Proses Pembuatan Minyak Biji Karet

40 tidak memungkinkan memproduksi kulit samoa sebanyak permintaan yang ada. Untuk itu, dikaji lebih lanjut jika pabrik memproduksi kulit sebanyak 734.400 pcstahun industri akan layak atau tidak. Berat 1 pcs kulit samoa adalah 65 gram. Berat total kulit samoa yang diproduksi selama satu tahun adalah 734.400 x 65 gram x kggram = 47.736 kg. Permintaan kulit samoa dalam negeri tahun 2010 adalah 374.132 kg. Pasar yang akan diambil kulit samoa = = 13. Permintaan dalam negeri lebih besar dibandingkan jumlah yang diproduksi. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas 734.400 pcstahun masih layak untuk direalisasikan.

4.2.4 Teknologi Proses Produksi

Teknologi proses produksi yang terlibat pada industri kulit samoa dengan minyak biji karet meliputi dua proses, yaitu proses pembuatan minyak biji karet dan proses pembuatan kulit samoa. Proses-proses pembuatan minyak biji karet adalah sortasi, pengeringan, penggilingan, pengepresan, dan pemurnian. Sedangkan proses pembuatan kulit samoa meliputi proses pra penyamakan meliputi: soaking, liming, fleshing, deliming, bating, dan pickling, proses penyamakan meliputi: Pencucian, penyamakan awal, shaving, setting out, penyamakan minyak, oksidasi dan pengeringan, dan finishing staking, buffing dan pewarnaan.

1. Proses Pembuatan Minyak Biji Karet

Biji karet terdiri atas 45 – 50 kulit biji yang keras berwarna coklat dan 50 – 55 daging biji yang berwarna putih Nadaradjah 1969 di dalam Silam 1998. Biji karet segar terdiri atas 34,1 kulit, 41,2 isi dan 24,4 air Nadarajapillat dan Wijewantha 1967. Tahap awal pembuatan minyak biji karet adalah pengurangan kadar air biji karet. Biji tersebut di jemur di bawah sinar matahari selama tiga hari. Menurut Suparno 2008, kadar air biji karet setelah dilakukan penjemuran adalah 9,06. Kadar tersebut belum oktimum untuk ekstraksi minyak dengan metode pengempaan. Setelah dijemur, kadar air biji karet dijaga konstan sampai tahap pengeringan untuk menurunkan kadar air tahap kedua. Setelah dilakukan penjemuran, biji karet disortasi sehingga didapatkan biji yang berkualitas baik yaitu biji yang masih segar, tidak busuk, dan belum tumbuh. Bila biji baik dicampur dengan biji rusak maka minyak yang dihasilkan akan mengalami penurunan kualitas. Minyak yang dihasilkan dari biji yang telah rusak adalah berwarna gelap atau keruh, sifat-sifat fisio-kimianya berubah, serta rendemennya menurun. Proses selanjutnya adalah pengeringan biji karet dengan tray dryer. Biji karet dikeringkan dengan suhu 70 °C selama satu jam hingga kadar airnya 5-7. Kadar air tersebut merupakan kadar air optimum untuk proses pengempaan minyak dari biji-bijian. Menurut Suparno et al. 2009 Pemanasan pada suhu 70 °C selama satu jam memiliki nilai rendemen lebih tinggi daripada rendemen biji karet yang tidak mengalami pemanasan terlebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena pada biji yang dipanaskan pada suhu 70 °C selama satu jam telah terjadi penggumpalan protein pada dinding sel dan telah terjadi kerusakan pada dinding selnya, sehingga dinding sel akan mudah dipecahkan. Dengan demikian, dinding sel tersebut mudah ditembus oleh minyak atau lemak sehingga minyak akan mudah keluar. Semakin tinggi suhu dan lama pemanasan biji karet, maka rendemen yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini diduga karena kandungan air dalam tempurung semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu dan lama pemanasan biji karet, sehingga menyebabkan sebagian minyak terperangkap dalam tempurung biji karet tersebut. 41 Biji karet yang telah kering selanjutnya diekstraksi untuk mendapatkan minyak biji karet. Menurut Ketaren 1986 cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering dry rendering dan wet rendering, ekstraksi cara mekanis mechanical expression, dan ekstraksi menggunakan pelarut solvent extraction. Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut, sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama proses tersebut berlangsung, sedangkan dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung Ketaren 1986. Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi 30-70 . Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan, dan penggilingan, serta tempering atau pemasakan. Tujuan utama pemasakan adalah untuk mengkoagulasikan protein dalam bahan, sehingga butiran minyak terakumulasi dan minyak mudah keluar dari bahan. Selain itu, pemasakan menyebabkan penurunan afinitas minyak dengan permukaan bahan, sehingga minyak diperoleh semaksimal mungkin pada waktu bahan dikempa Ketaren, 1986. Ekstraksi menggunakan pelarut dilakukan dengan cara melarutkan minyak atau lemak yang ada dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasolin karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzena, dan n-heksan Ketaren 1986. Sebelum biji karet diekstraksi, biji tersebut diperkecil terlebih dahulu ukurannya. Pengecilan ukuran biji karet bertujuan untuk memudahkan proses ekstraksi dan memberikan hasil minyak yang lebih tinggi dengan kandungan minyak pada bungkil seminimal mungkin. Tujuan pengecilan ukuran adalah untuk mendapatkan ukuran permukaan yang lebih luas, sehingga mempercepat proses pengempaan minyak. Setelah biji karet diperkecil ukurannya kemudian diekstraksi dengan menggunakan alat pengempa berulir. Menurut Ketaren 1986 cara pengepresan berulir memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada suhu 240°F 115,5°C dengan tekanan sekitar 15-20 tonin 2 . kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4- 5. Neraca massa pembuatan minyak biji karet disajikan pada Gambar 17. Dalam satu tahun industri kulit samoa membutuhkan minyak biji karet sebanyak 40,5 liter. Minyak biji karet diproduksi selama 7 bulan. Hal ini dikarenakan biji karet bersifat musiman dan biji karet tidak tahan lama sehingga harus segera diproses. Proses pemasakan biji karet berlangsung selama 5-6 bulan. Biasanya pohon karet berbunga dan berbuah dua kali dalam satu tahun dan waktunya sangat dipengaruhi oleh jenis klon, lokasi dan keadaan lingkungan Pembungaan pertama biasanya terjadi setelah gugur daun alami dan pembungaan kedua terjadi setelah musim pertama jatuh biji. Di Jawa, musim pembungaan pertama pada bulan September-Desember dan buah jatuh pada bulan Januari-Maret. Di Sumatera musim pembungaan pertama pada bulan Februari-April, yang terjadi setelah gugur daun alami dan buah jatuh pada bulan September-Nopember. Musim pembungaan yang kedua yaitu pada bulan Augustus-Oktober, biasanya menghasilkan buah dalam jumlah yang lebih sedikit dan buah jatuh pada bulan Maret-April. Perhitungan neraca massa minyak biji karet disajikan pada Lampiran 11. 42 Penjemuran 3 hari, KA 9,06 207,8 kg Pengeringan dalam oven 1 jam, 70°C, KA 5,86 200,76 kg Pengecilan ukuran 200,76 kg Pengepresan 30,11 kg Biji karet KA = 24.4 250 kg Minyak biji karet Air yang menguap 42,17 kg Air yang menguap 7,04 kg Bungkil 170,65 kg Gambar 17. Neraca massa pembuatan minyak biji karet

2. Proses Pembuatan Kulit Samoa