BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritik
3.1.1 Teknik Penilaian Non-Pasar Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan non- market valuation dapat digolongkan ke dalam dua kelompok Fauzi, 2004.
Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit, atau dikenal dengan mengandalkan revealed WTP. Beberapa teknik yang termasuk
ke dalam kelompok pertama ini adalah travel cost, hedonic price, dan random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada
survey dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh secara langsung dari responden. Salah satu teknik yang popular adalah Contingent Valuation Method
CVM, dan Discrete Choice Method.
3.1.1.1 Konsep Contingent Valuation Method
CVM
Dalam penelitian ini akan dibahas mendalam tentang CVM, dimana diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1963 dalam penelitian mengenai perilaku
perburuan hunter di Miami. Pendekatan ini disebut contingent tergantung karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada
hipotesis yang dibangun Fauzi, 2004. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif non-user
sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran barang yang mendekati nilai
sebenarnya, jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada, maka diperlukan pasar hipotetik untuk bisa mendekati kondisi pasar yang sebenarnya.
Responden harus mengenal dengan baik barang yang akan ditanyakan dalam
kuesioner dan alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk langsung, juga dikenal sebagai alat pembayaran Hanley and
Spash, 1993. Pada kasus bidding game, kuesioner menyarankan penawaran pertama
nilai awal dari penawaran dan responden setuju atau tidak setuju jumlah yang akan mereka bayarkan. Kemudian nilai awal starting point price dinaikkan untuk
melihat apakah responden masih bersedia membayar hal tersebut, dan seterusnya sampai responden menyatakan bahwa ia tidak bersedia membayar
dan tidak mau menerima lagi dalam penawaran yang terus diajukan. Penawaran terakhir yang disetujui oleh responden merupakan nilai maksimum dari WTP
mereka.
3.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Contingent Valuation Method
CVM
Hal yang penting dari CVM adalah penggunaan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan disekitar masyarakat. Secara khusus CVM
menyarankan bahwa nilai keberadaan barang-barang lingkungan merupakan hal yang penting untuk diketahui Hanley dan Spash, 1993.
Kelebihan dari penggunaan CVM yaitu : 1. Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan
lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang terukur secara nyata di pasar saja.
2. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu menjadi satu-satunya teknik yang mengestimasi manfaat
dan dapat diaplikasikan pada kebanyakan konteks kebijakan lingkungan. 3. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang
lingkungan di sekitar masyarakat.
4. Dibandingkan dengan teknik yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi dan menduga nilai non pengguna dan dapat mengukur
utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung.
5. Responden dapat dipisahkan dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi dari wawancara, sehingga
perhitungan dapat dipisahkan. Munculnya kebiasaan dalam mengumpulkan data merupakan kelemahan
dari teknik CVM, bias dalam CVM tersebut antara lain: 1. Strategic bias yang muncul akibat dari ketidakjujuran responden yang
mencoba memanipulasi hasil dari analisis dan mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintah di masa yang akan datang.
Solusi : dapat dihilangkan dengan menggunakan format referendum jawaban “ya” atau “tidak” terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.
2. Information bias yang muncul dari reaksi subjek survei pada alat pembayaran yang dipilih atau pilihan yang ditawarkan.
Solusi : desain yang berhati-hati dari alat survei dan alat penjelas yang tepat.
3. Instrument bias yang muncul dari reaksi subyek survei pada alat pembayaran yang dipilih atau pilihan yang ditawarkan.
Solusi : desain dari alat sedemikian rupa hingga alat pembayaran dan aspek yang lainnya dari kuesioner tidak mempengaruhi tanggapan subjek
wawancara. 4. Starting point bias yang muncul pada kasus bidding game, sebagai
contoh pilihan dari harga awal atau selang harga yang dipilih oleh pewawancara
mungkin mempengaruhi
hasil wawancara,
juga
dikarenakan oleh saran pada subjek akan jawaban yang benar atau dikarenakan subjek yang menjadi bosan dengan proses wawancara.
Solusi : desain dari alat survei sedemikian hingga pertanyaan open-ended memungkinkan dan starting point yang realistis.
5. Hypothetical bias yang muncul karena hipotetik alami dari situasi yang dikondisikan dengan reaksi dari subjek terhadap kondisi tersebut. Subjek
mungkin tidak menanggapi proses survei dengan serius dan jawaban yang mereka berikan cenderung tidak memenuhi pertanyaan yang
diajukan. Solusi : desain dari alat survei sedemikian hingga memaksimalkan
realitas dari situasi yang akan diuji dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan responden.
3.1.1.3 Asumsi dalam Pendekatan Kesediaan Membayar Willingness to