Ketersediaan dan Prakiraan Bahan Baku

33 Berdasarkan nilai pembobotan hasil akhir dapat diketahui kriteria penentu lokasi yang paling berpengaruh adalah ketersediaan bahan baku dengan nilai sebesar 0,351. Kemudian kemudahan akses dengan pasar dengan nilai 0,196, kebijakan pemerintah dengan nilai 0,166, tenaga listrik dan air dengan nilai 0,124, sarana transportasi dengan nilai 0,89, dan ketersediaan dan upah tenaga kerja dengan nilai 0,74. Ketersediaan bahan baku merupakan komponen yang sangat penting dari keseluruhan proses operasi perusahaan. Pabrik kulit samoa didirikan dekat dengan sumber bahan baku agar kontinuitas perolehan bahan baku dapat terjamin, sehingga produksi dapat berjalan dengan lancar. Jika pabrik didirikan jauh dari bahan baku ada banyak kemungkinan terjadi hambatan- hambatan sehingga peluang bahan baku rusak besar. Dari hasil pembobotan diperoleh lokasi yang layak untuk pendirian industri kulit samoa, lokasi yang terpilih adalah Garut dengan nilai 0,333. Garut sangat cocok sebagai tempat didirikannya industri kulit samoa, karena bahan baku dan bahan pembantu penyamakan kulit mudah didapatkan di daerah ini. Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º5649 - 7 º4500 Lintang Selatan dan 107º258 - 108º730 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha 3.065,19 km². Untuk memperjelas lokasi Garut, disajikan sebuah denah Kabupaten Garut dan lokasi yang berada di sekitar Garut yang dapat dilihat pada Gambar 11. Batas-batas Kabupaten Garut adalah sebagai berikut : Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Timur : Kabupaten Tasikmalaya Selatan : Samudera Indonesia Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Gambar 11. Denah lokasi Kabupaten Garut Industri penyamakan kulit dan industri kerajinan barang-barang dari kulit merupakan salah satu keunggulan industri di Kabupaten Garut. Industri kulit ini mengelompok dan membentuk klaster industri penyamakan dan sentra kulit di kawasan Sukaregang. Pendirian industri kulit di daerah yang membentuk klaster memiliki keunggulan, seperti: Sumber daya manusia yang sudah terlatih, bahan baku dan bahan pendukung relatif mudah didapat, dan pasar produk mudah dijangkau oleh konsumen.

4.2.2 Ketersediaan dan Prakiraan Bahan Baku

Kulit merupakan bahan baku untuk penyamakan. Pada umumnya, semua jenis kulit hewan dapat disamak tergantung dari tujuan akhir produk yang ingin dibuat. Bahan baku yang digunakan 34 untuk pembuatan kulit samoa adalah kulit kambing. Kulit tersebut diperoleh dari pengumpul kulit mentah dan Rumah Potong Hewan RPH. Jumlah populasi kambing sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kulit. Tingkat pertumbuhan populasi kambing tinggi akan berdampak positif bagi kelangsungan industri penyamakan kulit. populasi kambing di Jawa Barat setiap tahun semakin meningkat. Hal ini berdampak positif bagi industri kulit samoa. Namun, jumlah kulit mentah hasil pemotongan kambing di Jawa Barat belum mencukupi bahan baku yang dibutuhkan oleh industri kulit samoa. Untuk itu, dibutuhkan pasokan bahan baku dari daerah lain yang lokasinya dekat dengan Jawa Barat. Daerah yang dipilih yaitu Provinsi DKI Jakarta, Banten, lampung, dan Sumatera Selatan. jumlah populasi kambing di DKI Jakarta jumlahnya sedikit, namun pemotongan kambing di daerah ini besar. Hal ini dikarenakan penduduk Jakarta banyak mendatangkan kambing dari daerah lain. Populasi kambing di daerah pemasok kulit samoa disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Populasi kambing di daerah pemasok industri kulit samoa tahun 2006-2010 Provinsi Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Sumsel 463.720 465.250 383.951 365.787 413.246 Lampung 798.816 955.901 1.012.605 1.015.700 1.206.383 DKI Jakarta 9.333 7.784 4.501 6.061 6.122 Jabar 1.148.547 1.294.453 1.431.012 1.600.423 1.825.748 Banten 681.253 729.713 821.588 800.777 839.883 Direktorat jenderal peternakan 2010 Berdasarkan data dari Kemenperin 2010 Jumlah pemotongan kambing yang tinggi terdapat pada provinsi Jawa Timur, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Dengan jumlah pemotongan yang tinggi, delapan provinsi tersebut layak untuk menjadi daerah pemasok bahan baku. