Penilaian Responden terhadap Keadaan Lingkungan Jenggot Penilaian Responden terhadap Keadaan Lingkungan Jenggot

Seperti yang terdapat dalam Tabel 4, sebanyak 12 orang dari 40 responden pengusaha industri batik 30 persen memandang bahwa limbah membuat sungai kotor, keruh dan banyak ikan yang mati, dan hanya 4 orang 10 persen berpendapat limbah tersebut akan menganggu kesehatan. Penilaian 33 rumah tangga 55 persen berpendapat bahwa limbah tersebut mengganggu kesehatan, menimbulkan pencemaran, mengurangi keindahan dan mengotori sungai. Penyakit yang biasanya mereka alami adalah gatal-gatal, cikungunya yang diakibat oleh saluran limbah yang mampet yang akhirnya menimbulkan sarang nyamuk atau penyakit kulit lainnya yang membuat kesehatan mereka terganggu. Gangguan yang lain adalah mengurangi keindahan karena limbah yang keluar dari saluran air, diakibatkan oleh mampetnya saluran air, sehingga membanjiri lingkungan mereka dan merusak pagar rumah mereka, serta diantaranya berpendapat mereka tidak bisa memancing, mencuci baju dan berenang seperti waktu dulu sebelum pencemaran akan limbah sangat parah seperti sekarang.

6.3 Penilaian Responden terhadap Keadaan Lingkungan Jenggot

Sebelum terdapat UPL Dari data yang didapat dari lapangan, menggambarkan bahwa keadaan sebelum terdapat UPL yaitu, responden dalam hal ini pengusaha batik dan masyarakat khususnya rumah tangga, menilai bahwa keadaan lingkungan mereka sudah kotor sebelum terdapatnya UPL di wilayah tersebut. Keadaan biasa saja yang dimaksud dalam penilaian timbul karena mereka sudah terbiasa dengan keadaan tersebut, dimana banyaknya pengusaha maupun masyarakat yang mencuci batiknya langsung ke sungai, dan setiap tahun mereka biasa mengalami banjir yang diakibatkan mampetnya saluran air disekitar wilayah mereka akibat buangan limbah yang tidak tersalurkan dengan benar. Tabel 5. Penilaian Responden terhadap Keadaan Lingkungan Sebelum terdapat UPL, Tahun 2008 No Keadaan Sebelum terdapat UPL Pengusaha Rumah Tangga Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Sangat Kotor 3 7 11 18 2 Kotor 20 50 16 27 3 Biasa Saja 17 43 28 47 4 Bersih 5 8 Total 40 100 60 100 Sumber: Data Primer Diolah

6.4 Penilaian Responden terhadap Keadaan Lingkungan Jenggot

Sesudah terdapat UPL Seperti yang terlihat dalam Tabel 6, ternyata setelah adanya UPL di Jenggot sebagai ganti IPAL yang tidak berfungsi, masih menunjukkan bahwa keadaan lingkungan sekitar wilayah tersebut masih sama saja seperti sebelum terdapatnya UPL. Hal tersebut ditunjukan dari hasil lapangan, bahwa 24 orang 60 persen dari 40 pengusaha industri batik dan 24 rumah tangga 40 persen dari 60 rumah tangga, menyatakan keadaan lingkungan sekitar mereka masih sama, seperti saluran air yang masih mampet sehingga menimbulkan banjir saat musim hujan tiba, dan masih terdapatnya pengusaha-pengusaha industri batik yang mengalirkan limbahnya langsung ke sungai, mencuci batik di sungai, serta air sungai yang masih terlihat sangat kotor. Tabel 6. Penilaian Responden terhadap Keadaan Lingkungan Sesudah terdapat UPL Tahun 2008 No Keadaan Sesudah terdapat UPL Pengusaha Rumah Tangga Jumlah persentase Jumlah Persentase 1 Sangat Kotor 1 3 6 10 2 Kotor 7 17 16 27 3 Sama Saja 24 60 24 40 4 Lumayan Bersih 8 20 14 23 Total 40 100 60 100 Sumber : Data Primer Diolah

6.5 Penilaian Responden mengenai Keadaan Air dan Udara

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14