Analisis Penilaian Responden terhadap Keberadaan UPL

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data UPL Jenggot, pengelolaan limbah yang dilakukan, data mengenai jumlah industri di sekitar wilayah Jenggot, data jumlah penduduk Jenggot, keadaan sosial ekonomi masyarakat Jenggot, dan tingkat pendidikan masyarakat Jenggot. Data-data tersebut diperoleh dari wawancara dengan Lurah Jenggot, Tokoh Masyarakat, Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan DPKLH, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Pekalongan, dan literatur-literatur yang relevan.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel, dan Minitab14.

4.4.1 Analisis Penilaian Responden terhadap Keberadaan UPL

Untuk mengidentifikasi penilaian pengusaha industri batik serta rumah tangga sekitar wilayah Jenggot yang menjadi responden di lokasi penelitian terhadap keberadaan UPL diperlukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data responden meliputi karakteristik responden, penilaian responden tentang keadaan lingkungannya baik sebelum dan sesudah terdapatnya UPL di daerah Jenggot, dan penilaian tingkat pencemaran sekitar wilayah Jenggot, akan dianalisis secara deskriptif. Penilaian penilaian responden terhadap keberadaaan UPL yang ada saat ini dianalisis secara kuantitatif dengan alat analisis regresi logit, untuk melihat kesediaan para pengusaha dalam menerima maupun tidak menerima keberadaan UPL Jenggot yang sudah ada semenjak tahun 2003. Bentuk logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah : L i = Peluang responden menerima keberadaan UPL bernilai 1 untuk “menerima”, nilai 0 untuk “tidak’’ β = Konstanta β 1,.. , β 8 = Koefisien regresi PDDK = Tingkat pendidikantahun PDPT = Tingkat pendapatan Rpbulan LT = Lama tinggal tahun TAHU = Pengetahuan mengenai pencemaran bernilai 1 jika tahu, bernilai 0 jika tidak JU = Jarak industri maupun rumah dengan UPL meter SOSI = Tingkat sosialisasi frekuensi LIMB = Jumlah buangan limbah literhari BIAYA = Biaya pengurangan pencemaran Rpbulan i = Responden ke I i=1,2,3,…n e = Galat Variabel-variabel yang berbanding lurus dengan peluang pengusaha batik menerima keberadaan UPL adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama tinggal, pengetahuan mengenai pencemaran, tingkat sosialisasi dan jumlah buangan limbah pengusaha. Hal ini berarti semakin besar nilai dari variabel- variabel tersebut, maka peluang seorang pengusaha industri batik untuk menerima keberadaan UPL akan semakin besar. Variabel tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan responden berarti menunjukkan responden peduli dan mengerti akan kelestarian lingkungan, sehingga responden menerima akan keberadaan UPL tersebut. Variabel tingkat pendapatan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden, kebutuhannya selain kebutuhan pokok juga akan menjadi prioritas responden, seperti kebutuhan akan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga akan membuat responden menerima keberadaan UPL untuk memperbaiki keadaan lingkungannya. Variabel lama tinggal, jika responden semakin lama sudah tinggal di daerah tersebut, maka akan menunjukkan respon responden menerima keberadaan UPL yang ada saat ini. Variabel pengetahuan mengenai pencemaran berbeda dengan tingkat pendidikan. Dalam variabel ini menjelaskan tentang tingkat pengetahuan responden mengenai dampak dari limbah, maka akan menunjukkan seberapa besar kepedulian responden terhadap lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi responden menerima keberadaan UPL untuk memperbaiki keadaan lingkungannya. Variabel tingkat sosialisasi akan mempengaruhi responden dalam menerima keberadaan UPL, hal tersebut dikarenakan oleh adanya intensitas dari pemerintah dalam memberikan pengarahan mengenai menjaga kebersihan lingkungan maupun mengenai pentingnya UPL. Terakhir adalah variabel kapasitas buangan limbah. Jika semakin banyak jumlah buangan limbah pengusaha industri batik