Jarak Rumah dengan Industri Batik

tinggal di rumah responden. Perbandingan persentase jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Karakteristik Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Jenggot Tahun 2008

5.4.7 Jarak Rumah dengan Industri Batik

Dilihat dari jumlah rumah responden yang dekat dengan tempat industri menandakan bahwa sebagian besar industri-industri tersebut baik rumahan maupun industri menengah berada disekitar lingkungan masyarakat, dan menyebar. Sekitar 55 persen responden rumahnya dekat dengan industri batik, yakni sebanyak 33 responden. Hal tersebut bisa menandakan bahwa tingkat kepedulian masyarakat terhadap keadaan lingkungannya akan sangat tinggi, karena rumah mereka yang dekat dengan industri-industri tersebut karena merasakan dampak langsung dari limbah atau sisa buangan dari industri tersebut. Distribusi responden berdasarkan jarak rumah dengan industri batik dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Karakteristik Rumah Tangga Berdasarkan Jarak Rumah dengan Industri Batik Tahun 2008

BAB VI PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP LINGKUNGAN DAN PENGELOLAAN

LINGKUNGAN 6.1 Penilaian Responden Terhadap Derajat Masalah Akibat Limbah Industri Batik Dampak dari limbah yang dihasilkan oleh industri batik sudah pasti akan menimbulkan suatu masalah. Namun tidak semua pengusaha batik merasa terganggu dan mengetahui dampak yang diakibatkan oleh limbah tersebut, padahal aliran limbah tersebut melewati sekitar perumahan masyarakat sekitar, termasuk wilayah mereka sendiri. Air sisa buangan itu jika dibiarkan saja akan dapat menimbulkan berbagai masalah diantaranya bau yang tidak sedap dan akan menimbulkan banjir jika pada masa penghujan nanti. Tabel 3. Penilaian Responden terhadap Derajat Masalah Limbah Tahun 2008 Derajat Masalah Limbah Jumlah Persentase Pengusaha RT Pengusaha RT Tidak berbahaya 21 17 53 28 Berbahaya 19 25 47 42 Sangat berbahaya 18 30 Jumlah 40 60 100 100 Sumber : Data Primer diolah Berdasarkan data primer yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kesadaran para pengusaha akan masalah limbah masih kurang, karena sebagian berpendapat limbah tersebut tidak berbahaya, sebagian yang menyatakan pendapat tersebut adalah pengusaha batik cap, mereka menganggap limbah yang mereka buang akan hilang dengan sendirinya, dan bisa menyuburkan lahan pertanian. Berdasarkan penelitian dari UGM, tetap saja limbah tersebut berbahaya bagi lingkungan dan untuk pertanian maupun lainnya. Pengusaha yang menganggap limbah tersebut berbahaya adalah mereka yang

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14