diketahui tenaga manajemen apa dan berapa yang diperlukan untuk mengelola proyek secara berhasil (Sujoto,2000).

Aspek manajemen dan organisasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Manajemen proyek, yaitu pengelolaan kegiatan yang terkait dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik.

b. Manajemen operasi, yaitu menangani kegiatan operasi dan produksi fasilitas hasil proyek (Soeharto, 2000).

Aspek manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2007). Manajemen operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang diguankan, anggota direksi, dan tenaga lain (Husnan dan Muhammad, 2000).

2.4.4 Aspek Lingkungan dan Legalitas

Pembangunan suatu industri hendaknya tetap memperhatikan kepentingan manusia dan lingkungannya. Pembangunan industri yang baik adalah pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap proses produksinya. Menurut Umar (2007), kajian aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dilihat dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan penggunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan

.

Aspek legalitas merupakan salah satu aspek penting dalam pendirian sebuah industri karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku kegiatan usaha yang bersangkutan. Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan


(12)

11

kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah izin-izin yang harus dimiliki karena izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990). Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku (Umar, 2007). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat, dan izin yang diperlukan.

2.4.5 Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek dapat berkembang terus (Umar, 2007). Pada aspek finansial dihitung biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi meliputi pembiayaan kegiatan prainvestasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, berbagai asset tetap, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek. Biaya modal kerja meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik, dan lain-lain), biaya administrasi, biaya pemasaran, dan penyusutan. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan, serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).

Penyusutan merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur proyek tersebut. Penyusutan dimaksudkan untuk menjaga agar angka biaya operasi yang dimasukkan ke dalam neraca laba rugi tahunan mencerminkan dana bunga modal. Penghitungan biaya penyusutan ada empat metode yaitu garis lurus, penjumlahan angka tahun, keseimbangan menurun berganda, dan sinking fund (Pramudya dan Nesia, 1992). De Garmo et al. (1984) menyatakan bahwa metode yang sering digunakan adalah metode garis lurus, yakni perhitungan penyusutan didasarkan pada asumsi bahwa penurunan nilai peralatan atau bangunan berlangsung secara konstan selama umur penggunaan. Rumus untuk menghitung penyusutan berdasarkan metode garis lurus adalah sebagai berikut:

dengan:

D = Biaya penyusutan setiap tahun P = Harga awal (Rp)

S = Harga akhir (Rp)

L = Perkiraan umur ekonomis (tahun)

Untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi yang sering digunakan adalah net present value, internal rate of return, net benefit cost ratio,

pay back period, dan analisis sensitivitas

(

Gray et al., 1992) Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat dampak dari berbagai perubahan dalam masing-masing peubah yang mempengaruhi proyek tersebut. Empat peubah yang dapat mempangaruhi kriteria investasi adalah perubahan (i) Pemanfaatan kapasitas, (ii) harga jual produk, (iii) umur pakai pabrik dan (iv) biaya bahan baku (De Garmo et al., 1990)


(13)

12

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Kulit samoa merupakan kulit samak hasil penyamakan dengan menggunakan minyak. Penggunaan kulit Samoa dalam kehidupan semakin luas dan beragam. Kulit samoa memiliki penggunaan khusus dalam penyaringan minyak bumi kualitas tinggi dan pembersih alat-alat optik. Selain itu, produk kulit samoa dapat digunakan sebagai pembersih jendela, badan kendaraan, kacamata, dan sebagainya.

Perencanaan pengembangan industri kulit samoa ini menghadapi berbagai persoalan seperti penyediaan bahan baku, baik dari segi mutu, kuantitas, maupun kontinuitasnya, investor, pasar, stabilitas harga dan lain-lain. Selain itu, dampak negatif dari pengolahan yang berupa pencemaran lingkungan dalam jangka panjang akan mengancam kelangsungan dari industri yang bersangkutan apabila tidak mendapatkan perhatian serius. Informasi yang berguna untuk pengembangan ini masih banyak dibutuhkan termasuk dalam pemanfaatan teknologi tepat guna dan cara-cara pengolahan kulit berbasis lingkungan.

Pendirian industri kulit samoa membutuhkan sejumlah investasi sesuai dengan besar kecilnya proyek yang akan didirikan. Pendirian industri ini dimulai dengan mengetahui dan memahami faktor-faktor dan parameter yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendirian industri kulit samoa. Langkah selanjutnya adalah dengan menganalisis dan meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang setelah kegiatan industri dilaksanakan.

Untuk meminimumkan resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan pendirian industri kulit samoa, analisis teknoekonomi industri tersebut dilakukan. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pendirian industri kulit samoa adalah aspek pasar dan pemasaran, analisis teknis dan teknologis, analisis manajemen, analisis lingkungan dan legalitas, serta analisis finansial. Teknik yang dilakukan dalam analisis teknoekonomi industri kulit samoa adalah dengan melakukan studi pustaka sekaligus mempelajari deskripsi produk dan industri kulit samoa. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan informasi. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan sudah mencukupi, kemudian dilakukan tabulasi data dan analisis pada setiap aspek. Data dan informasi yang sudah dianalisis disusun dalam bentuk laporan lengkap. Alir kerangka pemikiran sebagai langkah-langkah penelitian disajikan pada Gambar 3.


(14)

13

Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri kulit

Mulai

Pengumpulan data (primer dan sekunder)

Tabulasi data

Metode AR-Chart

Analisis Finansial

 Penentuan asumsi

 Sumber dana dan struktur pembiayaan

 Biaya investasi

 Proyeksi laba rugi

 Proyeksi arus kas

 PBP, IRR, NPV, B/C ratio, BEP

 Analisis sensitifitas Data cukup?

Survey lapang

A

Analisis teknis dan teknologis Penentuan lokasi pabrik Ketersediaan bahan baku

dan forecasting

Pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan Penentuan kapasitas produksi

Neraca massa dan kebutuhan energi

Metode AHP

Perancangan tata letak Referensi, pustaka,

Metode time series

Perhitungan dengan Microsoft office excel

Mengacu pada kapasitas produksi dan pemilihan teknologi proses

dan mesin

Mengacu ketersediaan bahan baku, kapasitas alat, dan

permintaan pasar Referensi, wawancara pakar

Tidak


(15)

14

Gambar 3. Diagram alir tahapan penelitian

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA

Data dan informasi merupakan bahan dasar dalam analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses perencanaan pendirian industri. Data-data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, yaitu analisis teknoekonomi pendirian industri kulit samoa. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data primer adalah wawancara dan pengamatan langsung (survei lapang). Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi-instansi yang ada hubungannya dengan studi ini. Data sekunder diperoleh melalui jurnal, buku, data-data statistik dari industri terkait dan internet

.

