Karakteristik Limbah Cair Batik

Seluruh proses pembuatan batik yang umumnya terdiri dari pembuatan motif, pewarnaan kain, proses nglorot malam dan penjemuran. 4 Proses pembuatan motif dilakukan dengan bahan utama lilin atau malam yang digunakan sebagai zat perintang warna. Dalam membuat batik tulis, maka pembuatan motif digunakan dengan alat bantu canting sementara batik cap menggunakan cap batik yang telah didesain sesuai motif yang diinginkan. Proses dilanjutkan dengan memberi warna pada kain, yaitu kain yang telah dimotif dicelupkan dalam ember yang berisi zat warna. Setelah memberi warna, proses pembuatan batik dilanjutkan dengan nglorot malam, atau melarutkan lilin yang melekat di kain. Air yang mendidih dicampur dengan abu soda dan kain dicelupkan hingga seluruh lilin larut dalam air. Bila lilin belum juga larut, maka harus dibersihkan dahulu pasca pelorotan. Tahap akhirnya adalah pencucian. Bila menggunakan pewarna alami, maka pencuciannya tidak bisa menggunakan deterjen, sebab akan merusak warna. Setelah dicuci, kain dijemur dengan cara diangin-anginkan agar warna tidak memudar.

2.3 Karakteristik Limbah Cair Batik

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya Kristanto, 2002. Sedangkan menurut Suparmoko 2000 limbah adalah segala macam sisa dari adanya suatu kegiatan yang tidak dimanfaatkan lagi baik untuk 4 Visit Yogyakarta, http:www.yogyes.com dalam Kursus Batik, Menyelami Budaya Batik Tulis hingga Lukis diakses tanggal 4 juni 2008. kegiatan produksi lebih lanjut, untuk konsumsi maupun distribusi dan sisa tersebut kemudian dibuang ke badan air, udara ataupun tanah. Beberapa kerancuan dalam mengidentifikasikan limbah cair atau air limbah, dimana limbah cair yaitu buangan air yang digunakan untuk mendinginkan mesin suatu pabrik, seh ingga dapat dikatakan untuk mendinginkan mesin dapat dipakai sumber air yang mungkin sudah tercemar sebelum digunakan untuk mendinginkan mesin. Disamping itu terdapat bahan baku yang mengandung air, sehingga dalam pengolahannya air tersebut harus dibuang. Misalnya ketika digunakan untuk mencuci suatu bahan sebelum proses lanjut, pada air tersebut ditambahkan unsur-unsur kimia, kemudian diproses dan setelah itu dibuang, sehingga akan mengakibatkan adanya air buangan yang mengandung sejumlah partikel baik yang mengendap maupun yang larut Kristanto,2002. Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kuit dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses pencucian memerlukan air sebagai mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan bekas proses yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun mengandung limbah B3 yang tinggi. 5 Zat warna tekstil maupun batik merupakan suatu senyawa organik yang akan memberikan nilai COD dan BOD. Penghilangan zat warna dari air limbah tekstil maupun batik akan menurunkan COD dan BOD air limbah tersebut. Sebagai contoh dari air limbah tekstil maupun batik yang mengandung beberapa zat warna reaktif sebanyak 225 mgL mempunyai COD 534 mgL dan BOD 99 mgL, setelah dikoagulasi dengan penambahan larutan Fero Fe 2 + 500 maL 5 Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha Skala Kecil dalam situs Departeman Lingkungan Hidup, diakses 04 juni 2008. dan kapur Ca 2 + 250 mgL air limbah tinggal mengandung zat warna 0,17 mgL dengan COD 261 mgL dan BOD 69 mgL. Pengamatan di lapangan dapat dilihat bahwa secara fisik air telah terjadi perubahan warna dan berbau. Warna air yang dulunya jernih telah berubah menjadi kecoklatan, kemerahan, kehitaman bahkan berwarna hitam pekat. Perubahan warna tersebut mengindikasikan telah terjadi pencemaran bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik maupun organik yang larut dalam air. Apabila bahan tersebut larut dalam air maka akan timbul perubahan warna air. Timbulnya bau pada air lingkungan dapat pula dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran air. Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan maupun air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup dalam air.

2.4 Efek Buruk Air Limbah

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14