Pengujian Parameter METODE PENELITIAN

4.5 Pengujian Parameter

Pengujian terhadap parameter model dilakukan untuk memeriksa kebaikan model. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan statistik uji G dan statistik uji wald. 1. Uji G Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum likelihood ratio test yang digunakan untuk menguji peranan variable penjelas secara serentak Hosmer Lemeshow, 1989 dalam Hudayanti 2007. Rumus umum untuk uji G adalah: Dimana : L0 = nilai likelihood tanpa variable penjelas L1 = nilai likelihood model penuh The log-likelihood biasa dikenal sebagai – 2LL - two times the log- likelihood dimana nilai tersebut dapat memperkirakan distribusi chi-square X2 dan memungkinkan penentuan level signifikasi. Menurut Hutcheson Sofroniou 1999 dalam Qomariah 2005, ukuran dari pengaruh semua variabel penjelas dalam model yang memakai variable respon dapat diperoleh dengan membandingkan –2LL untuk model tanpa variable penjelas model nol atau biasa dikenal sebagai the initial log-likelihood function dengan –2LL untuk model dengan semua variable penjelas. Perbedaan dalam –2LL antara kedua model tersebut menunjukkan pengaruh dari variable penjelas. Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden pengusaha batik dan maupun rumah tangga adalah sebagai berikut: H1= minimal ada satu nilai tidak sama dengan nol, dimana i = 1,2,3,…8 Statistik G akan mengikuti sebaran x 2 dengan derajat bebas p. Kriteria keputusan yang diambil adalah Gx 2 pα maka hipotesis nol ditolak. Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan variable di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi.

2. Uji Wald

Uji wald digunakan untuk uji nyata parsial bagi masing-masing koefisien variable. Dalam pengujian hipotesa, jika koefisien dari variable penjelas sama dengan nol, hal ini berarti variable penjelas tidak berpengaruh pada variable respon Hosmer Lemeshow, 1989. Statistik uji wald dapat didefinisikan sebagai berikut: Dimana : = penduga β j = penduga galat baku dari Uji wald melakukan pengujian terhadap hipotesis : H0 : β j =0 H1 : β j ≠ 0, dimana j = 1, 2,…9 Uji wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H jika [W] Z α 2 .

3. Uji Keandalan

Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai koefisien determinasi R 2 dari OLS Ordinary Least Square WTP.

4. Uji Statistik t

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel bebasnya X i mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat Y i sebagai peubah tak bebas, prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : Ramanathan, 1997. H : = 0 artinya variabel bebas X i tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Y i H 1 : ≠ 0 artinya variabel bebas X i berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Y i Jika tabel, maka H diterima, artinya variabel X i tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y i Jika tabel, maka H ditolak, artinya variabel X i berpengaruh nyata terhadap variabel Y i .

5. Uji Statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel X i secara bersama-sama terhadap variabel Y i . prosedurnya adalah sebagai berikut : Dimana: JKK = Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG = jumlah kuadrat Galat n = jumlah sampel k = jumlah peubah Jika F tabel, maka H diterima, artinya variabel X i secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y i Jika F tabel, maka H ditolak, artinya variabel X i secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel Y i .

6. Uji terhadap Multikolinear

Data model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah multikolinear, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Menurut Koutsoyiannis 1977 dalam Hudayanti 2007 deteksi adanya multikolinier dalam sebuah model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai koefisien determinasi R 2 dengan koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas r 2 . Untuk hal ini dapat dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar peubah bebas. Multikolinier dianggap sebagai masalah serius jika koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan, secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : Menganalisa derajat multicollinearity dengan cara mengevaluasi nilai Variance Inflation Factors VIF dimana merupakan suatu cara mendeteksi multikolinier dengan melihat sejauh mana sebuah variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi Semakin tinggi VIF suatu variabel tertentu, semakin tinggi varian koefisien estimasi pada variabel tersebut, dan berarti semakin berat dampak dari multikolinier. Dikatakan berat apabila angka VIF dari suatu variabel melebihi 10 Sarwoko, 2005.

7. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah varian residual bersifat homoskedastisitas. Asumsi ini tidak selalu realistis. Apabila terjadi suatu pelanggaran dalam asumsi klasik maka varian residual tidak lagi bersifat konstan disebut heteroskedastisitas dan apabila diestimasi dengan OLS, varian estimator tidak lagi minimum, kendatipun estimator itu sendiri tidak bias Sarwoko, 2005.

8. Uji Odds Ratio

Odds ratio merupakan interpretasi dari peluang dan kemunculan dari peubah respon Y=1 sebesar exp β kali jika taraf atribut tersebut yang semua peubah dummy bernilai nol muncul. Odds ratio mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannnya dengan nilai odds, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya. Secara ringkas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a Jika koefisien bertanda + maka odds ratio akan lebih dari 1 b Jika variabelnya merupakan skala nominal dummy, maka dummy = 1 memiliki kecenderungan untuk Y = 1 sebesar exp β 1 kali dibandingkan dengan dummy = 0 c Jika variabelnya bukan dummy, maka semakin besar X maka exp β i ≥ 1, sehingga semakin besar nilai X semakin besar pula kecenderungan untuk Y=1.

4.6 Batasan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14