Data-data yang diperlukan disajikan pada Tabel 5.

Analisis pasar dan pemasaran

 Identifikasi potensi pasar

Segmenting, targeting, Positioning, market mix

Analisis manajemen operasional

 Struktur organisasi

 Deskripsi kerja

 Spesifikasi kerja

 Kebutuhan tenaga kerja

Analisis lingkungan dan legalitas

 Analisis dampak lingkungan

 penangananya limbah hasil produksi kulit samoa

 Peraturan pemerintah dan perizinan

Penyusunan laporan

Selesai A


(16)

15

Tabel 5. Jenis data, sumber data, dan metode pengumpulan data

Jenis data Sumber Metode pengumpulan data

1 Pasar dan pemasaran

Harga jual kulit samoa Swalayan, toko, internet Survey, pengumpulan dokumen Perkembangan pengguna kendaraan

bermotor

BPS, Kemenperin Pengumpulan dokumen

ekspor impor kulit samoa BPS Pengumpulan dokumen

2. Teknik dan teknologi

Daftar lokasi alternatif pendirian industri kulit samoa

BPS, pakar Pengumpulan dokumen, dan wawancara

Metode pemilihan lokasi Pakar wawancara

Populasi kambing Direktorat jendral peternakan Pengumpulan dokumen Jumlah kambing terpotong Direktorat jendral peternakan Pengumpulan dokumen neraca massa scaleup hasil lab penelitian di laboratorium Teknologi pembuatan minyak biji

karet

Jurnal, pakar wawancara, dan Pengumpulan dokumen

Teknologi pembuatan kulit samoa Jurnal, pakar, perusahaan kulit Wawancara, dan Pengumpulan dokumen, survey

Mesin pembuat minyak biji karet internet Pengumpulan dokumen Mesin dan alat pembuatan kulit

samoa

distributor mesin, internet Pengumpulan dokumen Metode perencanaan tata letak Buku dan pakar wawancara

3. Manajemen operasional

Spesifikasi dan deskripsi pekerjaan Buku Pengumpulan dokumen

Jenis kebutuhan tenaga kerja Buku Pengumpulan dokumen

4. Lingkungan dan legalitas

Daftar jenis bentuk usaha Undang-undang/peraturan Pengumpulan dokumen Peraturan pemerintah dan perizinan Undang-undang/peraturan Pengumpulan dokumen

pengolahan dan pembuangan limbah Buku, jurnal, dan pakar Wawancara, dan Pengumpulan dokumen

5. Finansial

a. Daftar penentuan asumsi Buku, internet Pengumpulan dokumen b. Daftar harga mesin dan alat yang

digunakan

Distributor mesin, internet wawancara

c. Harga kulit kambing Kemenperin, pengusaha kulit wawancara, dan Pengumpulan dokumen

d. Daftar harga bahan pembuatan kulit samoa

Pengusaha kulit, distributor bahan penyamak

Wawancara e. Metode perhitungan PBP, IRR,

NPV, B/C Ratio, BEP

Buku Pengumpulan dokumen


(17)

16

3.3 ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang meliputi analisis pasar dan pemasaran, analisis teknis dan teknologis, analisis manajemen operasional, dan analisis finansial. Analisis kualitatif menggunakan parameter-parameter yang tidak terukur secara nominal, namun dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data-data dan parameter yang dapat terukur secara nominal.

1. Analisis Pasar dan Pemasaran

Menurut Sutojo (1991), hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran antara lain adalah kedudukan produk di pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk dimasa sekarang, proyeksi permintaan produk pada masa mendatang, kemungkinan adanya pesaing, peranan pemerintah dan swasta dalam menunjang perkembangan produk dan pemasaran produk.

Aspek-aspek yang dikaji pada analisis pasar dan pemasaran meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar kulit samoa. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan penelitian dan sumber data yang diperoleh. Setelah diketahui potensi pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi pemasaran, diantaranya dengan segmentasi (segmenting), penentuan target pasar (targetting), dan penentuan posisi di pasar (positioning), serta bauran pemasaran (marketing mix). Langkah-langkah dalam analisis pasar dan pemasaran disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alir proses analisis pasar dan pemasaran Mulai

Pencarian data

Data cukup?

Analisis potensi pasar Penentuan strategi pemasaran Penentuan strategi bauran pemasaran


(18)

17

2. Analisis Teknis dan Teknologis

Analisis teknis dan teknologis meliputi ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa dan kebutuhan energi, perencanaan tata letak, kebutuhan luas ruang produksi, serta layout dari pabrik tersebut. Diagram alir proses analisis aspek teknis dan teknologi dapat dilihat pada Gambar 5.

Tidak

Ya

Gambar 5. Diagram alir proses analisis teknis dan teknologis Mulai

Lokasi pabrik

Penentuan kapasitas produksi Pemilihan teknologi proses produksi,

mesin, dan peralatan

selesai

Penyusunan neraca massa dan kebutuhan energi

Penyusunan tata letak pabrik dan kebutuhan luas ruang produksi Penentuan kriteria dan alternatif pemilihan lokasi pendirian pabrik Penyusunan matriks hierarki AHP

Penilaian alternatif dan kriteria pemilihan lokasi pendirian pabrik

Pengolahan data hasil kuisioner

Consistency Ratio

kurang dari 0,1 Penyebaran kuisioner AHP

Menggunakan Software Expert choice 2000

Analisis data sekunder daerah yang berpotensi untuk lokasi pabrik, diskusi dengan pakar

Pencarian data bahan baku

Metode AR-Chart

Scale up hasi lab, mengacu pada kapasitas produksi dan pemilihan

teknologi proses dan mesin Referensi, pustaka Mengacu pada ketersediaan bahan baku,

kapasitas alat, dan permintaan pasar


(19)

18

Ketersediaan bahan baku dianalisis dengan mengkaji data populasi kambing, serta data pemotongan hewan tersebut. Jika kebutuhan bahan baku tidak terpenuhi, maka dilakukan pencarian alternatif bahan baku yang lain. Untuk memperkirakan jumlah bahan baku dimasa yang akan datang digunakan teknik peramalan atau prakiraan (forecasting). Teknik prakiraan dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibagi menjadi metode time series dan metode kausal (sebab akibat) Metode kualitatif dapat dibagi menjadi metode eksploratif dan metode normatif. Metode prakiraan kuantitatif dapat diaplikasikan apabila terdapat pada kondisi: tersedianya informasi tentang masa lalu, Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan keadaan masa lalu diasumsikan akan berlanjut terus dimasa mendatang.

