Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Jumlah Tanggungan

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jenggot Tahun 2008 Seperti terlihat di Gambar 4, sebagian besar responden mencapai tingkat SLTP, melihat rata-rata antar responden yang pernah mengeyam SLTP hanya beberapa persen ini dikarenakan sebagian besar di wilayah tersebut pendidikan kurang begitu diperlukan, sebagian besar setelah SMU atau SLTP mereka langsung menikah maupun langsung bekerja sebagai buruh di sektor industri batik, sehingga akhirnya membawa pendapat “buat apa sekolah tinggi-tinggi nantinya juga kerja nerusin usaha orang tua sebagai pengusaha batik”.

5.3.3 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dari para pengusaha adalah untuk melihat tingkat keberagaman pekerjaan responden sebagai pengusaha industri batik, diantara 40 responden ada sebagian dari responden yang memiliki usaha sebagai pedagang hasil produksinya sendiri dan selain dibidang industri batik, misalnya memiliki usaha di bidang lain maupun usaha dalam pembuatan bahan baku batik, dan selainnya adalah hanya menjadi buruh. Buruh dalam hal ini adalah pengusaha kecil atau industri rumah tangga, yang hanya mengerjakan pesanan dari pengusaha lain atau disebut sebagai produsen, dan pedagang yang dimaksud dalam hal ini adalah pedagang yang menjual hasil produksinya sendiri, atau biasa disebut dengan supplier. Terlihat dalam diagram, bahwa yang mempunyai pekerjaan selain di bidang batik terdapat 3 orang 7 persen, sebagai buruh atau produsen sebanyak 9 orang 23 persen dan yang paling banyak adalah responden yang memproduksi sendiri juga menjual hasil produksinya sendiri, yaitu sebanyak 28 orang 70 persen. Perbandingan persentase jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Jenggot Tahun 2008

5.3.4 Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan responden di Desa Jenggot mayoritas berada pada level antara Rp 11.000.000 – Rp 25.000.000,-perbulan, yaitu sebanyak 11 orang 28 persen, sebanyak 8 orang 20 persen menempati tingkat pendapatan dibawah Rp 11.000.000,-bulan, dan 7 orang 18 persen dengan tingkat pendapatan diatas Rp 70.000.000,-bulan. Dalam hal ini pendapatan diukur dalam bentuk omzet yang diterimanya dalam perbulan. Distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan perbulan di Desa Jenggot Tahun 2008

5.3.5 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan responden bervariasi, dan mayoritas berada pada selang 5-6 orang yaitu sebanyak 23 orang 58 persen. Jumlah tanggungan yang dimaksudkan adalah mencakup keluarga inti istri, suami dan anak serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal di rumah responden. Perbandingan persentase jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Jenggot Tahun 2008 5.3.6 Jumlah Kapasitas Produksi Jumlah kapasitas produksi responden mayoritas kurang dari 500 kodi perbulan, yaitu sebanyak 17 orang 43 persen, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar adalah pengusaha kecil, yaitu diantaranya sebagai buruh tempat mencuci batik buruh tempat mbabar, selang 2001-2500 kodi perbulan sebanyak 5 orang 13 persen, sedangkan kapasitas produksi lebih dari 2500 kodi perbulan sebanyak 8 orang 20 persen. Distribusi besaran kapasitas produksi responden dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kapasitas Produksi dalam Perbulan di Desa Jenggot Tahun 2008

5.3.7 Biaya Produksi

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14