tiap harinya, diduga akan mempengaruhi responden untuk menerima keberadaan UPL dalam mengolah limbah agar layak dibuang ke lingkungan. Variabel yang berpengaruh negatif adalah jarak rumah maupun industri dengan UPL dan biaya untuk mengurangi atau mencegah pencemaran. Variabel jarak rumah dengan UPL diduga akan mempengaruhi responden untuk tidak menerima keberadaan UPL, karena jika semakin jauh responden diduga kurang peduli dengan UPL. Jadi akan sangat mempengaruhi responden untuk menerima keberadaan UPL. Variabel biaya untuk mengurangi tingkat pencemaran dipilih dengan alasan, jika biaya yang dikeluarkan responden untuk mencegah adanya pencemaran semakin besar maka akan mempengaruhi responden untuk tidak menerima keberadaaan UPL. Bentuk logit untuk responden masyarakat rumah tangga di sekitar wilayah Jenggot adalah sebagai berikut : L i = Peluang responden menerima keberadaan UPL bernilai 1 untuk “menerima”, nilai 0 untuk “tidak’’ β = Konstanta β 1,… , β 7 = Koefisien regresi PDDK = Tingkat pendidikan tahun PKJ = Pekerjaan bernilai 1 jika buruh dari industri, bernilai 0 jika lainnya PDPTN = tingkat pendapatan Rpbulan JRKI = Jarak rumah dengan industri meter BIAYA = Biaya pengurangan pencemaran TAHU = Pengetahuan mengenai pencemaran bernilai 1 jika “tahu”, bernilai 0 “jika tidak” LT = Lama tinggal tahun i = Responden ke i i=1,2,3,…n e = Galat Variabel tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan responden berarti menunjukkan responden peduli dan mengerti akan kelestarian lingkungan, sehingga responden akan menerima keberadaan UPL tersebut. Variabel lama tinggal diduga akan mempengaruhi secara positif untuk menerima keberadaan UPL di Jenggot, karena semakin lama dia tinggal di daerah tersebut, akan membuat responden lebih sensitif akan perubahan lingkungannya. Variabel pengetahuan mengenai pencemaran berbeda dengan tingkat pendidikan, dalam variabel ini menjelaskan tentang tingkat pengetahuan responden mengenai dampak dari limbah, maka akan menunjukkan seberapa besar kepedulian responden terhadap lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi responden menerima keberadaan UPL untuk mengatasi lingkungan yang kotor, dan variabel tingkat pendapatan, jika semakin tinggi tingkat pendapatan maka menandakan kebutuhan selain kebutuhan primer akan meningkat pula, hal itu akan menunjukkan kesediaan rumah tangga dalam menerima keberadaan UPL untuk memenuhi kebutuhannya akan lingkungan yang bersih. Variabel yang diduga merespon negatif adalah pekerjaan, jarak rumah dengan industri, dan biaya pengurangan pencemaran. Variabel pekerjaan menunjukkan bahwa jika responden bekerja diluar sektor industri batik akan menerima keberadaan UPL tersebut karena responden sangat membutuhkan suatu keadaan lingkungan yang lebih baik, sedangkan responden yang bekerja sebagai buruh di industri batik tersebut diduga kurang begitu merespon keberadaan UPL atau kurang begitu merespon tentang keadaan lingkungan yang ada. Variabel jarak rumah dengan industri, semakin rumah responden dekat dengan industri, responden akan lebih merasakan atau melihat langsung dampak dari limbah tersebut, sehingga responden akan sangat membutuhkan UPL untuk mengolah limbah-limbah tersebut agar layak dibuang ke sungai dan tidak menimbulkan dampak-dampak yang sangat tidak baik untuk sekitar, sehingga jika semakin jauh rumah dengan industri diduga responden kurang begitu mengetahui dampak yang dilihat atau dirasakan karena jauh dari sumber limbah dan tidak membutuhkan keberadaan UPL. Variabel yang lain adalah besarnya biaya untuk mengurangi atau mencegah pencemaran, variabel ini dipilih dengan alasan jika ada biaya yang dikeluarkan responden semakin besar untuk mencegah adanya pencemaran, maka akan mempengaruhi responden untuk tidak menerima keberadaaan UPL.

4.4.2 Kesediaan atau Ketidaksediaan Pengusaha Industri Batik Membayar Biaya Pengelolaan UPL

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14