Penentuan lokasi pendirian pabrik harus dianalisis secara cermat karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan pabrik yang akan didirikan. Penentuan lokasi industri kulit samoa dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Menurut Marimin (2004) prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki, kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain, dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Langkah- langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan lokasi dengan menggunakan AHP adalah menyusun hierarki AHP, hierarki ini berisi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lokasi pendirian industri kulit samoa dan alternatif lokasi yang ditentukan. Setelah dilakukan penyusunan hierarki AHP, proses selanjutnya adalah pembuatan kulisioner dan penyebaran kuisioner. Dalam pengolahan data hasil kuisioner, bila konsistensi data lebih dari 0,1 maka data tidak konsisten dan perlu dikaji ulang dan jika konsistensi data kurang dari 0,1 berarti data tersebut konsisten sehingga diperoleh lokasi terpilih.

Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan bahan baku dan permintaan pasar. Komponen tersebut dianalisis, sehingga didapatkan kapasitas produksi kulit samoa.

Pemilihan teknologi proses produksi didasarkan pada proses produksi yang menghasilkan produk paling optimal. Teknologi yang diterapkan mengacu dari penelitian sebelumnya, teknologi produksi skala lab kemudian di scale up menjadi skala industri. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing komponen bahan pada setiap proses dan kebutuhan energi digunakan untuk untuk mengetahui seberapa besar energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kulit samoa.

Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antar aktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menggambarkan hubungan keterkaitan antar aktivitas, maka diberikan derajat keterkaitan/keeratan hubungan yang dinyatakan sebagai A, E, I, O, dan U, yang mana:

A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan.

E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan. I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan.

O (ordinary important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan. U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat. X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan dan tidak boleh saling berdekatan.


(20)

19

Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan antar aktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, pemindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada peta keterkaitan antar aktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antar aktivitas.

Tahapan proses dalam merencanakan peta keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan

2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan. 3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

4. Menentukan faktor atau sub faktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan aliran informasi)

5. Mempersiapkan peta aliran aktivitas.

6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelelah kiri peta keterkaitan aktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan melalui logika ketergantungan kegiatan. 7. Memasukkan derajat hubungan antar aktivitas di dalam kotak yang tersedia.

Pada keterkaitan antar aktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antar aktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antar aktivitas.

1. Mendaftar semua kegiatan pada templet kegiatan diagram keterkaitan aktivitas

2. Memasukkan nomor kegiatan dari peta keterkaitan aktivitas pada sisi pojok dan tengah setiap templet kegiatan diagram keterkaitan aktivitas untuk menunjukkan derajat kedekatan antar aktivitas.

3. Melanjutkan prosedur untuk setiap templet yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat. 4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih

dahulu, kemudian E, dan seterusnya. 5. Menggambarkan pola aliran sederhana

Setelah diagram keterkaitan terbentuk, dilakukan pengalokasian aktifitas dengan menggunakan metode Total Closeness Rating (TCR), yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : V(rij) = Derajat hubungan aktifitas yang diberikan pada aktifitas id an j m = Jumlah aktifitas

Perancangan tata letak pabrik didasarkan pada diagram alir proses produksi dan diagram keterkaitan aktivitas yang ditentukan sebelumnya. Selanjutnya tata letak pabrik disussun dengan denah yang efektif dan efisien dari minimalnya jarak perpindahan bahan, keteraturan tempat kerja, dan runutnya aliran proses.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.


(21)

20

8. Analisis Manajemen dan Organisasi

Kajian terhadap manajemen operasional meliputi pemilihan bentuk perusahaan, struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir analisis manajemen operasional disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram alir proses manajemen operasional

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal yang perlu dipelajari dalam aspek manajemen adalah manajemen selama masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, aktor yang melakukan studi setiap aspek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan dan anggota direksi serta tenaga-tenaga terinci.

4. Analisis Lingkungan dan Legalitas

Pada aspek lingkungan akan dilakukan pengkajian terhadap limbah yang dihasilkan oleh industri kulit samoa, dampak negatif pendirian industri kulit samoa terhadap lingkungan seperti kemungkinan pencemaran limbah atau sampah dan polusi udara, tanah, dan air, dan penangan limbah yang dihasilkan oleh industri kulit samoa. Analisis terhadap aspek legalitas meliputi tata cara perizinan pendirian pabrik yang diantaranya adalah prosedur perizinan dan pendirian badan/bentuk usaha perusahaan, izin pendirian bangunan, izin melakukan dagang, dan peraturan pajak.

5. Analisis Finansial

Aspek yang akan dikaji dalam analisis finansial adalah perkiraan jumlah modal investasi dan modal kerja, biaya operasional, struktur pembiayaan, rencana penerimaan, dan penentuan kelayakan industri secara finansial dengan menggunakan kriteria-kriteria penentu kelayakan industri yang

Mulai

selesai

Menentukan bentuk usaha yang dipilih

Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja, dan kebutuhan tenaga kerja

Menentukan tujuan perusahaan, dengan mempertimbangkan:

 Data prakiraan investasi yang diperlukan dari penggunaan mesin dan bahan baku

 Data kapasitas produksi


(22)

21

meliputi Break Even Point, Net present Value, Internal rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period,dan analisis sensitivitas.

Gambar 7. Diagram alir analisi finansial

1. Net Present Value (NPV)

Net present value merupakan perbedaan nilai investasi sekarang dari keuntungan dan biaya dimasa yang akan datang. Formulasi yang digunakan untuk menghitung NPV adalah (Gray et al., 1993):

dengan:

Bt = Keuntungan pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (%)

t = Periode investasi (t = 0,1,2,3,....,n) n = Umur ekonomis proyek

Penilaian kelayakan investasi secara finansial menggunakan tiga kriteria metode NPV, yaitu: 1. Jika nilai NPV ≥ 0, menunjukkan bahwa proyek atau industri tersebut menguntungkan atau layak

dilaksanakan

2. Jika nilai NPV = 0, menunjukkan bahwa proyek atau industri tersebut tidak untung tetapi juga tidak rugi, jadi tergantung pada penilaian subyektif pengambilan keputusan.

3. Jika nilai NPV ≤ 0, menunjukkan bahwa proyek atau industri tersebut merugikan karena penerimaan lebih kecil daripada biaya, jadi lebih baik tidak dilaksanakan.