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan daerah yang akan menjadi pemasok bahan baku industri kulit samoa. Hal yang perlu diperhatikan adalah lokasi terdekat dengan industri dan bahan baku yang ada di daerah tersebut belum dimanfaatkan. Jawa Timur merupakan daerah dengan jumlah pemotongan kambing terbesar. Pada tahun 2010 jumlah pemotongan kambing di provinsi ini adalah 1.181.849 ekor. Daerah ini sangat berpotensi sebagai daerah pemasok, namun sebagian besar kulit sudah termanfaatkan. Menurut Kemenperin 2010 di Jawa Timur terdapat sekitar 8 usaha penyamakan dengan berskala besar dan memiliki kapasitas produksi total 46 juta sqftahun. Disamping itu, di Jawa Timur masih terdapat beberapa usaha penyamakan berskala menengah. Jawa Tengah dan DI Yogyakarta juga memiliki potensi sebagai daerah pemasok namun,sebagian besar bahan baku di daerah ini telah temanfaatkan. Usaha penyamakan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta kurang lebih terdapat 9 usaha penyamakan dengan total kapasitas 26,5 juta sqftahun. Untuk itu ketiga wilayah ini tidak ditargetkan menjadi pemasok bahan baku industri kulit samoa. Daerah yang menjadi pemasok bahan baku adalah seluruh daerah yang ada di Provinsi Jawa Barat, Jakarta, Banten. Sumatera Selatan dan Lampung. Jumlah kambing yang dipotong di 5 provinsi tersebut disajikan pada Tabel 10. Data dari Tabel 10 dapat juga dipergunakan untuk memprediksi ketersediaan bahan baku dimasa yang akan datang. 35 Tabel 10. Jumlah pemotongan kambing di provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan Lampung tahun 2001-2010 No Provinsi Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Jabar 313.470 135.490 101.653 101.157 39.602 69.639 73.053 76.939 113.920 125.590 2 Banten 49.906 51.303 209.408 97.239 146.642 59.539 181.742 127.511 121.135 133.249 3 Jakarta 107.578 91.392 144.399 80.093 82.142 90.771 88.029 77.823 65.168 67.826 4 Sumsel 56.880 79.680 76.880 83.868 83.870 97.230 106.562 155.593 149.480 150.500 5 Lampung 119.247 119.643 127.168 132.269 133.592 126.564 166.992 131.730 130.413 131.717 Daerah pemasok bahan baku industri kulit samoa adalah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Ke-lima daerah ini akan menjadi pemasok utama kulit kambing. Industri kulit samoa ini membutuhkan kulit kambing sebanyak 244.800 lembar per tahun. Jumlah kulit kambing di Jawa Barat, Banten, dan Jakarta adalah 326.665 lembar. Jumlah tersebut sudah mencukupi, namun perlu dipertimbangkan adanya industri kulit di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Bahan baku yang tersedia di Jawa Barat, Jakarta, dan Banten diambil 50 dari jumlah bahan baku yang ada. Untuk menutupi kekurangan dalam perolehan bahan baku, bahan baku diambil dari daerah Sumatera Selatan dan Lampung. Untuk melihat ketersediaan bahan baku dimasa yang akan datang dilakukan permalan jumlah pemotongan kambing. Metode yang digunakan adalah metode time series atau analisis deret berkala. Time series adalah metode prakiraan yang disusun dengan menggunakan suatu analisis statistik terhadap data masa lalu. Asumsi dasar yang digunakan adalah nilai masa lalu dan masa kini mempunyai pola yang sama dan terus berlanjut dimasa yang akan datang. Metode ini membuat peramalan dengan hanya memperhitungkan satu faktor yaitu waktu. Dalam melakukan peramalan untuk masa yang akan datang tidak dapat dihitung secara pasti. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan dengan membandingkan nilai fits dan aktual dari data-data pada masa lalu. Nilai yang umum digunakan adalah MAPE Mean Absolute Percentage Error, MAD Mean Absolute Deviation, atau MSD Mean Square Deviation. Semakin kecil nilai- nilai MAPE, MAD, dan MSD, semakin kecil nilai kesalahannya. Oleh karenanya, dalam menetapkan model yang akan digunakan dalam peramalan, dipilih model dengan nilai MAPE, MAD atau MSD yang paling kecil. Dengan membandingkan nilai MAPE, MAD, dan MSD dari peramalan trend linier, trend kuadratik, trend pertumbuhan eksponensial, dan trend kurva S, ditetapkan model yang digunakan untuk peramalan ketersediaan bahan baku di Jawa Barat adalah dengan menggunakan metode time series dengan trend kuadratik. Data tersebut diproses dengan menggunakan Minitab 12. Hasil dari peramalan jumlah kambing yang dipotong di Jawa Barat disajikan pada Gambar 12. Model yang digunakan untuk peramalan ketersediaan bahan baku di Banten adalah dengan menggunakan metode time series dengan trend pertumbuhan eksponensial. Hasil dari peramalan jumlah kambing yang dipotong di Banten disajikan pada Gambar 13, dan untuk peramalan di DKI Jakarta model yang digunakan adalah metode time series dengan trend kuadratik. Hasil dari peramalan jumlah kambing yang dipotong di DKI Jakarta. disajikan pada Gambar 14. 