Membentuk Pasar Hipotetik Hypothetical Market

4.4.3.2 Tahap-tahap dalam Penerapan Penilaian Ketidak-tentuan CVM

Terdapat 5 langkah dalam menetapkan metode menurut Hanley dan Spash 1993 diantaranya adalah :

1. Membentuk Pasar Hipotetik Hypothetical Market

Gagasan utama di sini adalah membangun suatu skenario yang bersesuaian dengan situasi. Dalam banyak kasus akan tidak terdapat suatu mata rantai langsung antar jawaban dari responden, dan suatu keputusan untuk tidak menerapkan atau menerapkan perubahan lingkungan yang dihargai. 7 a Menetapkan alasan untuk pembayaran. Dengan standard menjual barang-barang. Kita harus membayar untuk mendapatkan lebih banyak suatu kebaikan. Peningkatan ditetapkan tergantung pada pembayaran yang benar-benar sedang dibuat. Skenario ini harus dipahami oleh responden. b Harus membangun suatu yang disebut sarana atau metoda penawaran pembayaran. Sarana ini harus memenuhi kondisi-kondisi berkenaan dengan kecocokan perangsang, realisme, dan keadilan hubungan antar responden. Dalam penelitian ini, pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan pelayanan dan pengelolaan pengolahan air limbah di UPL Jenggot. Responden sebelumnya telah menjawab pertanyaan mengenai penilaian 7 Lecture on Environmental Economics “The Basic of The Contingent Valuation Method, WWW.uio.no.pdf 7 mei 2004 keberadaan UPL saat ini, kondisi sekitar sungai, dan kualitas pengelolaan UPL. Untuk teknik survei ini, responden mula-mula diminta untuk mendengarkan atau membaca pernyataan yang dicantumkan dalam kuesioner yang dapat memberikan deskripsi jika seluruh pengusaha industri batik di Jenggot akan membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik dengan pengelolaan UPL yang lebih baik. Informasi yang diberikan kepada responden meliputi keseluruhan aspek dari pasar hipotetik bersama-sama dengan informasi bagaimana hal tersebut disediakan oleh barang yang dinilai keberadaannya. Berdasarkan pernyataan tersebut diperoleh ukuran perilaku konsumen dalam situasi hipotetik. Skenario Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup telah menerapkan pengelolaan limbah tekstil maupun batik di wilayah Jenggot dengan UPL. Jika Pemerintah Kota Pekalongan memberlakukan kebijakan baru dalam memperbaiki kualitas lingkungan dengan pengelolaan UPL yang lebih baik, yaitu peningkatan pelayanan, pengelolaaan serta peningkatan penyediaan sarana prasarana dalam menyalurkan limbah langsung ke UPL seperti pembuatan pipa-pipa penyaluran air limbah, dimana kegiatan operasional UPL tersebut tetap menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun dana operasional tidak seluruhnya berasal dari pemerintah, dengan demikian pengusaha akan dikenakan suatu biaya pengelolaan UPL dalam rangka ikut berpartisipasinya para pengusaha dan membantu upaya pemerintah menjaga kelestarian lingkungan. Biaya tersebut selanjutnya akan digunakan untuk pemeliharaan dalam pengolahan limbah, dan penyediaan prasarana dengan teknologi yang ramah lingkungan, dengan tujuan agar pengusaha dapat terus menjaga kualitas lingkungan, keberlanjutan lingkungan dan usaha sehingga tidak terjadi suatu konflik sosial antar masyarakat. Besarnya biaya yang patut diberlakukannya akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP sesuai dengan jumlah kapasitas buangannya. Apakah mereka akan menjawab “ya””tidak” terhadap kebijakan pemerintah daerah tersebut. Pertanyaan yang Menyangkut Skenario Seandainya kebijakan pemerintah mengenai penambahan fasilitas dan perbaikan pengelolaan, maka responden akan ditanyakan kesediaan mereka untuk membayar biaya pengelolaan sebagai bentuk partisipasi mereka dan membantu pemerintah, sebagaimana yang dirumuskan dibawah ini :

2. Memperoleh Penawaran Besarnya Nilai WTP Obtaining Bids

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14