Mulai

selesai Pencarian data

Tabulasi biaya bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan menghitung biaya investasi

Perhitungan proyeksi laba rugi, PBP, IRR, NPV, B/C ratio, BEP, dan analisis sensitivitas

Menentukan Sumber dana dan struktur pembiayaan

Perhitungan dengan


(23)

22

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam % (Gray et al., 1993). IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui %tase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan dari nilai suku bunga yang berlaku. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

dengan:

NPV (+) = NPV bernilai positif NPV (-) = NPV bernilai negative

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

B/C ratio sering disebut sebagai profit ability index dan excess present value index, yang merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan (D Garmo et al., 1984). Metode yang digunakan dalam analisa B/C Ratio adalah Net Benefit-Cost Ratio yang merupakan perbandingan antara NPV terhadap presentcost. Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999). Kriteria keputusan yang diambil adalah layak jika B/C > 1. rumus B/C Ratio adalah sebagai berikut (Gray et al., 1993):

dengan:

Bt = Penerimaan (Benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t

n = Umur proyek t = tahun proyek i = Discount rate

4. Break Even Point (BEP)

Menurut Sutojo (2000), suatu proyek telah dikatakan mencapai titik impas (Break Even Point) apabila jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode waktu tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Menurut Soeharto (2000), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus dan grafik (Gambar 8) berikut:


(24)

23

dengan:

Qi = Jumlah unit (volum) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas FC = Biaya tetap

P = Harga penjualan per unit VC = Biaya tidak tetap per unit

Biaya (Rupiah)

d(pendapatan) c (biaya total)

b (biaya tidak tetap)

Titik I (impas)

a (biaya tetap)

Volum produksi (jumlah output) Gambar 8. Grafik analisis BEP

Break Even Point merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Pada Gambar 8, titik tersebut ditunjukkan oleh huruf I. Sumbu vertikal menunjukkan jumlah biaya (produksi atau pendapatan) yang dinyatakan dalam rupiah, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan volume produksi (jumlah output) yang dinyatakan dalam satuan unit. Garis a, b, c, berturut-turut adalah biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya total. Biaya total adalah jumlah dari a dan b, sedangkan d adalah jumlah pendapatan dari penjualan produksi. Di atas titik I, diantara garis c dan d merupakan daerah laba. Selain dapat mengungkapkan hubungan antara volum produksi, harga satuan, dan laba, analisis titik impas bagi manajemen akan memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan grafik dan rumus dan Gambar 8. Perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi harus memproduksi dan menjual lebih banyak produk untuk sampai pada titik impas dibanding perusahaan dengan biaya tetap lebih rendah agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian.

5. Pay back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut.


(25)

24

Dimana:

n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun) m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp)

Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp) Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp). 6. Analisis sensitivitas

Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhada unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto, 2000). Selain itu dianalisis juga resiko nilai tukar mata uang asing.


(26)

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang perlu dikaji untuk mengetahui kelayakan dari pendirian industri kulit samoa. Suatu industri yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan aspek finansial namun pasarnya tidak ada, maka industri tersebut dianggap tidak layak untuk dijalankan. Untuk itu, sebelum industri kulit samoa didirikan dilakukan pengkajian terhadap pasar potensial kulit samoa.

Pasar berdasarkan tujuan pembeliannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konsumen akhir dan pasar organisasional (pasar bisnis). Pasar konsumen terdiri atas setiap individu dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi langsung. Sementara itu, pasar organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang, pemerintah, dan lembaga non profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk diproses lebih lanjut hingga menjadi produk akhir, dijual kembali, disewakan, atau dipasok kepada pihak lain, baik untuk kepentingan meraih laba ataupun untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Berdasarkan tujuan pembeliannya, kulit samoa ini termasuk dalam pasar konsumen akhir.

4.1.1 Potensi Pasar

Kulit samoa merupakan salah satu produk yang popular dalam perdagangan. Kulit samoa memiliki sifat-sifat yang istimewa, yaitu daya serap air tinggi, lembut, nyaman, dan berat jenisnnya rendah. Bila digunakan untuk lap mobil kulit samoa tidak menimbulkan goresan-goresan tipis, tidak menyebabkan swirl marks, kotoran mudah dicuci dari kulit tersebut, serta pengeluaran airnya mudah. Kulit samoa biasanya digunakan untuk alat pencuci, lap kaca mata dan perhiasan, penyaringan minyak bumi, sarung tangan, orthopaedic leather, selimut, golf grip, industri garmen, dan lain-lain.

Potensi pasar adalah seluruh permintaan/kebutuhan konsumen yang didasarkan atas dua faktor: jumlah konsumen potensial dan daya beli. Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan untuk membeli. Daya beli adalah kemampuan konsumen dalam rangka untuk membeli barang.

Permintaan akan kulit samoa di pasaran global terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, pengguna kaca mata, dan jumlah perumahan yang dilengkapi jendela berkaca. Kulit jenis tersebut biasanya dihasilkan baik dari kulit kambing atau domba setelah penghilangan kapur dan lapisan rajah (Suparno 2009). Secara nasional terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebesar 8%. Tahun 2008 jumlah kendaraan bermotor yang ada di Indonesia sebesar 65.273.451 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 70.714.569. Untuk lebih jelasnya jumlah kendaraan bermotor tahun 2000-2009 di Indonesia disajikan dalam Tabel 6.


(27)

26

Tabel 6. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis tahun 2000-2009 di Indonesia* Tahun Mobil Penumpang Bus Truk Sepeda Motor Jumlah

2000 3.038.913 666.280 1.707.134 13.563.017 18.975.344 2001 3.261.807 687.770 1.759.547 15.492.148 21.201.272 2002 3.403.433 714.222 1.865.398 17.002.140 22.985.193 2003 3.885.228 798.079 2.047.022 19.976.376 26.706.705 2004 4.464.281 933.199 2.315.779 23.055.834 30.769.093 2005 5.494.034 1.184.918 2.920.828 28.556.498 38.156.278 2006 6.615.104 1.511.129 3.541.800 33.413.222 45.081.255 2007 8.864.961 2.103.423 4.845.937 41.955.128 57.769.449 2008 9.859.926 2.583.170 5.146.674 47.683.681 65.273.451 2009 1. 36. 125 2.729.572 5.187.740 52.433.132 70.714.569

*BPS (2010)

Secara umum teknik pengukuran permintaan dapat dilakukan dengan (1) penggunaan data impor, (2) penggunaan data impor, ekspor, produksi dalam negeri dan perubahan sediaan selama massa yang bersangkutan, dan (3) metode rasio rantai. Penggunaan data impor digunakan jika selama ini produk yang dikonsumsi oleh penduduk semuanya berasal dari impor, maka untuk mengukur permintaan produk pada periode tertentu secara otomatis adalah jumlah produk yang diimpor dalam periode yang bersangkutan (Suratman, 2002). Permintaan kulit samoa dalam negeri tinggi dan permintaan semakin meningkat tiap tahunnya, namun untuk saat ini di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi kulit samoa, pemenuhan kebutuhan kulit samoa dalam negeri dipenuhi oleh impor. Pada tahun 2010 impor kulit samoa di Indonesia sebesar 374,132 kg dengan nilai mencapai US$ 1,354,861 karena di Indonesia belum ada industri kulit samoa maka impor kulit samoa sama dengan permintaan kulit samoa di Indonesia. Tabel 7 memperlihatkan jumlah impor kulit samoa dari tahun 2007-2010. Data tersebut memperlihatkan permintaan kulit samoa di Indonesia semakin meningkat.