36 Tahun Gambar 12. Grafik peramalan jumlah pemotongan kambing di Jawa Barat Tahun Gambar 13. Grafik peramalan jumlah pemotongan kambing di Banten Tahun Gambar 14. Grafik peramalan jumlah pemotongan kambing di DKI Jakarta 37 Berdasarkan Grafik 12 dan Grafik 13, jumlah pemotongan kambing di Jawa Barat dan Banten mengalami peningkatan. Namun, berdasarkan Grafik 14, untuk pemotongan kambing di DKI Jakarta setiap tahun mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan jumlah konsumsi kambing di DKI Jakarta semakin menurun. Berdasarkan hasil peramalan jumlah pemotongan kambing, sampai tahun 2015 pasokan bahan baku untuk industri kulit samoa dari tiga provinsi tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan industri kulit samoa. Sumatera Selatan dan Lampung menjadi daerah alternatif pasokan bahan baku. Bahan baku diambil dari daerah ini bila industri kulit samoa kekurangan pasokan dari Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Dengan membandingkan nilai MAPE, MAD, dan MSD dari peramalan trend linier, trend kuadratik, trend pertumbuhan eksponensial, dan trend kurva S, model yang digunakan untuk peramalan ketersediaan bahan baku di Sumatera Selatan adalah dengan menggunakan metode time series dengan trend pertumbuhan eksponensial. Hasil dari peramalan jumlah kambing yang dipotong di Sumatera Selatan disajikan pada Gambar 15. untuk jumlah pemotongan kambing di Lampung disajikan pada Gambar 16. Tahun Gambar 15. Grafik peramalan jumlah pemotongan kambing di Sumatera Selatan Berdasarkan Grafik 15, jumlah pemotongan kambing di Sumatera Selatan semakin meningkat. Pada tahun 2010 jumlah kambing yang dipotong adalah 150.500 ekor dan diperkirakan tahun 2011 jumlah pemotongan kambing di daerah tersebut akan meningkat menjadi 177.411 ekor. peningkatan jumlah pemotongan kambing ini diperkirakaan akan terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. 38 Tahun Gambar 16. Grafik peramalan jumlah pemotongan kambing di Lampung Berdasarkan Grafik 16, jumlah pemotongan kambing di lampung cenderung menurun. Pasokan bahan baku dari lampung ini dibutuhkan saat industri kulit samoa mengalami kekurangan pasokan bahan baku atau terjadi peningkatan kapasitas pabrik. Hasil prakiraan dari daerah pasokan bahan baku disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil prakiraan jumlah pemotongan kambing di daerah pemasok tahun 2011-2015 Provinsi Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Jawa Barat 2.139.76 292.416 385.970 494.638 618.420 DKI Jakarta 57.071,5 49.575 41678 33.383 24.688 Banten 164.564 178.429 193.462 209.762 227.436 Sumatera Selatan 177.411 197.324 219473 244.107 271.506 Lampung 126.235 119.399 111.112 101.376 90.189 Ketersediaan bahan baku industri penyamakan kulit juga mendapat dukungan dari Pemerintah. Hal ini dapat terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, dengan dikeluarkannya kebijakan tentang larangan ekspor kulit mentah secara langsung yaitu SK Menteri Perdagangan No. 306KpX1986, Selain itu Pemerintah juga mengenakan pajak ekspor kulit pikel yang tinggi yaitu sebesar 20. Garut merupakan daerah sentra kulit di Jawa Barat. Pemenuhan kebutuhan akan kulit mentah sebagai bahan baku penyamakan di wilayah tersebut lebih mudah karena banyaknya pengumpul kulit yang berasal dari berbagai daerah menjual kulit tersebut ke Garut. Selain dibutuhkan kulit kambing sebagai bahan baku, pembuatan kulit samoa membutuhkan bahan-bahan lain seperti minyak biji karet, dan bahan-bahan kimia. Minyak biji karet belum tersedia di pasaran, sehingga pabrik memproduksi sendiri untuk memenuhi kebutuhan minyak tersebut, sedangkan bahan-bahan kimia diperoleh dari distributor khusus untuk bahan kimia penyamakan. Minyak biji karet sangat berpotensi untuk digunakan. karena bahan baku yang tersedia banyak. Total luas perkebunan karet di Indonesia adalah 3.445.121 Ditjenbun, 2010. Proporsi tanaman karet yang menghasilkan adalah 2.067.073 ha 61. setiap hektar dapat menghasilkan biji 39 karet rata-rata sebanyak 1.500 kg Teterissa dan Marpaung, 1985, maka dari luas areal tanaman menghasilkan biji karet sekitar 3 juta ton per tahun. Apabila diasumsikan 25 digunakan sebagai benih, maka biji karet yang belum digunakan secara optimal sekitar 2,3 juta ton per tahun. Dengan melihat tingginya kandungan minyak di dalam biji karet, yakni sebesar 45-50 Aritonang, 1986 maka dari biji karet yang belum dimanfaatkan akan dapat menghasilkan minyak biji karet sebanyak 1,1 juta ton setiap tahunnya. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kulit samoa harus memenuhi standar mutu agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Standar mutu kulit mentah yang digunakan mengacu pada SNI 06-0107-1987. SNI kulit mentah dombakambing akan disajikan pada Lampiran 2.

4.2.3 Kapasitas Produksi