Pengolahan Air Limbah TINJAUAN PUSTAKA

d. Gangguan terhadap Kerusakan Benda Apabila air limbah mengandung gas oksida yang agresif, maka akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi. Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.

2.5 Pengolahan Air Limbah

Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar yang melampui ambang batas yang telah ditetapkan. Oleh karena itu limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Suatu perkiraan harus dibuat terlebih dahulu dengan mengidentifikasi sumber pencemaran, fungsi, dan jenis bahan, sistem pengolahan, kuantitas, dan jenis buangan, serta fungsi B-3 dalam proses. Meskipun kebanyakan limbah perlu diolah sebelum dibuang, namun tidak selamanya limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Ada limbah yang dapat langsung dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, ada limbah yang setelah diolah dapat dimanfaatkan kembali. Kristanto, 2002. Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen Sugiharto, 1987. Selain itu diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang menjadi rendah, untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan tersebut dapat berkurang kapasitasnya. Pengolahan limbah cair memerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu pengolahan limbah cair harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang tepat dan teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas IPAL atau UPL yang benar, serta pengoperasian UPL yang cermat. Pada umumnya pengolahan air limbah industri tekstil memerlukan tahap- tahap pengolahan sebagai berikut : 1. Pemisahan padatan kasar yaitu sisa serat dan padatan kasar lainnya 2. Segregrasi, hal ini dilakukan apabila air limbah dari suatu proses tertentu mempuyai sifat yang spesifik, mempunyai beban pencemaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan air limbah dari proses lainnya, atau bersifat racun toxic, sehingga apabila digabungkan akan memberatkan atau menyulitkan proses pengolahan. 3. Ekualisasi untuk menghomogenkan konsentrasi zat pencemar, temperatur dan sebagainya, serta untuk menyamakan laju alir atau debit. 4. Penghilangan, penurunan atau penghancuran bahan organik terdispersi. 5. Penghilangan bahan organik dan anorganik terlarut. Tahap 1, 2 dan 3 merupakan Pre-treatment. Tahap ini tidak banyak memberikan efek penurunan COD, BOD, tetapi lebih banyak ditujukan untuk membantu kelancaran dan meningkatkan efektifitas tahap pengolahan selanjutnya. 6 Unit Pengolahan Limbah Unit Pengolahan Limbah UPL merupakan pengganti bagi IPAL, karena UPL ini lebih murah dalam pembuatan dan pengolahan. Metode yang digunakan dalam pengolahan ini adalah peresapan alami. Sebidang tanah dibuat penampungan terlebih dahulu, dasar tanah penampungan dipasang geo membran yang tidak dapat ditembus oleh air. Sehingga tidak khawatir lingkungan sekitarnya tercemar limbah Pusat Studi Bencana UGM, 2006. 6 Paket Terapan Produksi Bersih Pada Industri Tekstil dalam Forlink diakses tanggal 19 februari 2008 Di dalam bak diuruk batu kerikil atau semacam batu zeolit hingga lebih dari satu meter. Kemudian di atasnya ditanami tanaman pisang-pisangan maupun tanaman-tanaman yang tahan hidup di air yang akan mengisap beberapa unsur kimia yang terkandung dalam bak. Setelah air limbah masuk ke bak penampungan tersebut, dan melewati masa penyerapan maka air akan mengalir melalui pipa-pipa yang di beri lobang untuk mengalirkan air yang sudah sesuai dengan baku mutu air yang ditetapkan oleh pemerintah, kemudian air tersebut baru mengalir ke pembuangan atau ke sungai. Meski demikian, dalam proses sebelum masuk ke bak, pH air dinormalkan terlebih dulu.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14