Tabel 7. Impor chamois Indonesia tahun 2007-2010a

Tahun Berat (kg)

2007 55.220

2008 295.846

2009 419.890

2010 374.132

2011* 556.467

a

Kementrian Perindustrian (2010) * Proyeksi impor

Hasil prakiraan menunjukkan bahwa permintaan kulit samoa tahun 2011 akan meningkat, jumlah permintaan kulit samoa sebesar 556.467 kg. Jumlah tersebut adalah pasar potensial dari industri kulit samoa karena tidak ada penyediaan kulit samoa dalam negeri.

Untuk menentukan pangsa pasar yang dapat diraih oleh industri kulit samoa yang akan didirikan, perlu dikaji derajat persaingan struktur pasar kulit samoa. Berdasarkan data dari Kemenperin (2011), tidak ada industri penyamakan kulit di Indonesia yang memproduksi kulit samoa.


(28)

27

Hal ini bukan berarti terjadi pasar monopoli karena banyak distributor yang mengimpor kulit samoa kemudian dijual di dalam negeri. Struktur pasar kulit samoa cenderung pasar monopolistik, namun kulit samoa yang akan diproduksi ini memiliki keunggulan dibandingkan produk yang ada dipasaran, baik dari sisi geografis maupun dari mutu produk yang dihasilkan. Kulit samoa yang akan diproduksi terbuat dari kulit asli sedangkan yang ada dipasaran saat ini samoa terbuat dari bahan sintetis dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari kulit asli.

Samoa sintetik yang ada dipasarkan cukup banyak jenis dan merknya, berdasarkan hasil survey merk samoa sintetikyang ada dipasaran adalah aion plas chamois, kainsynthetic cloth, flash synthetic, ruv chamois cloth, 3M, kenma synthetic chamois, tugachi, Aisana PVA chamois, keano, oshiwa, dan chammy chamois, dan sebagainya. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan survey yang dilakukan di carrefour Cawang MT. Haryono menunjukkan bahwa samoa yang biasa dibeli oleh konsumen adalah aion, walaupun produk ini harganya lebih mahal dari produk sejenisnya, namun konsumen lebih menyukai membeli produk ini. Hal ini karena aion mutunya sangat bagus, tahan lama, dan daya serap airnya tinggi. Industri kulit samoa memiliki peluang pasar sendiri karena pesaing terdekat belum ada. Hal ini dapat dibuktikan dari produk sejenis yang ada di pasaran, produk tersebut memiliki kegunaan yang sama, namun bahan baku yang digunakan berbeda sehingga kulit samoa yang diproduksi memiliki karakteristik yang berbeda.

4.1.2 Analisis Pemasaran

Sebelum bisnis dilaksanakan perlu dilakukan analisis pasar yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan/industri. Analisis pasar yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu segmentasi pasar, penentuan target pasar, dan penentuan posisi produk di mata konsumen.

Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen. Menurut Kotler (2002), dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda-beda, sebuah perusahaan harus mempertimbangkan tiga faktor: ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik struktural segmen, serta tujuan dan sumber daya perusahaan. Segmentasi memiliki peranan yang penting bagi perusahaan karena perusahaan akan lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya, menentukan komponen-komponen strategi, dan mengalahkan pesaing.Pembagian segmentasi meliputi:

a. Segmentasi geografis adalah pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, wilayah, Negara bagian, kabupaten, kota atau pemukiman.

b. Segmentasi demogratif adalah upaya membagi pasar menjadi sejumlah kelompok berdasarkan variabel-variabel seperti usia, jender, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan.

c. Segmentasi psikografis adalah upaya membagi pembeli menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian.

d. Segmentasi perilaku adalah upaya membagi suatu pasar ke sejumlah kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk.

Berdasarkan publikasi BPS pada bulan Desember 2010, jumlah penduduk Indonesia dari hasil sensus adalah 237.641.326 jiwa, dengan proporsi 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan sedang, dan 20% penduduk berpendapatan tinggi. Adapun pendapatan rata-rata penduduk setiap provinsi disajikan pada Tabel 8.


(29)

28

Tabel 8. Pendapatan rata-rata penduduk sebulan menurut provinsi tahun 2010*

No. Provinsi Pendapatan (Rp)

1. Aceh 1.256.780

2. Sumatera Utara 1.344.045

3. Sumatera Barat 1.488.135

4. Riau 1.422.766

5. Kep. Riau 1.897.900

6. Jambi 1.300.541

7. Sumatera Selatan 1.222.406

8. Kep. Bangka Belitung 1.247.103

9. Bengkulu 1.441.785

10. Lampung 1.077.290

11. DKI Jakarta 1.925.662

12. Jawa Barat 1.361.182

13. Banten 1.564.443

14. Jawa Tengah 981.047

15. DI Yogyakarta 1.216.090

16. Jawa Timur 1.046.363

17. Bali 1.460.283

18. Nusa Tenggara Barat 1.346.708

19. Nusa Tenggara Timur 1.466.074

20. Kalimantan Barat 1.227.337

21. Kalimantan Tengah 1.371.985

22. Kalimantan Selatan 1.348.762

23. Kalimantan Timur 2.155.991

24. Sulawesi Utara 1.348.762

25. Gorontalo 1.260.240

26. Sulawesi Tengah 1.283.669

27. Sulawesi Selatan 1.271.087

28. Sulawesi Barat 1.217.854

29. Sulawesi Tenggara 1.358.730

30. Maluku 1.575.696

31. Maluku Utara 1.584.550

32. Papua 2.164.784

33. Papua Barat 1.950.837

Indonesia 1.337.753

*

Badan Pusat Statistik (2011)

Segmentasi pasar yang dilakukan dalam mengkaji pemasaran kulit samoa dilakukan berdasarkan aspek geografis dan demogratif. Pada segmentasi geografis pemasaran kulit samoa akan dititik beratkan pada wilayah negara karena kulit samoa ini akan dipasarkan di dalam negeri. Wilayah yang dipilih adalah wilayah yang memerlukan kulit samoa dalam jumlah yang besar seperti wilayah perkotaan dan kawasan industri. Pertimbangan tersebut diambil karena kulit samoa ini masih dalam fase pengenalan. Namun, seiring berjalannya waktu pemasaran kulit samoa akan terus meningkat dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan analisis segmentasi demogratif pemasaran kulit samoa (chamois leather) dispesifikasikan pada masyarakat dengan tingkatan ekonomi menengah ke


(30)

29

atas. Hal ini dilakukan karena kulit samoa memiliki harga yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan samoa sintetis. Samoa sintetis diperdagangkan dengan harga Rp 6-80 ribu. Bagi konsumen menengah ke atas harga kulit samoaini cukup terjangkau.

Setelah dilakukan segmentasi pasar, dapat diketahui beberapa segmen yang potensial untuk dimasuki, targetting merupakan suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Pemilihan wilayah perkotaan sebagai target dikarenakan jumlah kendaraan dan barang-barang berharga (berlian, emas, batu mulia, laptop, dan kamera) di kota lebih banyak mengingat kegunaan kulit samoa yang diproduksi digunakan untuk lap pembersih barang mewah dan barang dengan permukaan sensitif. Pendapatan rata-rata di perkotaan besar sehingga tingkat konsumsi masyarakat perkotaan lebih besar daripada masyarakat pedesaan. Selain itu, masyarakat dengan pendapatan di atas rata-rata cenderung memilih barang yang bermutu dibanding dengan barang yang harganya murah. Wilayah perkotaan yang akan menjadi target juga dibatasi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar sehingga industri kulit samoa ini belum mampu untuk memenuhi semua permintaan di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah pemasaran yang dipilih adalah wilayah perkotaan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta. Keempat wilayah ini memiliki rata-rata pendapatan yang cukup besar dan berpotensi sebagai wilayah pemasaran kulit samoa.

Positioning adalah bagaimana posisi sebuah produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing. Tujuan dilakukannya positioning kulit samoa adalah menciptakan perbedaan, keuntungan, dan manfaat yang membuat konsumen puas dan selalu ingat dengan produk, sehinnga konsumen lebih memilih kulit samoa produksi dalam negeri dari pada produk impor. Dengan

positioning, perusahaan akan membentuk citra produk yang diproduksi lebih unggul dan memiliki mutu yang lebih baik dibanding dengan produk impor yang ada dipasaran. Positioning dari kulit samoa ini adalah produk samoa yang terbuat dari kulit asli dengan tingkat kelembutan tinggi, tahan lama, dan daya serap air yang besar membuat produk ini cocok digunakan sebagai lap pembersih barang mewah dan barang dengan permukaan sensitif. Dengan kelembutan yang tinggi, kulit samoa tidak akan menyebabkan goresan-goresan tipis yang biasanya terjadi pada samoa sintetis. Kulit samoa yang akan diproduksi adalah lap serbaguna yang dapat digunakan untuk membersihkan mobil, emas, berlian, batu mulia, layar laptop, lensa, kamera, layar tv dan sebagainya.

4.1.3 Strategi Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran mencakup sejumlah variabel pemasaran yang terkontrol oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan memberikan kepuasan kepada konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000). Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran adalah strategi produk, strategi harga, strategi tempat, dan strategi promosi.

Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul daripada pesaingnya.

Pada umumnya, pembuatan kulit samoa menggunakan metode penyamakan kulit dengan minyak. Biasanya penyamakan minyak dilakukan dengan oksidasi in situ minyak tidak jenuh, misalnya dengan menggunakan minyak hati ikan cod dan minyak sardine. Produk yang dihasilkan adalah kulit samoa dengan minyak biji karet sebagai bahan penyamaknya. Dengan menggunakan minyak biji karet sebagai bahan penyamaknya, produk ini dapat dipercaya karena telah sesuai dengan SNI 06-1752-1990. Kulit samoa yang diproduksi tidak berbau seperti kulit samoa yang disamak dengan menggunakan minyak ikan. Hal ini menunjukkan bahwa kulit samoa yang diproduksi


(31)

30

memiliki nilai estetika yang lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan produk pesaing yang berbahan sintetis, kulit samoa memiliki keunggulan yang lebih besar, selain lebih tahan lama kulit samoa memiliki kemampuan menyerap air lebih besar, pengeluaran air lebih mudah, lebih lembut dan nyaman bila digunakan, dan kotoran yang ada mudah dicuci dari kulit tersebut.

Ukuran kulit samoa yang diproduksi adalah 43 cm x 32 cm dengan berat 65 gram per pcs. Kulit samoa yang diproduksi ada tiga pilihan warna yaitu biru, kuning, dan original (warna kulit asli). Produk ini dikemas dengan kemasan primer berupa plastik polietilen (PE) dengan ukuran panjang 22 dan lebar 16 cm. Kulit samoa yang telah terbungkus kemasan primer dimasukkan ke dalam kemasan sekunder yang terbuat dari plastik HDPE dengan ukuran panjang 8 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 25 cm. Dalam kemasan tersebut terdapat keterangan nama merk produk, tanggal produksi, kegunaan produk, cara penggunaan, keunggulan produk, dan sebagainya. Selanjutnya kulit samoa dimasukkan dalam kardus yang terbuat dari karton dengan ukuran 50 cm x 40 cm x 25 cm. Setiap 1 kardus berisi 50 pcs kulit samoa.

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar untuk produk tertentu.Harga merupakan satu-satunya variabel strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan. Menurut Kasmir (2003), tujuan penetapan harga adalah untuk bertahan hidup, untuk memaksimalkan laba, untuk memperbesar market share, mutu produk, dan karena pesaing.

Harga samoa di pasaran berbeda-beda tergantung dari mutu dan merk. Berdasarkan hasil survey harga samoa berkisar antara Rp 6000-Rp80.000. Harga kulit samoa ditentukan berdasarkan metode penetapan harga mark up (mark up pricing). Dengan menggunakan strategi ini perhitungan penentuan harga dilakukan dengan menghitung biaya ditambah dengan markup yang diinginkan perusahaan. Markup yang ingin diraih oleh industri kulit samoaini adalah 14% dari biaya produksi.

Mark up yang diambil hanya 14 % karena kulit samoa ini merupakan produk baru, jadi untuk menarik perhatian konsumen maka harga yang ditetapkan tidak terlalu tinggi. Setelah konsumen mencoba dan melihat hasilnya maka diharapkan konsumen tersebut menjadi pelanggan setia. Harga akhir kulit samoa dalam 1 unit adalah:

= 39.600

Tempat penjualan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Tempat pemasaran kulit samoa dilakukan di pasar-pasar modern. Strategi tersebut dilakukan agar konsumen yang mememerlukan kulit samoa dapat mendapatkannya denggan mudah. Target kulit samoa mencakup beberapa wilayah dan jaraknya cukup jauh dari lokasi pabrik, untuk itu kulit samoa disalurkan melalui distributor.

Promosi dilakukan untuk menunjang pemasaran produk. Promosi diperlukan karena kulit samoa dengan bahan penyamak minyak biji karet merupakan produk baru. Langkah-langkah yang direncanakan untuk memasarkan kulit samoa adalah dengan melakukan pre-marketing yaitu memasarkan produk yang sama dengan produk yang akan dihasilkan sebelum pabrik beroperasi secara komersial. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan produk yang dihasilkan kepada konsumen sehingga pemasaran kulit samoa akan lebih mudah ketika pabrik telah beroperasi. Selain itu, akan dibuat brosur yang mengenalkan kelebihan-kelebihan produk dan dilakukan demonstrasi produk di tempat penjualan kulit samoa. Strategi promosi juga dilakukan dengan menggunakan media periklanan dan


(32)

31

promosi penjualan. Hal ini dilakukan untuk menempatkan positioning produk di benak konsumen. Media iklan yang dipilih adalah media cetak dan internet. Hal tersebut dilakukan karena biaya yang dibutuhkan relatif kecil dan menjangkau pasar secara luas.

4.2 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Hal-hal yang dikaji dalam aspek teknis dan teknologis adalah kapasitas produksi, lokasi proyek, pemilihan teknologi dan proses, dan perencanaan tataletak pabrik.

4.2.1 Penentuan Lokasi

Pemilihan lokasi sebelum didirikan suatu industri sangatlah penting. Sebelum memutuskan untuk memilih lokasi yang tepat perlu dipertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh. Menurut Umar (2007) faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik adalah letak konsumen potensial atau pasar sasaran yang akan dijadikan tempat produk dijual; letak bahan baku utama; sumber tenaga kerja; sumber daya seperti air; kondisi udara; tenaga listrik, dan sebagainya; fasilitas transportasi untuk memindahkan bahan baku ke pabrik dan hasil produksi ke pasar, fasilitas untuk pabrik, lingkungan masyarakat sekitar, dan peraturan pemerintah. Lokasi yang tepat akan meminimalisasi biaya yang yang akan dikeluarkan.

Dalam melakukan pemilihan lokasi pendirian industri kulit samoa terdapat enam kriteria yang terpilih, yaitu: ketersediaan bahan baku, kemudahan akses dengan pasar, ketersediaan dan upah tenaga kerja, sarana transportasi, tenaga listrik dan air, serta kebijakan pemerintah. Kriteria tersebut diperoleh dari studi pustaka dan brainstorming dengan pakar.

Ketersediaan bahan baku merupakan komponen yang sangat penting dari keseluruhan proses operasi perusahaan, maka kriteria ini merupakan kriteria signifikan dalam penentuan lokasi. Pabrik samoa didirikan dekat dengan sumber baahan baku agar kontinuitas perolehan bahan baku dapat terjamin, sehingga produksi dapat berjalan dengan lancar. Jika pabrik didirikan jauh dari bahan baku ada banyak kemungkinan terjadi hambatan-hambatan yang disebabkan kesukaran dalam pengangkutan. Selain itu, bila jaraknya jauh peluang rusaknya bahan baku yang diangkut besar dan biaya untuk pengangkutan akan mahal, sehingga akan mengakibatkan peningkatan biaya produksi.

Pendirian pabrik perlu memperhatikan daerah pemasaran hasil produksinya. Lokasi pabrik yang dekat dengan pasar akan dapat melayani konsumen dengan cepat. Selain itu, biaya pengangkutan produk ke pasar akan menjadi lebih rendah.

Industri kulit samoa membutuhkan air dalam jumlah yang besar, sehingga lokasi pabrik harus dekat dengan sumber air agar proses produksi berjalan lancar. Selain itu, untuk menjalankan mesin-mesin penyamakan dan penerangan pabrik dibutuhkan tenaga listrik yang volumenya cukup besar. Bila daerah didirikan pabrik tidak memiliki supply tenaga listrik yang banyak, maka tarifnya akan mahal.

Transportasi berkaitan erat dengan pertimbangan bahan baku dan pertimbangan pasar. Jika lokasi mendekati sumber bahan baku maka fasilitas transportasi terutama diperhitungkan dalam kaitannya dengan ongkos transportasi menuju pasar dengan tidak berarti tidak diperhitungkan biaya transportasi dari sumber bahan baku ke lokasi pabrik, demikian pula sebaliknya. Tidak hanya fasilitas pengangkutannya, namun kondisi jalan setempat, jembatan perlu diperhatikan oleh perencana bisnis.


(1)

121

Lampiran 9. Biaya operasional (Lanjutan)

Komponen

Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

100% 100% 100% 100% 100%

1. Biaya Tetap

Gaji tenaga kerja langsung 444.000.000 444.000.000 444.000.000 444.000.000 444.000.000

Biaya Administrasi 22.306.000 22.306.000 22.306.000 22.306.000 22.306.000

Biaya Pemasaran 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000

Biaya pemeliharaan 553.114.000 553.114.000 553.114.000 553.114.000 553.114.000

Asuransi 20.454.950 20.454.950 20.454.950 20.454.950 20.454.950

Biaya Penyusutan 485.347.700 485.347.700 485.347.700 485.347.700 485.347.700

Bunga pinjaman Investasi 109.454.581

Bunga pinjaman modal kerja

Total Biaya Tetap 2.834.677.231 2.725.222.650 2.725.222.650 2.725.222.650 2.725.222.650

2. Biaya Variabel

Biaya bahan baku 19.363.447.088 19.363.447.088 19.363.447.088 19.363.447.088 19.363.447.088 Gaji Tenaga Kerja Langsung 722.400.000 722.400.000 722.400.000 722.400.000 722.400.000 Biaya Utilitas 398.436.095 398.436.095 398.436.095 398.436.095 398.436.095 Biaya Pengemasan samoa 1.468.800.000 1.468.800.000 1.468.800.000 1.468.800.000 1.468.800.000

Total Biaya Variabel 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 Biaya Total 24.787.760.415 24.678.305.833 24.678.305.833 24.678.305.833 24.678.305.833


(2)

122

lampiran 10. Laporan laba rugi

Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Penjualan

Kulit samoa 23.265.792.000 26.174.016.000 29.082.240.000 29.082.240.000 29.082.240.000 29.082.240.000 29.082.240.000 29.082.240.000 29.082.240.000 29.082.240.000 Pupuk 354.670.400 399.004.200 443.338.000 443.338.000 443.338.000 443.338.000 443.338.000 443.338.000 443.338.000 443.338.000

Washing ball 16.320.000.00 18.360.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00 20.400.000.00

Total penjualan 23.636.782.400 26.591.380.200 29.545.978.000 29.545.978.000 29.545.978.000 29.545.978.000 29.545.978.000 29.545.978.000 29.545.978.000 29.545.978.000 Pengeluaran

Biaya variabel 17.562.466.547 19.757.774.865 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 21.953.083.183 Biaya Tetap 3.466.430.795 3.328.815.995 3.191.201.194 3.053.586.394 2.944.131.812 2.834.677.231 2.725.222.650 2.725.222.650 2.725.222.650 2.725.222.650

Total pengeluaran

21.028.897.342 23.086.590.860 25.144.284.378 25.006.669.577 24.897.214.996 24.787.760.415 24.678.305.833 24.678.305.833 24.678.305.833 24.678.305.833

Laba kotor 2.607.885.058 3.504.789.340 4.401.693.622 4.539.308.423 4.648.763.004 4.758.217.585 4.867.672.167 4.867.672.167 4.867.672.167 4.867.672.167 Pajak (25%) 651.971.265 876.197.335 1.100.423.406 1.134.827.106 1.162.190.751 1.189.554.396 1.216.918.042 1.216.918.042 1.216.918.042 1.216.918.042


(3)

123

Lampiran 11. Laporan cash flow

Komponen Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Penerimaan Bersih

Laba bersih 1.955.913.794 2.628.592.005 3.301.270.217 3.404.481.317 3.486.572.253

Depresiasi 485.347.700 485.347.700 485.347.700 485.347.700 485.347.700

Nilai sisa 74.569.000

Modal pinjaman 5.472.729.062

Modal sendiri 2.946.854.110

Subtotal 8.419.583.172 2.441.261.494 3.113.939.705 3.786.617.917 3.889.829.017 4.046.488.953

Pengeluaran Bersih

Investasi + bunga sebelum pembangunan 8.419.583.172

Modal kerja 1.083.085.356

Angsuran modal investasi tetap 912.121.510 912.121.510 912.121.510 912.121.510 912.121.510

Angsuran modal kerja 234.668.494 234.668.494 234.668.494

Subtotal 8.419.583.172 2.229.875.360 1.146.790.004 1.146.790.004 912.121.510 912.121.510

Arus Kas Bersih - 211.386.133 1.967.149.701 2.639.827.913 2.977.707.507 3.134.367.443


(4)

124

Lampiran 11. Laporan cash flow (lanjutan)

Komponen Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Penerimaan Bersih

Laba bersih 3.568.663.189 3.650.754.125 3.650.754.125 3.650.754.125 3.650.754.125 Depresiasi 485.347.700 485.347.700 485.347.700 485.347.700 485.347.700

Nilai sisa 2.044.844.000

Modal pinjaman Modal sendiri

Subtotal 4.054.010.889 4.136.101.825 4.136.101.825 4.136.101.825 6.180.945.825

Pengeluaran Bersih

Investasi + bunga sebelum pembangunan 354.090.000 Modal kerja

Angsuran modal investasi tetap 912.121.510 Angsuran modal kerja

Subtotal 1.266.211.510

Arus Kas Bersih 2.787.799.379 4.136.101.825 4.136.101.825 4.136.101.825 6.180.945.825


(5)

125

Lampiran 12. Perhitungan neraca massa minyak biji karet

Perhitungan neraca massa minyak biji karet: Massa biji karet = 250 kg (wet base)

Massa air bahan= 24,4/100 x 250 = 61 kg air Massa bahan kering = 250-61= 189 kg

proses penjemuran: KA penjemuran = 9,06%

Massa air penjemuran = (9,06/90,94) x 189 = 18,83 kg air Massa biji karet setelah penjemuran = 189 + 18,83 = 207,8 Massa air yang diuapkan = 250- 207,8 = 42,2 kg

Proses pengeringan dalam oven: KA pengeringan dalam oven = 5,86%

Massa air pengeringan dalam oven = (5,86/94,14) x 189 = 11,76 Massa biji karet setelah di oven = 189 + 11,76 = 200,76 kg Massa air yang diuapkan = 207,8-200,76 = 7,04 kg

Proses pengecilan ukuran:

Pada proses ini, loss biji karetsedikit sehingga dianggap tidak signifikan.

Proses pengepresan:

Rendemen minyak dengan menggunakan pengepres berulir ±15% Minyak biji karet yang dihasilkan = 15/100* 200,76 = 30,11 kg Massa bungkil biji karet = 200,76-30,11 = 170,65 kg


(6)

126

Lampiran 13. Contoh perhitungan neraca massa penyamakan kulit samoa.

skala lab menggunakan 10 sampel kulit pikel Massa kulit pikel :

1. 893 gram 2. 1.359 gram 3. 902 gram 4. 858 gram 5. 897 gram 6. 941 gram 7. 885 gram 8. 812 gram 9. 735 gram 10. 807 gram

Total massa kulit pikel = 9.179 gram Rata-rata massa kulit pikel = 917, 9 gram Massa kulit setelah pencucian :

1. 1.324 gram 2. 1.263 gram 3. 1.297 gram 4. 1.251 gram 5. 1.204 gram 6. 1.295 gram 7. 1.142 gram 8. 1.158 gram 9. 1.053 gram 10. 1.973 gram

Total massa kulit pikel setelah proses pencucian = 12.960 gram Rata-rata massa kulit pikel setelah proses pencucian = 1.296 gram

Scale up

Massa 1700 lembar kulit pikel = 1.560 kg

Kulit pikel 1.560 kg

Massa NaCl yang ditambahkan = 10/100 x 1.560 = 156 kg Massa air yang ditambahkan = 200/100 x 1.560 = 3.120 kg %tase penambahan massa kulit pikel setelah pencucian =

Massa kulit pikel industri kulit samoa = (41, 19% x 1.560) + 1.560 = 2.203 kg

Massa air bekas cucian = (1.560+156+3.120) – 2.203 = 2.633 kg

Pencucian 1

NaCl 10% = 156 kg

Air 200% = 3.120 kg

Kulit pikel = 2.203 kg